-07- Salah Siapa?

539 96 4
                                    

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, sehabis dari kampus Devin langsung mengajaknya untuk ke rumah sakit menemui dokter kandungan. Ia hanya memilih menurut saja, menikmati ke senangan sang suami yang benar-benar terlihat bahagia.
Lalu selama perjalanan juga, Devin tidak lupa terus mengatakan tepatnya mengulang kata-kata dokter tadi sebelum mereka pamit pulang. Pesan-pesan dokter padanya tentunya. Beliau berkata, usia kandungan Bilqis masih sangat muda jadi suka rentan. Di saran kan, untuk sementara waktu ia tidak melakukan atau mengangkat hal hal berat.

Lalu jiwa posesif serta protektif Devin langsung bangkit. Gadis itu bahkan hampir saja di paksa duduk di kursi roda saat pulang tadi. Tentu saja ia menolak, dan sebagai gantinya. Devin meminta agar ia tidak membawa barang apapun termasuk tas.

"Kamu pegang tangan Abang aja. Gak usah bawa apa-apa. Bawa hati Abang aja udah cukup." Begitu kata Devin tadi saat mereka keluar dari ruangan dokter kandungan.

Ia hanya bisa menggeleng, memilih mengalah dan menuruti semua ucapan sang suami.

"Sampe." Ucap Devin begitu mobil mereka berhenti di depan garasi mobil. "Bentar." Tajam Devin saat ia akan membuka seatbelt untuk turun.

Ia mengernyitkan dahi, melihat Devin tergesa-gesa keluar dari dalam mobil. Kemudian berlari mengitari depan mobil lalu membuka pintu di sampingnya. Ia langsung mengulum senyum manis, menggeleng kepala melihat kelakuan suami nya itu.

Devin mengajaknya masuk kedalam sambil menggenggam tangannya. Dengan langkah lebar tapi tetap mengimbangi langkahnya. Devin memang selalu begitu, berjalan disampingnya. Tidak pernah lebih atau kurang dari langkahnya.

"Assalamualaikum!." Devin menyerukan salamnya dengan semangat.

"Mamaaa... Ayahhh..." Devin berseru dengan sangat semangat.

Mengajaknya menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk bersantai di depan tivi. Keduanya menoleh heran juga pasrah pada kelakuan sang menantu yang memang punya sifat yang kelewat semangat.

"Waalaikumsalam". Jawab Ayah dan Mama dengan kompak.

"Ayah selamat ya." Kata Devin menyalami tangan ayahnya.

Dika tentu saja bingung. Begitu juga Kinal, hanya memandangi Ia dengan penuh tanya akan sikap Devin.

"Mama juga, selamat ya." Kata Devin dengan senyuman lebar dengan binar penuh ke bahagian.

"Kenapa? Kamu kelihatan bahagia sekali." Kata Dika bingung dan juga penasaran.

"Ayah, kapan sih aku terlihat enggak bahagia. Bahkan sejak menikah, aku selalu bahagia. " Jawab Devin dengan senyuman lebar.

Devin sama sekali tidak bisa menyembunyikan kebahagian nya.

"Aku itu sangat-sangat berterimakasih pada Ayah dan Mama. Karena sudah menghadirkan Bil menjadi jodoh ku. Bidadari surganya aku. Terimakasih Ayah, Mama ku yang cantik."

"Alah, udah kamu tidak perlu banyak membual. " Delik Dika pada sang menantu. "Ada apaan? Kamu kayak orang abis menang lotre 200 miliar."

"Behhh... Ini lebih dari itu Yah!. Enggak akan sebanding dengan uang satu goni sekali pun!.".

Mendengar jawaban itu membuat Kinal semakin penasaran. Beliau melirik putrinya dan menatap dengan tanya. Tapi yang di tanya malah hanya tersenyum sambil melirik suaminya.

"Taraaaaaaa!". Seru Devin mengeluarkan selembar foto dari dalam saku dalam jaketnya.

Dika dan Kinal awalnya mengernyit heran, namun saat melihat lebih jelas mereka langsung kaget. Dika langsung mengambil alih foto tersebut. Lalu menatap keduanya secara bergantian.

IneffableWhere stories live. Discover now