Aleta tidak merasa dendam atau apapun atas ulah Revo yang sudah menghianati perasaan tulusnya. Dulu Revo terkenal salah satu cowok populer, anak osis sekaligus anggota marching band. Dan Aleta? Dulu Aleta hanya murid biasa, tidak cantik dan juga terkesan udik maka dari itu banyak yang tidak suka jika Aleta berpacaran dengan Revo. Hingga puncaknya Revo bermain api dibelakangnya, berpacaran dengan Lisa yang notabennya sahabat baik Aleta.

"Ayo." ajak Aleta.

Aleta dan Revo berjalan dengan langkah pelan. Membiarkan masa - masa 4 tahun yang lalu kembali menyelubungi keduanya. Jujur saja, Aleta tidak merasakan apapun. Karena memang 100% perasaan Aleta kini sudah terisi oleh Detra, kalaupun Aleta merasa canggung ataupun yang lainnya itu semata - mata karena merasa aneh dan asing saat tangannya bersentuhan dengan seseorang selain Detra. Ya Aleta harap, Detra jangan sampai tahu kejadian ini.

"Let." panggil Revo pelan.

"Huum?" Aleta memperhatikan raut wajah Revo yang mendadak berubah menjadi sedikit gugup.

"Gue...gue mau minta maaf." ujar Revo lirih.

Aleta mengerutkan dahinya bingung. Minta maaf? Dalam rangka apa, setahu Aleta sampai retaknya hubunganya dengan Revo tidak terlibat satu masalah apapun.

"Buat?" tanya Aleta tak paham.

Revo meremas tangan Aleta yang berada digenggamannya. Mata Revo benar - benar menampakkan rasa bersalah dan itu Revo rasakan selama bertahun - tahun ini. Meskipun saat SMP hubungan keduanya bisa dikatakan hanya seperti cinta monyet, namun Revo sadar kalau dia memang benar - benar mencintai dan juga sayang kepada Aleta. Namun, karena rasa suka sesaatnya pada Lisa membuat Revo tanpa pikir panjang berselingkuh. Padahal saat itu Aleta selalu menjadi apa yang Revo inginkan. Dan perasaan menyesal itu selalu menggerogoti hati Revo, ingin kembali namun itu adalah hal yang sangat mustahil.

"Rev? Minta maaf buat apa?" ulang Aleta gemas melihat tingkah Revo yang justru malah melamun.

"Maaf buat yang dulu. Maaf karena gue udah bikin lo kecewa, maaf karena gue udah nyakitin lo, dan maaf karena gue nggak bisa bikin lo selalu bareng gue seperti janji yang pernah gue ucapin sama lo."

Aleta reflek menghentikan langkahnya bersamaan dengan Aleta menarik tangannya. Sungguh, pembahasan semacam ini bukanlah yang Aleta inginkan. Sejak tadi Aleta menahan diri untuk tidak mengingat masa lalu yang kerap membuat Aleta merasa sakit hati. Terlepas dari Aleta sudah memaafkan Revo, tapi tetap saja rasa sakit itu masih membekas dihati Aleta.

"Eh... Oh iya." balas Aleta kikuk ia menyelipkan helaian rambut kebelakang telinga menutupi kecanggungan yang saat ini tengah Aleta rasakan.

"Udah lah itu juga masa lalu. Nggak perlu ada yang dimaafin. Lagian gue dulu juga sadar diri kok, cewek jelek kaya gue nggak pantes punya cowok seganteng lo." tutur Aleta lembut bibirnya menyugingkan senyum tipis, "nggak usah merasa bersalah Rev. Gue nggak pernah ngerasa disakiti kok. Yang lo lakuin udah bener, kalo gue jadi lo mungkin gue juga bakalan selingkuh. Secara cewek yang lo jadiin selingkuhan kan jauh diatas gue hehe..."

Revo menghela nafas pelan. Emosinya keluar begitu saja, mendengar rentetan kalimat Aleta yang justru membuat Revo semakin diliputi rasa bersalah. Cara berbicara Aleta yang tenang, dan juga seperti biasa saja Revo sangat yakin kalau dulu Aleta dibuat menangis dan sakit olehnya. Pecundang seperti Revo harusnya jangan sampai menampakkan diri dihadapan Aleta. Sekali lagi Revo sadar, ia hanya tak lebih mantan bodoh yang sudah merelakan cinta pertamanya pergi.

"Let gue ba..."

"Udah gelap banget nih Rev. Ayo buruan pulang gue takut bang Kenzi nyariin." sela Aleta cepat lalu berlari meninggalkan Revo menuju mobil Revo yang terparkir ditepi jalan dekat pintu masuk taman.

Revo menunduk dalam sembari mengepalkan tangannya. Revo tahu, jika Aleta hanya mencoba menghindari pembahasan ini dan tidak ingin terlibat lebih jauh lagi berbicara dengannya. Tetap saja, Revo tidak akan mungkin bisa kembali dekat dengan Aleta. Karena, Revo hanya bagian masa lalu Aleta.

🔪🔪🔪

"Makasih udah ngantarin gue pulang." ujar Aleta.

Revo mengangguk kecil bingung hadus menjawab apa. Pembahasan ditaman tadi membuat Aleta dan Revo kembali camggung. Padahal sebelumnya keduanya sepakat akan menjadi teman, dan melupakan semuanya. Namun, hanya karena satu kalimat dapat merubah semuanya.

"Gue masuk dulu ya." Aleta menunjuk gerbang rumahnya menggunakan jempol dengan gerakan salah tingkah. Tubuhnya bereaksi sangat berlebihan hanya karena Revo yang sejak tadi menatap tanpa kedip. Harusnya Aleta bersikap biasa saja, toh mata Revo tidak seseram mata Detra yang lebih mirip seperti iblis Junciriki.

"Selamat malam." ujar Revo.

"Ma... Malam." balas Aleta.

Aleta membuka pintu gerbang rumahnya lalu masuk kedalam sana setelah melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.

Revo menyugar rambutnya kebelakang. Hampir saja Revo kelepasan merubah peraaannya yang perlahan ingin menguasai Aleta disaat hubungan Aleta sedang merenggang dengan Detra. Tidak, Revo tidak akan membuat hal demikian. Masa lalu tetap masa lalu, Revo cukup memandangi Aleta dari jauh ia tidak ingin sesuatu hal yang lebih.

"Apa yang gue pikirin?!" geramnya.

Revo masuk kedalam mobil. Baru saja ia duduk dan menutup pintu ia dikejutkan dengan....

"SURPRISE...."

Bzzttt....

"Arghhh!"

Gelap, tubuh Revo mengejang saat merasakan sengatan bertegangan tinggi menempel di lengan tangannya. Sebelum tak sadarkan diri, Revo samar - samar melihat seseorang memakai kostum beruang yang pernah ia lihat saat kejadian warung bu Yuri terbakar.

Aleta satu nama itu terlintas dikepala Revo.

Maaf kalo lama updet...
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 😊😊

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें