02. Pelukkan ternyaman

2.5K 290 11
                                    

"Ayah "

Dika yang sejak tadi memandangi Devin dan Bilqis yang tengah duduk di pelaminan, menoleh pada Rezky yang tiba - tiba sudah ada di samping nya. Ia tersenyum pada anak sulung nya itu.

"Kamu udah makan ?" Tanya Dika, pada anak nya itu.

"Udah kok ".

Dika mengangguk, ia menoleh lagi pada anak gadis nya yang sekarang sudah menjadi istri orang. Walau rasanya sangat lah berat yang ia rasakan sekarang, karena harus menyerahkan anak gadis nya pada orang lain.

"Ayah senang melihat adik kamu bisa tersenyum selebar itu " ujar Dika.

Rezky ikut menoleh pada adiknya, kemudian ia tersenyum juga melihat apa yang ayah nya lihat. "Devin, selalu tau bagaimana cara membuat Bilqis tersenyum, bahkan sampai tertawa lepas ".

Dika mengangguk setuju, ia sendiri selalu melihat itu. Bahkan setiap kali melihat Bilqis bersama dengan Devin, anak nya itu selalu terlihat sangat bersemangat dan juga senang.

"Ayah, " panggil Rezky. Dika menoleh pada anak nya. "Kenapa Ayah menolak lamaran ustad Yasin ?".

Dahinya mengernyit heran mendengar pertanyaan anak nya yang tiba - tiba itu. "Maksud Abang gini, bukan nya dalam agama di larang ya, menerima lamaran saat ia sudah lebih dulu di lamar orang lain ?".

Dika mengulum senyum mendengar ucapan anak nya. Ia mengangguk setuju, ia kembali menatap pada Devin.

"Karena itu lah Ayah tidak bisa menerima ustad Yasin. " Jawab Dika dengan nada bijak. Ia melirik pada anak nya sebentar. "Anak itu sudah lebih dulu minta Bilqis,"

"Kapan ?"
"Waktu dia lulus SMA, ayah ngajuin syarat. Untuk mahar Ayah minta hafalan surat Ar-Rahman. Kamu lupa ? ".

Rezky mengernyit sebentar untuk berfikir. Tapi, kemudian langsung tersenyum. Ia baru ingat, kalau saat lulus SMA, Devin sengaja datang kerumah nya dan ingin bicara dengan kedua orang tua nya.
Dengan maksud ingin melamar Bilqis, adik nya.

***

Devin berdiri di depan pintu warna putih. Menatap pintu kamar itu dengan perasaan bingung. Ini bukan pertama kali ia datang ke rumah Bilqis bahkan sudah sangat sering. Jadi, ia bukan tidak tau kalau pintu di depan nya sekarang ini adalah pintu kamar Bilqis. Namun, sekarang ini ia sedang berfikir sejenak. Sekaligus menenangkan degubpan jantung nya yang berdetak tidak karuan.

Dan ia bingung, jika ia masuk apa reaksi Bilqis ? Kaget ? Atau ia malah di usir. Mengingat, sudah sangat lama Ia tidak pernah masuk ke kamar gadis itu, yang sekarang telah sah menjadi istrinya.

Eh, istri ?
Iya ya, kan udah nikah. Jadi, sah - sah aja gue masuk.

Memikirkan itu membuat senyum Devin merekah lebar. Bahkan pipi nya entah mengapa menjadi bersemu sendiri.

Tok Tok Tok

Akhirnya ia mengetuk pintu kamar itu, tanpa menunggu jawaban ia langsung meraih handle pintu dan membuka nya.

Cklek

"Assalamualaikum " salam nya, mengintip lebih dulu. Sebelum ia melangkah kaki ke dalam.

Dan begitu ia menutup pintu, suara - suara yang sejak tadi lumayan ramai di bawah tidak lagi terdengar. Padahal acara sudah selesai sejak jam 3 sore tadi. Tapi, keluarga nya masih ada di bawah sedang mengobrol.
Tapi, karena ia sudah sangat gerah, jadi ia minta izin lebih dulu untuk membersihkan diri.

Namun, ia malah di goda abis - abisan sama yang lain nya. Sedangkan Bilqis sudah lebih dulu pamit sejak acara selesai tadi. Mungkin sudah lelah, ia sendiri yang melihat pakaian yang di kenakan Bilqis merasa kasian juga. Pasalnya, saat memakai pakaian adat Aceh tadi, ia melihat mahkota yang di pakai Bilqis cukup berat. Menyangka, pasti leher nya pegal.

IneffableWhere stories live. Discover now