23. Nabi Tidak Nonton Konser

444 79 4
                                    


Serial BEST FRIENDS – 23. Nabi Tidak Nonton Konser

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 21 Desember

-::-

HADUH HADUH HADUH! Bagaimana ini...

Aku melirik Nora dengan takut-takut. Rasanya aku ingin segera pulang. Huhu...

"Sedang apa, Queen?"

"Hah? Hoh?"

Aku panik level atas.

"T-tidak..."

Tentu saja aku gelagapan. Di tanganku tadi sedang mengklik postingan yang dikirim oleh temanku via inbox instagram. Isinya? Ya, euhm, haduh... Oke, isinya Oppa-oppa. Huweee!

"Oh," Nora meneruskan jalannya. "Temani aku beli jus ya?"

Aku ber-hm pelan. Hari ini siang tidak terlalu panas sih. Tapi, minum jus tampaknya tidak buruk.

Aku berjalan di sisi kanan Nora dengan kepala tertunduk. Tadi ponselku berbunyi lagi, menandakan ada notifikasi baru yang masuk. Halah, pasti temanku yang sama nih!

Semalam, Wanna One baru saja menggelar konser megahnya! Haduh LAI GUANLIN-KUUU!

Aku gemas. Pokoknya aku gemas sama dia. Huhu, padahal usianya di bawahku. Tapi dia keren sekali...

Suara musik terdengar nyaring ketika tanpa sadar aku menyentuh layar, padahal tadinya mau mengembalikan ke menu utama. Huweee! Nora sampai menoleh dan mengernyitkan kening ke arahku. Wajahnya penuh tanya.

Tapi syukurlah, kemudian dia kembali sibuk dengan pesanan jusnya. Aku memesan jus mangga untuk siang ini.

"Ada konser lagi, Queen?" tanya Nora begitu kami duduk di satu kursi panjang, dekat penjual jus.

"Huh?"

Aku bertanya seperti orang tolol.

"Wajahmu terlihat tak nyaman saat bersamaku," kata Nora. "Biasanya karena kau ingin buru-buru pulang ke rumah." Bahunya terangkat, "Sebab ada sesuatu yang memburumu. Aku benar tidak?"

Kutebak, wajahku pucat.

Kenapa dia bisa sedetail itu hah?

"Uh, baiklah," Aku meletakkan ponselku ke atas meja. "Wanna One menggelar konsernya semalam. Dan temanku di instagram mengirimiku rekaman-rekaman konsernya. Kau tahu, Nora..."

Aku melirik Nora dengan ekspresi cemas yang tak bisa kujelaskan.

"Aku tidak mengerti kenapa masih menggilai mereka?" sungutku, meletakkan dagu di atas tas yang kuletakkan di atas meja.

Kulihat Nora tertawa.

"Kau begitu, karena belum punya hal lain yang lebih menyita perhatianmu."

Well, she's right. Meskipun aku punya bwanyak sekali tugas kuliah, toh mereka itu kujadikan pelarian. Kubilang; mereka adalah OBAT.

Lucu ya? Tapi menjadi fangirl di saat-saat penat, adalah obat paling mujarab.

"Kau tahu tidak, Queen?" tanya Nora kemudian. "Nabi tidak pernah menonton konser."

Jus pesanan kami datang dan aku memilih mengaduk jus tersebut ketimbang menanggapi kalimat Nora.

"Makanya, kita juga tidak usah nonton konser," kata Nora lagi.

"Ya iya, tentu saja begitu, dear Nora..."

Akhirnya kutanggapi juga kan! Huhu!

"Dulu itu mana ada konser? Mana ada EXO? BTS? Lee Minho? Wanna One? Mana ada?!"

Aduh, aku kesal!

"Kata siapa?"

Aku mendelik, menyipitkan mata. "No way..."

Ya masa sih ada Hallyu-wave di zaman itu?

"Ada, pagelaran musik. Acara hiburan-hiburan rakyat. Ada pada zaman itu," kata Nora. "Saat itu, beliau masih kecil. Izin pergi menonton acara musik hiburan yang tidak pernah beliau saksikan, sebab beliau ketiduran. Hari pertama begitu, beliau coba lagi di hari ke dua. Dan ketiduran lagi."

"Berarti boleh nonton, karena Rasul aja mau nonton," sengitku.

"Tidak, bukan begitu. Allah sengaja membuat beliau ketiduran dua hari dalam usaha beliau untuk nonton konser," kata Nora. "Karena Allah mau jaga beliau dari kemudharatan. Coba kaupikirkan sebentar; Jika menonton acara musik hiburan begitu memang diperbolehkan, kenapa Allah membuat beliau tertidur? Berarti itu kemudharatan."

Aku terbungkam.

Haduh, aku harus balas apa lagi...

Huweee... Aku mau nonton konser!

"Dan begitu juga dengan banyak orang di luar sana, yang Allah jaga dari kemudharatan, dengan kemiskinan. Ada berapa orang yang batal nonton karena tidak punya uang? Banyak? Kau juga batal nonton karena tidak cukup uang kan?"

Aku menghela napas pendek. "Yeah, right. Aku miskin saat itu."

"Dan saat kaupunya uang, kau mengurungkan niat nonton konser, karena Allah sudah menyelipkan pemahaman padamu, bahwa itu adalah hal mudharat."

Aku menghentikan seruputan jusku.

KENAPA SIH?!

Kenapa sih Nora selalu bisa membuatku tidak bisa membalas kalimatnya? Kenapa kalimat Nora selalu merasuk ke dalam hatiku? Hah? KENAPA?

"Tidak ada kebaikan sama sekali dalam menonton konser seperti yang mereka lakukan."

Aku manyun. "Terus, kenapa mereka banyak nih yang menonton konser? Apa karena Allah tidak menjaga mereka?"

Sunggingan senyum Nora membuat hatiku entah kenapa perlahan menyejuk.

"Jangan pikirkan mereka, Queen," kata Nora. "Segala Ilmu yang Allah pahamkan untuk kita, ada baiknya kita nikmati dulu sendiri. Setiap orang punya masa dalam berpikir dan memahami. Mereka belum paham, sekarang kau sudah paham. Menurutmu, mana yang beruntung? Yang paham sekarang, atau yang paham nanti? Padahal kematian tidak jelas kapan datangnya. Bisa nanti, bisa juga sekarang."

Aku berjengit mendengarnya.

Sungguh ya, Nora ini...

HUWEEE!

Aku melirik ponselku yang bagian atasnya berkedip-kedip.

AAAH, GUANLIIIN!

Nora sudah tidak berkata apa-apa lagi. Dia melanjutkan meminum jusnya sampai habis. Aku menyentuh ikon panah di laman instagramku. Bodo amat, video-video itu tak akan kutonton!

Dan laman instagram-ku berhenti pada satu akun dakwah yang sering memposting kalimat-kalimat menusuk jiwa.

Nikmat paling berharga setelah Iman dan Islam adalah Nikmat memiliki Sahabat Shalih, kata Sayyidina Umar Bin Khaththab. Keberadaannya senantiasa mengingatkan kita akan Allah. Kesalahan kita diperbaiki lewat lisan dan doa, kebaikan kita diapresiasi dengan senyuman. Itu, sudah lebih dari cukup.

Aku melirik Nora lagi, yang kali ini membalas lirikanku. Senyumanku merekah. Begitu juga senyumannya.

Kalimat di postingan ini benar adanya, pikirku dalam diam. Nora selalu bilang, bahwa manusia paling baik adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Dan kehadiran Nora, lebih dari bermanfaat bagiku. Nora adalah obat penenang di saat aku hype pada segala yang kusebut sempurna ini.

Padahal, hih, tidak ada manusia yang sempurna kecuali RasulAllah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam. Orang-orang ini dibuat seolah sempurna karena mereka memang mengejar pundi-pundi uang semata. Tidak lebih, Queen! Ingat, tidak lebih!

Aaargh, tapi Lai Guanlin lucuuuk!

Hm, hehe...

[]

[✓] Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang