Aleta meneguk ludahnya susah payah saat melihat Detra sedang melakukan pemanasan bersama teman - temannya. Mengingat lagi ada Detra disana, Aleta mengurungkan niatnya untuk pergi ke UKS. Aleta tidak ingin Detra tahu kalau ia diusir dari kelas plus mendapatkan hasil karya dari pak Johan berupa lecet dipelipis. Kalau Detra tahu, kekasihnya itu akan langsung murka bahkan tidak akan segan berbuat hal gila.

Bagaimanapun juga ini tetap salah Aleta. Wajar saja kalau ada guru yang marah ketika tengah mengajar ada salah satu siswa yang enak - enakan tidur, rasa ingin dihargai tentu ingin pak Johan rasakan bukan.

"Detra nggak boleh tau. Alamat gue diceramahin 7 hari 7 malam." Ujar Aleta pelan "Ini lagi mata pake acara ngantuk. Lebai banget sih kaya nggak biasa tidur malam." Rutuk Aleta sambil menepuk kedua matanya pelan.

Langkah kakinya tanpa sadar membawa Aleta ketempat yang seharusnya tidak ia datangi, bagian belakang sekolah.

Entah mengapa kaki laknatnya malah menyeret Aleta memasuki wilayah yang seharusnya Aleta jauhi, pergi dari macan malah kini masuk kekandang macan.

Aleta menggigit bibir bawahnya saat ada 5 siswa berandal Nusantara, sedang memperhatikannya dengan penuh minat. Bukan itu masalahnya, Aleta tahu mereka semua musuh Detra. Meskipun masih satu sekolah namun Detra dengan kelima orang itu sering melakukan adu kekuatan secara terang - terangan didepan warga sekolah Nusantara. Dan Aleta lebih tahu, ketua dari komplotan itu adalah Gio, siplayboy berotak mesum. Kata Bunga sih.

"Wihh ada pacarnya si Detra nih." Seru Gio antusias.

Cowok itu bangkit dari duduknya lalu membuang puntung rokok dengan asal "Ada apa gerangan tuan putri Aleta."

Aleta mencengkram ujung roknya dengan kedua bola mata yang bergerak tak tentu arah. Mencoba meminta bantuan berharap ada seseorang yang lewat. Namun Aleta sadar itu mustahil.

"Takut eh?!" Gio terkekeh geli saat melihat gelagat Aleta "Gue udah jinak jadi nggak gigit."

"Gu...gue mau pergi. Ta...tadi gue nggak se...sengaja lewat sini." Ujar Aleta terbata.

Gio semakin tergelak diikuti keempat temannya. Tawa yang menurut Aleta terdengar lebih kearah mengejek atau bahkan lebih terdengar menghina. Menghina cara bicara Aleta tadi yang sudah seperti orang gagu, Aleta merutuki dirinya sendiri bagaimana mungkin dia bisa bodoh seperti ini.

"Kita main - main aja dulu. Santai." Gio menarik tangan Aleta secara sepihak, Aleta yang belum siap pun tubuhnya mendarat didada bidang Gio.

"Jangan kurang ajar! Gue bisa teriak!" Ancam Aleta ia berusaha melepaskan diri dari dekapan Gio.

"Teriak aja. Nggak ada yang denger, lo mau panggil cowok lo itu silahkan."

Aleta semakin ketakutan saat ini ia baru tahu semesum apa Gio ini. Sebelumnya Aleta hanya mendengar cerita dari Bunga saja bagaimana brengseknya cowok itu saat memainkan hati para perempuan, dan juga bagaimana mesum mulut sialannya itu dalam melancarkan kalimat yang menjijikan. Meskioun saat ini Aleta belum mendengar kalimat yang frontal dari mulut Gio. Namun, cara cowok itu bergerak cepat memperlakukan cewek seenak jidatnya membuat Aleta paham. Bahwa Gio lebih dari sekedar cowok brengsek.

"Detra!" Pekik Aleta kencang. Padahal sudah jelas saat ini Detra berada dilapangan.

"Kurang keras. Lebih keras lagi." Bisik Gio ditelinga Aleta dengan sensual.

Aleta memiringkan kepalanya kesamping menghindari bisikan Gio yang membuatnya merasa terganggu. Belum cukup sampai sana. Aleta kembali dikejutkan dengan aksi Gio yang tiba - tiba mencium pipinya.

Mata Aleta memanas ia merasa dilecehkan. Rasanya Aleta ingin menampar muka Gio sebagai bentuk balas dendamnya karena sudah kurang ajar mengambil hak yang seharusnya untuk Detra.

"Bangsat!"

Bugh...

Gio terpelanting kebelakang saat seseorang menendang perutnya setelah Aleta terbebas dari dekapannya. Gio terkekeh pelan saat melihat ternyata orang yang menyerangnya adalah Detra.

"Berani lo cium pacar gue! Mati lo sama gue!" Sengit Detra menatap nyalang Gio.

Aleta masih menangis sesegukan dipelukan Detra. Detra mengusap rambut Aleta mencoba menenangkan, namun terlepas dari itu amarah begitu mendominasi hati Detra saat ini melihat Aleta diperlakukan tidak senonoh oleh musuh bebuyutannya.

Detra bukannya tak melihat Aleta saat dikoridor sekolah. Cowok itu berusaha tak melihat Aleta hanya untuk sekedar ingin tahu kenapa kekasihnya itu berkeliaran keluar kelas saat jam pelajaran. Dan yang membuat Detra tak habis pikir, kekasih nakalnya ini malah mencoba menghindarinya lalu memilih memutar arah yang Detra tahu tujuan awal Aleta bukan tempat yang sekarang Aleta datangi.

Ternyata benar ada yang tidak beres. Meninggalkan kegiatannya, Detra lebih memilih untuk mencari Aleta. Dan saat menemukan Aleta, kekasihnya itu sedang diganggu oleh geng Gio.

"Maju sini lo! Lo belum puas kaki lo gue patahin satu, mau gue tambah lagi."

Gio tertawa pelan. Cowok berambut spike itu tidak merasa takut sama sekali, malahan merasa tertantang. Baginya, membuat seorang Aldetra Falanio marah adalah suatu hobi bagi Gio. Gio ingin melihat wajah Detra berubah menjadi seperti iblis disaat banyak warga Nusantara yang memuji Detra bahwa musuhnya itu katanya memiliki senyum seperti malaikat.

Cih, terlalu berlebihan. Gio bukannya iri, hanya saja cowok itu tidak senang jika julukan itu diberikan untuk Detra. Tidak tahu saja siapa Detra sebenarnya.

"Detra udah. Aku nggak mau kamu berantem." Cicit Aleta pelan ia mendongak menatap wajah Detra yang memerah menahan emosi.

Detra menghela nafas pelan "Kita pulang."

"Tap.... "

"Jangan bantah aku Leta. Hari ini kamu udah bikin satu kesalahan."

"Maaf."

"Kali ini lo selamat. Kalo lo berani macam - macam sama Leta gue jamin, lo nggak bakalan bisa bangun lagi selamanya." Ujar Detra dingin. Terdengar seperti ancaman biasa namun Aleta tahu itu bukan ucapan biasa.

Takut, Aleta takut. Dan untuk kesekian kalinya akan ada seseorang yang menanggung akibatnya setelah kejadian ini. Entah itu pak Johan yang melemparinya dengan penghapus atau malah Gio yang sudah berbuat kurang ajar padanya.

Aleta tidak bisa berbuat apa - apa. Detra adalah pemilik segalanya, untuk mencegah pun ia merasa tidak bisa. Kalau nanti pak Johan yang terkena imbasnya. Suatu penyesalan betcampur rasa bersalah akan menghinggapi Aleta.

Tuhan semoga kali ini jangan batin Aleta memohon.

Chapter pertama....
Aye... Ayeee 💃💃💃

My Psikopat Boyfriend (Sudah Diterbitkan)Where stories live. Discover now