Delapanbelas

3.9K 486 22
                                    

April akhirnya memilih datang ke rumah keluarga Chilla setelah menemui Raka. Pria itu tampak berpikir keras dan kemudian mempersilahkannya pergi begitu saja tadi.

Tidak banyak yang April bawa, hanya sekedar pie pastry kesukaan Chilla dan juga buah-buahan mengingat temannya itu sedang sakit. Beberapa vitamin juga susu ibu hamil. Ck, dasar sahabat yang merepotkan tapi sangat dia rindukan.

Menemukan Chilla termenung di depan jendela sudah biasa baginya. Perempuan itu duduk begitu saja di sebelah sahabatnya dan menyapa dengan ketusnya. "Halah, hamil aja melamun mulu. Anak lo cengeng ntar..."

Chilla mengangkat wajahnya. Kaget karena April datang menemuinya. Memeluk perempuan itu dengan tiba-tiba dan menumpahkan air matanya. "Huhu, jahat baru dateng sekarang..."

April hanya membelai rambut Chilla pelan dan kemudian berkata, "Kan gue bilang jangan kawin sama brondong. Gak bahagia kan lo sekarang? Gue dateng mau liat penderitaan lo terus ketawa"

"Uh. Jahat banget. Padahal lo kawin aja gue dateng lo sampe pengajian sampe semuanya gue baik-baikin..."

"Jadi gak ikhlas?"

"Iyalah!" Chilla melepaskan pelukannya kemudian mengambil sehelai tisu untuk membasuh pipinya juga melancarkan lubang hidungnya, "Gue kan maunya ada timbal balik. Kalo gue ada di moment spesial kehidupan lo, lo juga dong harusnya. Jangan gak berimbang gitu dong!"

April berdecak. "Gue marah pokoknya lo kawin sama itu anak. Chill, ih. Lo itu harusnya sama yang lebih dewasa dong! Lo kan layak anak kecil. Ini aja lo minggat ke rumah orang tua lo dia gak jemput apa ikut nginep kek minimal..."

Chilla memanyunkan bibirnya. Tidak terima sang suami dihina, dia melakukan pembelaan. "Enak aja kalo ngomong! Raka dewasa tau! Gue aja yang suka manja-manja! Dia sayang kok sama gue..."

"Terus kenapa lo kayak gini?!" Bentak April begitu saja. "Lo jujur aja, lo masih sayang sama cowok yang bikin lo hamil dulu kan, makanya lo kayak gini? Mana ada ibu hamil tapi kurus banget kayak lo yang abis disiksa suami gini. Lagian kalo emang Raka sayang banget sama lo, lo harusnya bahagia dong. Lupain masa lalu lo yang dulu, lo rawat bunganya biasa aja... Gak usah lebay sampe sakit deh cuma gara-gara dipotong..."

"Lo tuh gak ngerti, Pril!" Kesal Chilla kemudian terengah-engah. Sahabatnya menatapnya dengan bingung sekarang. "Lo tuh gak tau kalo ternyata Raka itu bahagia banget punya anak dari gue! Lo gak tau gue se-stres ini karena ternyata Raka pengen banget punya anak dari dulu sama gue! Lo gak ngerti itu yang bikin gue sakit sampe sekarang Pril! Gue udah bego banget dulu!"

April menautkan kedua alisnya. "Pelan-pelan. Maksud lo gimana?"

"Anak gue yang gue gugurin dulu itu anak gue sama Raka! Ngerti! Sepuluh tahun yang lalu gue tidur sama dia, gue hamil anak dia, gue bunuh anak dia! Ngerti?!"

April tidak bisa berkata-kata sekarang. Menatap nyalang kepada Chilla yang sudah sesenggukkan kembali dan bergetar di depannya. Bahkan April dengan tergagap mengeluarkan suaranya dan mencoba memegangi lengan Chilla untuk menenangkan perempuan itu, sayangnya dia masih mencoba mencerna penjelasan marah Chilla tadi dan kebingungan sekarang.

"Lo tau, beberapa minggu setelah gue nikah sama Raka, dia bilang dia pengen banget punya anak sama gue. Gue langsung ngerasa bersalah, Pril. Ternyata selama ini Raka sebegitunya ke gue..." Chilla memijit keningnya dengan susah payah dan kemudian merasakan dirinya dipeluk dengan cepat oleh April. "Gue yang bunuh anak gue sama dia karena gue pikir Raka gak mau. Gue cuma baru tau kalo ternyata Raka seantusias itu punya anak dari gue, Pril. Apalagi pas dia tau gue sekarang hamil. Pril dia ngungkit masalah dulu gue ketemu sama dia terus dia berharap kalo gue hamil aja waktu itu jadi dia bisa lebih cepet nikahin gue, Pril..."

"Sssshhh..." April menepuk pelan punggung Chilla dan menelan ludah. Oh, Tuhan. Apa yang sudah dia katakan kepada Chilla dulu? April tidak bisa berbicara lagi karena dia mengerti apa yang Chilla rasakan sekarang

"Gimana kalo dia tau itu anak dia yang gue bunuh. Gimana kalo Raka marah sama gue terus ninggalin gue, Pril. Gue takut... Gue takut Pril..."

April meneteskan air matanya tanpa sadar. Mengeratkan pelukannya pada Chilla yang sudah bergetar menangis dalam dekapannya. "Gak. Gak akan, Chill" gumam April pelan

Chilla masih saja menangis dan meraung-raung meneriakkan ketakutannya mengenai Raka yang akan mengetahui perihal dirinya yang menggugurkan anak mereka dan juga betapa egoisnya Chilla dulu.

"Gak akan, Chill. Raka gak akan kayak gitu..."

"Tapi dia bakalan marah, Pril..." Chilla menguatkan pelukkannya dengan kembali bergetar di sela tangisannya, "Anak gue, Pril. Anak gue, anak gue sama Raka..."

"Chilla maafin gue gak ada disana waktu itu..." April menggigit bibirnya dan berusaha menahan air matanya kembali

IFMVIYWhere stories live. Discover now