Sepuluh

5.4K 544 12
                                    

Jadi disinilah Chilla, duduk di kursi pengantin memandangi tamu undangannya sambil sesekali menoleh kepada Raka. Pria yang sudah resmi menjadi suaminya. Memang tidak banyak perdebatan yang Chilla lakukan karena entah kenapa bersama Raka, dia menjadi pasrah begitu saja mengenai semua pilihan.

Bukan berarti Chilla langsung iya, hanya setelah diskusi dan beberapa pertimbangan Raka menyetujui permintaan Chilla, begitu pula sebaliknya.

Konsultasi pernikahan juga tidak banyak mengalami kendala. Selain karena mereka mengalokasikan dana lebih banyak untuk rumah juga tabungan masa depan, beruntungnya, keluarga mereka tidak masalah dengan pesta pernikahan sederhana.

Jadi ketika melaksanakan akad nikah di rumah, mereka memilih salah satu restaurant keluarga yang menyediakan lokasi outdoor untuk menjadi tempat resepsi. Hal lain menyangkut baju pengantin, Chilla pinjam dari salah satu salon langganan mamanya. Sedangkan seragam keluarga, kompak hanya menggunakan warna senada.

Mengundang orang terdekat saja sampai mereka bisa berbaur dengan santai begitu. Jadi mereka tidak perlu berdiri berjam-jam hanya untuk menyalami orang yang tidak mereka kenal. Beruntung sekali keluarga besar mereka mengerti kalau acara mereka akan sangat sederhana. Jadi kebanyakan yang tinggal jauh dari Jakarta, hanya mengirimkan hadiah dan kartu ucapan selamat.

Kembali Chilla berpikir mengenai betapa lancarnya persiapan upacara pernikahan mereka. Ini antara orang tuanya yang tidak neko-neko karena akhirnya dia menikah di usia yang mendekati kepala tiga, atau memang rencana Tuhan membuat semuanya lancar. Chilla tidak tahu.

Kata orang, kalau masih ada yang mengganjal lebih baik tidak dilakukan. Tapi kata orang yang lain, lebih baik dipasrahkan saja. Sekarang Chilla sedang merasakan keduanya. Setiap kali dia melihat Raka yang tengil itu tertawa bahagia begitu lepas, Chilla masih tidak percaya kalau anak itu mencintainya.

Perhatian Chilla selanjutnya teralihkan oleh sebuah pertanyaan yang membuat Raka ikut menoleh ke sebelah mereka, "Abis ini langsung berangkat bulan madu, kan?"

Raka menoleh sekilas kepada perempuan yang sudah menjadi istrinya itu, "Kalo istri maunya istirahat, ya istirahat dulu... Kalo mau langsung pulang ke rumah juga, oke..."

"Maksudnya apa coba pulang langsung ke rumah?" Bingulah, secara Chilla memang tidak tahu kalau mereka harus pulang ke rumah yang mana. Menurut pembicaraan terakhir sih, mereka harusnya pulang ke rumah orang tua Raka. Tapi, Chilla jelas menolak. Sebagai gantinya dia minta pulang ke rumah orang tuanya, tapi belum ada jawaban pasti dari Raka.

"Pulang ke rumah kita,,,"Raka buru-buru membuka mulutnya lagi ketika melihat Chilla akan memotong ucapannya, "Rumah beneran... Bukan ke orang tua kamu, atau orang tua aku, pulang ke rumah kita..."

"Lo beneran gak tau cara kasi kejutan, Ka. Bini sampe kaget gitu..." ujar salah satu kerabat mereka yang kemudian meninggalkan pasutri baru itu untuk bicara.

Pandangan Chilla sudah lebih serius sekarang, matanya menuntut penjelasan dari mulut pria itu secara langsung sampai akhirnya perhatian Raka tertuju padanya, "Jadi..."

"Aku beli rumah, gak baru sih, belinya juga nyicil... Karena aku tau kamu pasti gak mau tinggal diantara orang tua kita..."

"Itu serius, Ka,,,"

"Kenyamanan kamu juga prioritas aku..."

"You sound like you don't need my opinion..." Chilla mengambil gelasnya dan beralih menatap tamu yang sedang menikmati sesi karaoke di sekitar mereka.

Raka menghela nafasnya dan kemudian mengikuti arah pandangan Chilla. "Aku tau aku banyak salah sama kamu, Chill..."

"Semua juga punya banyak salah,,," Chilla menghela nafasnya dengan sangat berat, "Tergantung orangnya aja mau minta maaf sama introspeksi diri apa gak..."

"Nah, aku udah berusaha biar jadi lebih baik... Tergantung kamu mau gimana sekarang. Kenapa kamu mau nikah sama aku kalo sikap kamu masih malu-malu dingin gini?"

Pertanyaan Raka benar-benar lucu, "Apalagi sih yang lo pikirin?"

Raka menaikkan satu tangannya dan membentuk tanda silang, "Bales dendam, maybe..."

Chilla tertawa kecil, kemudian beralih menatap pria itu, "I love you, stupid..."

"Ulang..." Raka meminta sambil mendekatkan kupingnya kepada Chilla dan kemudian memberi isyarat kepada perempuan itu untuk kembali mengucapkan kalimat yang tadi jelas-jelas dia dengar

"I love you,,," bisik Cilla dengan lembut dan kemudian melanjutkan ketika pria itu menatapnya dengan tidak percaya, "Semoga kamu gak berubah, Ka..."

"YASSSSS!!!!" Raka mengepalkan tangannya dan berdiri spontan sambil berteriak dengan girang sampai semua orang melihat kedua pasangan yang baru saja menikah itu dengan kebingungan

Chilla menggelengkan kepalanya. "Sekarang semua orang ngeliatin kayak kamu baru aja denger aku hamil..." lalu memijit keningnya dengan kesal

"That sounds better..." lanjut Raka sambil kembali duduk tidak bisa menahan kegirangannya karena mendengar langsung Chilla mengatakan i love you. Wah, satu kalimat sederhana yang membuat  moodnya tetap melonjak penuh adrenalin.


IFMVIYUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum