Naudzubillaah...

"Aku tidak mengatakan mereka layak mendapatkannya, Queen," kata Nora lagi. "Aku tetap berdoa semoga yang berpulang, jika muslim maka Allah ampuni dosanya, dan yang masih diberi kesempatan hidup, siapa saja... semoga Allah berikan hidayah, termasuk aku."

Aku masih menangis.

Aku tidak peduli. Aku mau menangis saja.

"Selama ini aku selalu berkata padamu, bagaimana jika Rasul ada di dekatmu ketika kau larut dengan acara-acara seperti konser musik begitu," katanya lamat-lamat. "Aku tidak berani mengatakan, bagaimana jika ketika kau tengah larut dengan musik-musik yang melenakan itu, kemudian Allah perintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawamu. Dan demikian juga aku," ucapnya. "Bukan berarti aku merasa bersih dari dosa. Sering juga khawatir, bagaimana jika nyawaku dicabut ketika aku sedang futur?"

Tangisanku kian menjadi-jadi. Wajah dan tanganku sudah basah. Dan ketika Nora memelukku, tangisanku bukannya mereda malah semakin keras.

Kenapa aku tidak pernah berpikir demikian? Kenapa aku bahkan tidak berpikir untuk diriku sendiri?!

"Nora, kenapa aku begitu bodoh?" gumamku saat kami masih berpelukan.

"Maafkan aku, Queen," kata Nora, dengan bisikan. "Aku tidak bermaksud untuk membuatmu bersedih."

Aku bersedih, tentu saja.

Bersedih atas kebodohanku yang begitu lamban dalam berpikir. Yang kutahu, aku selalu iri dengan konser, konser, dan konser yang digelar oleh artis-artis papan atas dari negeri sana. Tidak berpikir atas kematian yang bisa kapan saja menghampiri. Aku lupa, yang jelas itu adalah mati. Yang lain dari dunia ini, hanya semu.

Nora selalu berkata padaku, bahwa manusia lebih fokus pada perihal memikirkan bagaimana caranya hidup enak, sampai lupa untuk berpikir keras mencari cara bagaimana agar bisa mati enak? Semua yang dicari oleh manusia, kebanyakan adalah Dunia, Dunia, Dunia.

Padahal Dunia sementara, Akhirat selamanya.

Dan harusnya, informasi bahwa Allah menjaga Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alayhi Wasallam dari keinginan beliau menonton acara-acara musik hiburan, yaitu dengan cara membuat beliau tertidur pulas selama dua hari berturut-turut...

Harusnya itu membuatku benar-benar sadar, bahwa hadir di acara sedemikian adalah benar-benar kemudharatan yang jelas.

Dan ternyata terjadi.

Apa yang dikhawatirkan, terlihat di depan mata dalam bentuk video.

Tsunami melanda negeri kami di pengujung tahun ini.

"Mereka sedang berlibur ya," kata Nora yang rupanya kembali menekuri isi berita. "Jadi kawasannya memang ramai..."

"Iya, anak-anak sekolah sudah banyak yang libur," timpalku pelan.

"Dan acara musik itu ternyata dari acara gathering suatu perusahaan," kata Nora lagi. "Innalillaahi..."

Nora membekap mulutnya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya menunjukkan layar ponsel ke arahku.

"Ternyata ada acara seperti ini di sana," ucap Nora dengan suara bergetar.

Aku memerhatikan baik-baik videonya. Yah, meski tidak usah diperhatikan juga sudah jelas. Itu video seorang penyanyi wanita di atas panggung ditemani oleh dua orang pria yang agaknya dari sisi penonton, ikut bergoyang di atas panggung.

Dan goyangannya, astaghfirullaah... Tidak usah dijelaskan!

Yang jelas... Amat sangat memalukan!

Demi cari uang, dan demi cari hiburan, orang-orang melakukan hal ini?

Ah, Queen, memang apa yang akan kaulakukan semisal kau hadir di konser yang ada Guanlin-nya, kemudian kau punya kesempatan untuk memeluknya? Bukankah kau ingin sekali memeluknya? Atau, bukankah kau pernah berkata dalam hati bahwa kau ingin sekali dijabat tangannya oleh Park Chanyeol atau Choi Siwon?

Dan aku menangis lagi.

"Aku tidak tahu," itu suara Nora, "apakah tahun baru nanti akan diisi dengan gegap gempita ledakan-ledakan kembang api? Dengan total biaya bisa mencapai ratusan juta? Dengan dalih untuk memberi penghiburan kepada banyak orang? Dengan alasan bahwa mereka menggunakan uang pribadi?" katanya. "Semoga saja tidak ada. Alangkah baiknya jika dana itu digunakan untuk membangun kembali orang-orang yang membutuhkan, dalam hal ini yang terkena bencana di negeri ini. Masih begitu banyak yang perlu dibantu dan diurus."

Aku cuma bisa diam. Mengingat itu semua dilakukan oleh orang-orang berduit yang mungkin kebingungan hendak menghabiskan uang ke mana...

"Paling-paling mereka akan bilang; Tidak sebaiknya kita bersedih terlalu lama," komentarku kemudian.

Dan sebulir air mata Nora jatuh meluncur di pipi kanannya. Tangannya lekas bergerak, menyeka.

"Bersedih atas kejadian ini memang tidak boleh terlalu lama," kata Nora pelan, "tapi saat ini adalah waktu yang tepat untuk belajar lebih banyak dan lebih lama."

[]

*Turut Berduka Cita atas apa yang terjadi di Selat Sunda. Semoga jadi pelajaran bagi semuanya. Pray for Banten, Lampung, dll. Pray for them 💖

[✓] Best Friendsजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें