Chapter 17 : Penyusupan

467 43 8
                                    

[ Author POV ]

Trang. Tring..

Maya dan gadis muda berambut hijau tua panjang bertarung di atas atap penginapan pada jam tidur. Gadis yang bertarung dengan Maya adalah orang yang sama dilawan Scar. Maya mendesaknya dengan sebuah pedang putih tembus pandang seperti kaca-- atau itu memang terbuat dari kaca.

Gadis muda berambut hijau tua menghindari satu serangan lalu menyeberang ke bangunan lain. Maya dan gadis itu saling pandang, bicara dalam 'diam'.

"Apa yang dia pikirkan?" tanya Maya.

Belum selesai Maya menerkanya gadis itu tiba-tiba pergi, yang membuat bingung Maya. "Sebenarnya apa tujuan mereka?"

Maya kemudian kembali ke kamarnya, tidur bersama Rose(?). Keesokan paginya Maya mengadakan rapat dan..langit-langit ruangan terlihat 'baik-baik' saja seakan penyerangan malam tadi tidak pernah terjadi.

"Ada apa kau memanggil kami, ketua?" seru Ambush bertanya.

"Duduk dulu.." sahutnya. Ambush duduk dengan terpaksa di dekat Rose, Iksan dan Gordon bersandar di tepi pintu kamar.

Setelah keadaan terlihat tenang Maya mulai membuka mulutnya. "Malam tadi aku dan Rose diserang!" ketiga laki-laki yang ada di sana menahan nafas mereka. "Biarku lanjutkan. Kita akan mengikuti alat pelacak yang ada di si penyerang pagi ini juga!"

"A-alat pelacak?!" syok Ambush.

"Aku menanamkannya selama pertarungan hingga dia tidak sadar.." jawab Maya tenang.

Maya menjeda dengan sengaja agar yang lain dapat berkata, lalu Gordon mengangkat tangannya. "Apa Master mengetahui akan hal ini?" Maya terdiam sebentar dan menutup mata. "Ya... Sudah!"

"?" respon dari Iksan adalah tautan alisnya.

"Master Coroka mengizinkannya.?" pekik Ambush tak percaya.

"Jika master menyetujuinya aku tidak perlu lagi membahas persoalan ini. Sudah tugas Komite Keamanan untuk membantu.." sambung Gordon.

"Terimakasih..." Maya mengulas senyuman simpul.

.A.S.T.R.E.A.

Iksan dan para cowok kembali ke kamar mereka untuk mengambil senjata, persiapan untuk bertarung. Rose menatap jam dinding yang baru menunjukkan pukul 07.15.

"Kenapa kau berbohong pada mereka?" tanya Rose tiba-tiba.

"Kau juga kenapa diam? Aku tahu kau ingin mengatakan sesuatu.."

"Selama ada Sayangku di sana aku tidak keberatan.." Maya tersenyum kecil atas jawaban Rose.

"Maaf.?"

Rose berbalik dan mengulas senyum. "Kau lakukan saja yang menurutmu benar.."

"Itu terdengar meyakinkan.." mereka berdua saling berhadapan.

Berpindah ke kamar para cowok. Iksan dan Gordon memeriksa senjata mereka jika terjadi 'cacat', beda dengan Ambush yang duduk di atas ranjang sambil makan roti sandwich.

"Aku tidak percaya master mengizinkan Senior Maya.." keluh Ambush.

"Aku juga.."

"Ya.." suara Iksan pelan.

Iksan menyarungkan pisaunya. Seiring momen waktu pun terus bergerak. Regu 2 yang dipimpin Maya sudah mulai bergerak di lupuk pagi yang dingin. Badan mereka ditutupi jubah hijau yang sama seperti milik Robin. Wilayah Persatuan Rove yang mereka tempati bernama Calforna Town, wilayah bagian selatan dekat pintu masuk dan gudang perdagangan kerajaan.

"Aku dengar Calforna kembali mengeluarkan produk baru dalam urusan rumah tangga.." cetus Ambush mencoba menjernihkan suasana yang sepi.

"Eh? Apa kau ingin kita segera menikah, sayang?!" tapi dia salah topik.

Saat Iksan geleng-geleng melihat keduanya, Maya berucap.

"Kita sampai!"

Maya berbelok masuk ke gang, Rose menyimpang ke seberang kiri, sialnya bagi Ambush dia juga di sana.

"Sssstt.." dari balik dinding bata berpatroli dua orang dengan serangan ksatria. "Mereka adalah penjaga gudang?"

"Sepertinya begitu.." sahut Rose.

"Alat pelacaknya ada di dalam sana.!" rujuk Maya. "Kau yakin, senior?"

Maya terdiam sebentar dan mengulangi hal yang sama. "Berdasarkan intuisiku, aku dapat merasakan mana-ku di sana.."

"Ada yang datang.." peringat Gordon.

Dua penjaga yang lain memanggil dua penjaga tadi untuk berkumpul di depan gudang. Maya dan lainnya mengambil kesempatan itu untuk menyusup. Iksan, Gordon dan Ambush bekerja sama menyusup lewat celah segitiga yang ada di atas pintu belakang gudang, membuka kunci dari dalam mempersilahkan Maya dan Rose masuk.

"Kita bagi kelompok jadi 2.." cetus Maya setelah mereka bersembunyi. "Aku dan Ambush ke lantai atas, kalian bertiga periksa lantai dasar," Ambush menghembuskan nafas lega mendengar perintah Maya tapi tanggapan dari Rose hanya ekspresi datar seperti berpikir.

"Lantai dasar?" intip Rose ke Maya.

"Jaga-jaga jika ada sesuatu di sana?"

"Bagaimana dengan lantai atas? Bukankah itu terdengar merisaukan??" tanya Iksan berlanjut.

"Jaga-jaga bila ada hal yang tak diperkirakan.."

"Contohnya.?"

"Pemimpin para pemberontak.."

""?!""








"........"Maya memperhatikan teman regunya yang membisu. Maya menghela nafas yang panjang. "Kita akan bertemu kembali pas tengah hari. Ini adalah misi serius pertama kita, tidak ada yang menjamin jika kita nantinya selamat.." jeda Maya.

Maka dari itu selamatlah, semuanya.!

Telinga Iksan bergerak saat mendengar bisikan itu.

Maya menggerakkan tangannya isyarat untuk segera bergerak. Iksan, Gordon dan Rose langsung berlari ke kegelapan.

"Baiklah--?" Ambush membatu saat pecahan kaca menancap di belakang lehernya, otomatis seketika Ambush jatuh pingsan.

"Maafkan aku, Ambush. Aku terpaksa.." gumamnya. Maya membuang jubahnya dan keluar dari persembunyian.

"Ini demi kehidupanku.!"

[2]IKSAN : Astrea Power Academy[END+Crosscover]Where stories live. Discover now