Duapuluhtujuh

4.5K 458 11
                                    

Adnan sedang menikmati es kopyor di meja hidangan. Masa bodoh dengan tamu yang lain yang langsung mencari tempat duduk ketika sudah mengambil makanan. Adnan malah santai mencomoti kue-kue kecil yang disusun di atas meja.

Acara baby shower Chilla sudah mulai sejak dua jam yang lalu. Tapi dia masih belum melihat tanda-tanda kedatangan mantan istri Raka. Jangan pikir Adnan tidak kenal dengan mantan istri Raka itu, dia tahu, tidak sengaja melihat postingan salah satu kerabatnya yang berteman dengan mantan istri Raka.

Jiwa-jiwa ingin tahu yang lapar akan informasi milik Adnan pun bangkit dan mulai menggali informasi. Perempuan itu namanya Meta. Usut-usut ternyata dikabarkan sebagai teman sekolah Raka dulu.

Lucunya, tidak tahu juga kenapa Adnan menganggap ini lucu tapi, Meta sudah sejak jaman sekolah naksir sama Raka. Sampai Meta rela mengekori jejak laki-laki itu ke universitas yang sama, fakultas yang sama, bahkan nyaris saja mereka satu kantor. Tapi Raka memilih pindah ya ke kantor yang sekarang ini bersama dengan Adnan.

Sudah menikah, tapi kemudian bercerai, karena Meta tidak bisa memberi Raka keturunan. Alasan pengadilan sih begitu, aslinya Raka itu cuma mau mengejar-ngejar Chilla saja. Bisa dibilang, Chilla sudah jadi pelakor tanpa sadar, kalau menurut Adnan. Karena nyatanya memang Raka meninggalkan Meta untuk Chilla.

Panjang umur, Chilla yang baru saja dia pikirkan sedang berjalan ke arahnya dan memutarkan bola mata malas. "Kenapa lagi, lu? Lagi hamil kayaknya sensi banget"

"Jangan tanya, gue juga gak tau kenapa mood gue swing banget" Chilla mengambil kursi di samping Adnan dan duduk dengan kesal, "Like, everyong just being annoying dan gue tuh gak suka"

"Suami lo annoying juga?"

Chilla menganggukkan kepalanya

"Mau es kopyor?" Tawar Adnan dengan tiba-tiba menyodorkan segelas esnya kepada Chilla yang ditolak perempuan itu hanya dengan lirikan mata, "Ok..." katanya kalem

Chilla menggerutu kecil lagi. Mantan istri suaminya sudah datang. Yang bikin senewen itu karena Meta dengan terang-terangan menyebut kalau dia adalah mbak-mbak yang Raka pilih dibanding Meta. Mbak-mbak, loh bayangkan, ditanya umur senewen, dipanggil mbak senewen. Punya suami kejauhan sih jarak umurnya.

"Terus mertua lu fine gitu sama mantan bini laki lu?"

Chilla mengedikkan bahu, "Mana gue pikirin, urusan mereka ajalah, Raka tau bates juga paling. Susah amat, sih"

Adnan hanya mengangguk saja, "Kesel amat lu"

"Gimana, gak? Sikapnya tuh kayak orang yang muna tau gak? Kalo dari cara liatnya ke gue sih yang 'lu tuh cuma dinikahin supaya Raka punya anak, terus gue dengan berbaik hati kasih suami gue nikahin lu cerai ama gue---- biar orang-orang mikirnya kalo lu tuh bukan pabrik anak' ih kesel banget gue"

Sejujurnya Adnan jadi nge-blank. Secara jelas sekali kalau Raka sudah mengejar Chilla bertahun-tahun lamanya. Dan dia yakin semua orang tahu tentang hal itu. Memang rada-rada Chilla ini.

"Hm..." Raka berdehem untuk menyadarkan kedua orang itu kalau dia dan mantan istrinya datang menghampiri. "Met, kenalin ini Adnan, Nan ini---"

"Meta, hi?" Adnan mengulurkan tangannya dan dijabat oleh Meta. Perempuan itu benar-benar terlihat sombong, "I just happened to knew you, temennya sepupu gue kayaknya"

"Oh, iya?" Meta terlihat tidak tertarik tapi juga ingin tahu di saat yang bersamaan, "Siapa?"

Adnan hanya mengedikkan bahu, "Btw, Ka. Bini lo kayaknya lagi kurang makan yang manis-manis ya, bawaannya sensi mulu. Gue saranin kudu lembut-lembut..."

Belum juga selesai Adnan menjelaskan kondisi Chilla, ibu hamil itu malah terdengar terisak. Jelas saja Adnan menoleh dengan horor.

Raka menarik nafas dalam sebelum akhirnya berlutut di depan Chilla, "Mau tidur, aja?"

Adnan sih masa bodoh dengan interaksi Raka-Chilla, malah memperhatikan ekspresi Meta yang tampak tidak suka dengan keduanya, dia mengambil langkah untuk berbisik kepada perempuan itu, "Honey, you are better than this"

Meta tersentak. Ketika dia menoleh Adnan sudah berjalan menjauh dengan es kopyor di tangannya. Perempuan itu memegangi dadanya sendiri. "Apasih..." gumamnya dengan kesal

IFMVIYWhere stories live. Discover now