Drabble 2

10 0 0
                                        


Nama Author : Desita Amalia

Nama WP : desitaa_

Tema : Ulang Tahun

Alasan : Pertama kali liat langsung tertuju sama tulisannya. Baru abis itu kepikiran, eh itu kompor ya? Jadi ya aku menyimpulkannya itu kayak ulang tahun yang nggak nikmat gitu. Harusnya kue, eh malah dikasih apinya doang, mana sama kompornya lagi.

Kakiku dengan ragu melangkah memasuki ruangan serba putih ini. Jujur, seumur hidup aku tak pernah ingin menginjakkan kaki di tempat ini. Bukan apa-apa, aku hanya tidak suka bau obat-obatan yang menyeruak dan orang-orang yang memperlakukanku seperti orang sakit. Padahal tidak seperti itu. Aku hanya akan operasi saja.

Operasi mata ikan.

Kata dokter harus dilakukan operasi supaya akar mata ikan di ujung kakiku tidak semakin mendalam. Tapi yang membuatku kesal, mengapa harus di hari ulang tahunku. Apalagi setelah ini aku harus melanjutkan masuk sekolah. Sungguh menyebalkan.

***

"Hei, Ra. Kamu disuruh menghadap kepala sekolah." Sherin tiba-tiba menghampiriku.

"Ada hal apa, She?"

"Entahlah, aku hanya disuruh Bu Indah menyampaikan kepadamu," katanya lantas berlalu.

Aku penasaran, setahuku aku tidak melakukan hal yang melanggar aturan. Lalu kenapa aku dipanggil kepala sekolah?

Tanpa banyak bicara aku langsung melangkahkan kaki menuju ruang kepala sekolah. Namun begitu aku sampai di sana, justru tidak ada siapa pun di dalam ruangan. Pintunya juga terkunci, tanda bahwa kepala sekolah baru saja pergi atau bahkan tidak datang sama sekali.

Mengembuskan napas panjang, aku berjalan kembali menuju kelas. Mungkin memang suatu kesalahan saat aku menuruti perkataan Sherin. Ah, menyebalkan sekali. Aku sudah menyiapkan berbagai macam umpatan ketika mencapai bibir pintu.

"Sheriiinn!" teriakku lantang.

"Kepala sekolah nggak ada, kata siapa manggil gua! Dasar nga-"

"Happy birthday, Ayra!"

Aku terkejut. Semua orang berlari bersamaan ke arahku. Butuh sekian detik untukku memahami, bahwa mereka membawa krim kue di genggaman masing-masing. Mataku langsung membulat, tidak susah menebak apa yang akan terjadi.

Aku berusaha untuk lari, namun terlambat. Mereka menangkapku lebih cepat. Serangan krim itu tak bisa aku hindari. Semua keroyokan ingin melumuri wajahku. Tapi satu yang mereka tak mengerti, ujung kakiku adalah bagian terparah dari hasil keroyokan ini.

Woy! Ini kaki abis operasi, kalo kasih surprise kira-kira bege!-sayangnya hanya batinku yang mampu mencaci.

IDC DrabbleWhere stories live. Discover now