Prolog

4.2K 300 38
                                    

"Adek "

Devin memanggil dengan nada sedikit gugup. Padahal perempuan yang sedang duduk di hadapan nya bukan lah orang asing. Perempuan dalam balutan baju gamis pink soft bercorak bunga itu, dengan kerudung berwarna senada adalah perempuan yang sangat di kenal nya dengan baik.

Tapi, berhubung perempuan itu memiliki tempat paling istimewa di hati nya sejak kecil. Maka, sekarang ia menjadi sangat gugup saat akan mengatakan sesuatu.

Berbeda dengan Bilqis, perempuan manis dan cantik itu menatap Devin dengan heran. Kernyitan di dahi nya langsung tercipta melihat Devin, seperti orang kebingungan. Bahkan, ia bisa melihat kalau laki - laki di depan nya sedang gugup.

Tidak seperti biasanya, menurut Bilqis.

"Abang mau ngomong, apa ? " Tanya Bilqis, kemudian menyesap minuman nya. "Kok gugup gitu ?"

Devin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Padahal ia yakin semalam ketika ia berlatih di depan kaca semua berjalan lancar. Bahkan, saat ia mencoba pada Mama dan Kakak nya semua berjalan dengan mulus. Tidak ada yang terlupakan.
Tapi, mengapa saat sudah di depan perempuan berkerudung di depan nya ia kehilangan semua kata - katanya?

"Abang " panggil Bilqis, karena merasa Devin seperti melamun.

"Emm.. anu.. Abang... " Devin mengatakan dengan tidak jelas. Membuat Bilqis bingung sendiri.

"Abang kenapa sih? Kok tiba - tiba jadi gagap kayak gini ? "

Devin menghela napas berat nya, ia memejamkan mata dengan kuat mencoba mengumpulkan semua keberanian nya.

Lo bisa, Vin. Semangat !

Huft

Ia menghembuskan napas kasar, kemudian menatap Bilqis dengan serius membuat perempuan itu juga membalas tatapan Devin dengan heran juga bingung.

"Bil, kamu kan udah lulus sekolah nya. Jadi, Abang Devin mau memperjelas hubungan kita. Emm.. kita udah kenal lama, sangat lama. Dan, menurut Abang juga gak baik kalau kita begini terus. Nambah - nambah dosa. Kamu pasti udah tau banget kalau Abang sayang banget sama kamu. Udah sampai ke tahap cinta sama kamu.

Jadi... " Entah mengapa Devin menjeda melanjutkan ucapan nya. Membuat Bilqis menatap nya dengan menunggu.

"Jadi... " Ujar Bilqis seolah penasaran dan ingin laki - laki itu melanjutkan ucapan nya.

"Jadi... Gimana kalau kita menikah aja "

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Empat detik

Lima detik

"Dek "
"Abang yakin ?" Devin mengangguk dengan kuat.

"Kamu gak yakin ?"tanya Devin dengan lemah.

"Abang menikah itu bukan permainan, bukan cuma untuk sebulan, setahun atau dua tahun. Bilqis itu cuma mau menikah sekali seumur hidup "

"Aban juga " saut Devin dengan yakin.

Bilqis diam sejenak, ia menatap Devin dengan tatapan lekat seolah mencari ke bohongan di sana.

"Abang, kita masih sangat -"
"Kamu mau menikah dengan Ustad Yasin ?"

Bilqis terkesiap mendengar pertanyaan Devin yang di lontarkan dengan nada sinis.

"Abang tau kok, kalau kamu di lamar sama ustad muda, tempat kamu sekolah itu. Anak pemilik pesantren " jelas Devin dengan sedikit marah. " Abang gak sengaja dengar pembicaraan Om Dika sama Tante Kinal, kemarin "

IneffableKde žijí příběhy. Začni objevovat