Duapuluhempat

4.1K 401 6
                                    




Makan, sudah. Sewa motor, sudah. Cek map, sudah.

Chilla sampai meneliti dari atas sampai bawah penampilan Raka. Gila. Makin ganteng saja Raka ini, semakin dilihat kadar ketampanannya bertambah begitu saja di mata Chilla. Apalagi, dari tadi angin pantai bikin rambut Raka jadi terbang-terbang lucu gitu.

Sepanjang sarapan, Raka cuma ngejoke sambil kadang-kadang balas chat teman-temannya. Balas chat temannya pun pakai acara izin sama Chilla. Kalau sudah Chilla mengangguk atau bilang iya, Raka baru akan menoleh ke ponselnya.

Lain lagi selama di jalan, cowok itu sibuk mengajak Chilla menyanyikan lagu yang sedang hits. Liburan ini, Chilla berasa punya pacar. Tapi pacarnya ini impian banget. Impiannya Chilla, bukan cewek pada umumnya.

Iya, Raka itu ganteng banget. Poin pertama yang selalu dia notice kalau ketemu Raka yang selalu tambah manis. Tinggi pula. Dari dulu sudah tinggi sih, sampai Kris sama Devon saja kalah tinggi. Suka olah raga, suka gila juga. Tapi begonya setengah mati. Suka gonta-ganti pacar, dan macam-macam keburukan Raka yang dia dengar dari Evelyn.

Adik paling kecil Chilla itu, sudah satu sekolah dengan Raka sejak SD. Sampai SMA juga masih satu sekolah. Lha, wong sekolahnya satu yayasan. Tapi tenang aja, sekolahnya bukan punya Raka, kok. Terlalu edan kalau begitu si Raka dan keluarganya. Kita eling dunia saja.

Evelyn sering bercerita tentang cowok satu ini, bukannya naksir, tapi Raka lebih ke kakak cowok yang menjaga adiknya. Katanya, Raka sayang banget sama Evelyn sudah seperti anak sendiri.

Chilla hampir saja muntah mendengar alasan menjijikan seperti itu. Jangankan Chilla, Evelyn sendiri sudah pernah melempar botol ke Raka karena alasan macam seperti itu. Untung saja Evelyn itu orangnya tidak suka bawa perasaan, jadi Raka bisa tenang Evelyn tidak akan suka padanya.

"Chill, tau ya disini tuh banyak banget spot fotonya. Percaya deh, sama gue..."

Perempuan itu mengintip dari spion untuk melihat sumringah wajah Raka yang sibuk bercerita, inilah, itulah. Dia juga tahu kok kalau banyak spot foto. Tapi yang dia iginkan bukan foto. Susah memang bicara sama Raka. Tujuannya ke sini kan buat...

"Nanti foto sama gue, ya?"

"Ngapain? Mending juga sama bule, ganteng..." Chilla memutar bola matanya malas, kembali menatap Raka yang sudah manyun. Lucu. Chilla ingin mencubit pipi cowok itu sampai merah kalau bisa

Raka tidak menjawab, beberapa meter di depannya ada sekumpulan anak muda yang sepertinya sedang sibuk foto. Bukannya kenapa, tapi Raka mengenali mereka. Memutuskan untuk menambah kecepatan motornya, Raka mensejajarkan motornya dengan motor seseorang.

"Eh, Ka!" Cowok yang juga mengendarai motor itu menyapa Raka, "Wuidih, semalem gak balik. Udah ada aja yang diboncengan..."

Chilla memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia kira siapa, tahunya teman Raka. Kalau begini bisa jatuh reputasi Chilla.

"Mau ke sana juga, lu pada?" Kali ini suara Raka yang terdengar lebih antusias

"Iya. Lu mau ke sana? Sama cewek lu?"

Raka tertawa mengiyakan. "Jangan godain gue, yak. Cewek gue pemalu ini..."

"Oh, oke. Siap. Kita duluan, Ka..."

"Oke, oke. Bye!" Raka memelankan laku kendaraannya. Menoleh sebentar ke Chilla kemudian kembali fokus ke depan. "Belok aja, apa?"

Perhatian Chilla kembali ke cowok itu, "Hah? Balik? Kemana? Mau kemana?" Tanya Chilla tanpa henti ketika Raka memutar motornya dan kembali ke arah mereka berangkat tadi

"Pulang..." jawab Raka tanpa peduli. "Jalan-jalan di sana, gak usah ke pantai. Kalo ke Pantai sorean aja, biar bisa liat sunset..."

Chilla mendengus kesal, "Kalo gitu, gue jalan sendiri aja..." yang ada dipikirannya sekarang adalah, Raka malu jalan dengan dirinya. Iyalah, malu. Anak sma jalan sama tante-tante. Begitu, pikirnya.

"Lah, jangan dong. Jangan ngambek, sayang..." Raka menghentikan motornya, menepi lalu menatap Chilla.

"Apa, sih?" Chilla masih saja tidak bisa menahan kesalnya, "Eh, gue kesini mau liburan, Ka. Mau cari cowok..."

"Lah, kan ada gue. Kenapa harus cari yang lain?"

"Lah, kenapa harus sama, lo?" Tanya Chilla dengan membalikan nada yang sama kepada Raka. Moodnya yang benar-benar jelek sejak bertemu teman Raka itu, bertambah jelek karena Raka yang malah mengajaknya putar balik.

Raka melirik jam tangannya dengan kesal, kembali menatap Chilla, "Chill..."

"Lo tau kan, kenapa gue ke sini gak barengan adek-adek gue?"

Raka menganggukkan kepalanya, "Ya, gara-gara itu. Gue yang nemenin lu, aja. Bukan cowok laen. At least, lo tau siapa cowo yang lo tidurin, Chilla..."

"Brengsek, lo..." Chilla tersenyum manis kemudian, "Brengsek banget lo, Ka..."

Cowok itu juga sama saja, bukannya membantah malah ikut tersenyum dan kemudian merapatkan sedikit tubuhnya, "So, why don't we play?"

Chilla melirik ke arah lain sebentar dan kemudian menggigit bibirnya, "Gue gak pernah main-main, Ka"

Raka menggigit bibirnya dengan pelan dan menatap Chilla melalui manik matanya, "Apalagi gue. Gue selalu serius sama lo, Chill..."

Deg. Aduh, jantung Chilla hampir saja berhenti berdetak melihat keseriusan di mata Raka.

IFMVIYWhere stories live. Discover now