04. Tiga Bulan Kemudian..

3K 302 23
                                    


"Devin!".

Devin yang baru saja keluar kelas menoleh pada seseorang yang memanggil namanya. Dan melihat, Timo sedang melambaikan tangan ke arah nya. Sambil berlari menghampirinya.

"Tim, ada apa ?" Tanya Devin, sambil melangkah pergi.

"Loe ada acara kemana ? Udah gak ada lagi kelas kan ?" Tanya Timo, mensejajari langkah Devin.

"Mau ke Caffe. Biasa lah "
"Caffe doang, ikut kita yuk. " Ajak Timo merangkul bahu nya. "Kita - kita mau pada nongkrong. Nayla, juga ikutan lho " lanjut Timo, sambil menyikut pelan dirinya ketika mengucapkan kalimat terakhir.

Devin hanya mengulum senyum, ia menggeleng, tidak tertarik dengan ajakkan teman nya itu.

"Enggak deh, gue masih ada pekerjaan " jawab Devin.

"Ck, bentar doang. Lagian caffe loe gak akan bangkrut kalau bos nya gak datang sekali ".

"Bukan gitu, gue udah ada acara sendiri. " Ujar Devin, sambil memainkan alisnya naik turun.

Mereka berhenti di parkiran tepat di depan mobil nya Devin. "Gue duluan ya, sorry " ujar Devin, berlalu masuk kedalam mobilnya.

Timo hanya bisa menghela napas beratnya. Melihat mobil Devin yang sudah melaju pergi.

"Timo " seorang perempuan berjalan menghampiri laki - laki itu. Membuat Timo menoleh dengan tatapan tanya.

"Nayla ".
"Devin mau kemana ? Gak ikut ?" Tanya Perempuan itu, ikut memandangi mobil Devin yang sudah menjauh.

Timo menggeleng kan kepala nya. "Katanya dia sibuk ".

Gadis bernama Nayla itu menghela napas kecewa. Bukan rahasia lagi kalau gadis itu memang menyukai Devin, sudah semenjak pertama ospek perempuan itu menaruh perhatian pada Devin. Hanya saja, Devin menganggap nya teman kuliah saja. Sama seperti Timo dan yang lain nya.

"Kayaknya, akhir-akhir ini dia sibuk terus " gumam Nayla sambil berlalu.

Timo hanya mengindikkan bahu nya tidak tau. "Mending mundur aja deh, Nay. Kayaknya Devin gak suka sama loe. "

"Tau dari mana loe ?" Tanya Nayla dengan nada ketus.

Timo hanya mengindikkan bahu nya. Sambil berlalu pergi mendahului Nayla yang menjadi kesal sekarang. Karena ia diam - diam menyetujui ucapan laki - laki itu.


***


Di rumah Bilqis sedang memasak makan siang untuk Devin.
Tiga bulan sejak mereka menikah, ia masih tinggal di rumah orang tuanya. Bukan nya Devin tidak sanggup untuk menyewa rumah atau apartemen. Cuma, itu permintaan Ayah nya.

Sebelum menikah, Dika sempat berpesan pada Devin dan Bilqis. Selama, belum mempunyai anak mereka di minta tinggal di rumah. Dengan alasan, kasian Bilqis kesepian nanti kalau di tinggal Devin kuliah atau kerja. Jadi, lebih baik tinggal di rumah untuk sementara.

"Devin, pulang ?" Tanya Kinal, yang membantu nya hari ini.

"Abang, langsung ke Caffe. Ini nanti aku anterin ke Caffe aja makan siang nya " jawab nya menoleh pada sang Mama yang sedang menggoreng.

"Oh, kuliah kamu gimana ?" Tanya Kinal.

"Baik, kok Ma. " Jawab Bilqis.

Ia memang sejak sebulan setelah menikah kembali melanjutkan pendidikan nya. Dan Devin sama sekali tidak melarang nya. Ia bersyukur akan hal itu. Namun, meski begitu ia tidak melupakan tugas seorang istri. Dan selama dua bulan ini sejak ia kuliah, Devin belum sama sekali mengeluh tentang ke sibukkan nya. Ya, selama ia pandai membagi waktu semua akan baik - baik saja.

IneffableWhere stories live. Discover now