Duapuluhtiga

4K 415 8
                                    

Pancaran cahaya silau yang kemudian Chilla sadari sebagai peringatan kalau hari itu sudah cukup siang, membuat gadis itu membuka matanya. Posisi tidurnya sedang menelungkup dan bersamaan dengan itu sebuah lengan berada di sekitar area punggungnya.

Chilla menoleh ke arah kanannya. Ada cowok tengil sialan yang baru saja dia mimpikan tidur dengan posisi yang sama dengan dirinya. Hanya saja, wajah Raka menghadap arah lain. Chilla mendesis dengan malas.

Dia mengerjap beberapa kali. Sebelum akhirnya menarik salah satu bantal untuk dia peluk dan terduduk. Chilla mengendap, mencari gaun tidurnya dan segelas air. Setelah mengenakannya, Chilla memutuskan untuk bersandar di depan lemari dan memandang cowok yang sedang tidur di ranjangnya.

"Woy, bangun lo..." panggil Chilla

Melihat tidak adanya respon pergerakkan dari Raka. Chilla memutuskan mendekat dan menggoyangkan pelan lengan Raka.

"Raka"

Tidak ada pergerakkan

Chilla mendesah, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Raka dan memutuskan untuk berbisik dengan lembut, "Sayang..."

Raka menarik lengan Chilla, membalikkan tubuhnya dan menarik tubuh Chilla sampai perempuan itu terjatuh ke dalam pelukannya.

Oh, jangan pikirkan adegan romantis karena yang terjadi berikutnya adalah Raka menyesal menarik perempuan itu karena hidungnya terbentur kepala Chilla, juga siku perempuan itu yang menusuk dadanya.

"Aduh!" Lalu Chilla mendesis dan mendorong lengan Raka, berusaha melepaskan dirinya dari kungkungan cowok itu.

Raka meringis dan melepaskan Chilla kemudian terduduk, "Aduh..." keluhnya sambil mengusap-usap dadanya juga lengannya

"Ih! Lo, tuh! Sakit, tau!" Omel Chilla karena kesal. Perempuan itu memandang sengit dan kemudian bertanya, "Mau sarapan, gak?"

Anak laki-laki itu malah menoleh dan kemudian tersenyum miring, Raka malah mengurung wajah Chilla dengan tangannya dan mencubit pipi perempuan itu saking gemasnya, "Lucu banget, sih. Kalo baru bangun ngegemesin banget kayak boneka..."

Chilla menepisnya kemudian, "Mau makan, gak?"

"Kenapa emangnya?" Raka menyerah dan duduk menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. "Mau ngajak makan, ya?"

"Gue mikir pasti lo dicarrin sama temen-temen lo, gak mungkin sendirian..." Chilla memilih duduk di tepi ranjang dengan jarak cukup jauh dari Raka. "Makan ama gue apa ama temen-temen lo?"

Raka menggaruk lengannya, "Sama lo, lah..." Cowok itu tersenyum dengan cengiran khasnya.

Aduh, Chilla pasti sudah gila main tidur sama anak sma macam Raka yang notabene satu keluarga kenal dengan keluarga anak ini. Bagaimana ini...

"Lo berapa hari, disini? Gue temenin, sampe bosen, sampe bokek, sampe---"

"Lo gak usah cari kesempatan dalam kesempitan, ya?" Chilla menodong cowok itu dengan telunjuknya, "Gue gak mau sampe Kris atau Devon tau hal ini..."

Raka mengambil telunjuk itu dan membawanya ke dalam genggamannya yang lebih besar, "Easy, peasy... Berarti gue boleh nemenin lu, kan? Beneran, kan?"

"Yang bilang boleh siapa, sih?" Chilla bertanya dengan kesal sambil berusaha melepaskan tangan Raka yang lama-lama malah terasa semakin hangat menggenggamnya

"Ah, masa gak boleh sih? Kan kapan lagi jalan sama cogan kayak gue?"

Ih. Demi ubur-ubur di spongebob yang lucu, Raka ini menjijikkan. Bukannya menerima dengan lapang kenyataan kalau Chilla sebenarnya juga suka sama cowok ini karena cakep, perempuan itu malah menepis tangan Raka yang lain ketika cowok itu mencoba mencubit pipinya.

"Udahlah, sama gue aja. Gak rugi..." Raka mengadah kemudian memegangi lehernya dengan gaya sensual yang dibuat-buat, "Sama aku aja tante, aku masih seger..."

Chilla mendesis, "Idih! Gue usir lo, ya?!"

Raka cuma bisa tertawa, "Udah, gue mandi. Abis ini makan nasi goreng di bawah aja. Terus gue anterin ke Pandawa..."

Perempuan itu melirik dengan curiga, "Pandawa?"

Raka menggulung selimutnya dan berdiri, menganggukkan kepala ketika Chilla terlihat tidak yakin atas ajakan miliknya, "Pandawa. Itu loh, pantai. Masa gak tau?"

Dengan cepat, Chilla meninju perut Raka. "Itu sih gue tau!"

"Terus kenapa nanyaaaaaaa?" Protes Raka sambil memegangi perutnya yang memerah. "Udah, ikut aja. Jangan protes. Kesana pake motor, jadi..." Raka menyipitkan matanya meneliti dari atas sampai ke bawah, "Pake baju yang bener, pake bikininya kalo kita berdua doang..."

Chilla memijit keningnya, "Sumpah, gue gak ngerti kenapa mesti 'iya' keluar sama lo..."

Raka tertawa dengan pelan lalu mendekat dan mencubit pipi Chilla yang semakin imut-imut itu, "Kalo gak, ya udah gue kunciin di kamar seharian"

"Anjir!" Pekik Chilla dan mengambil bantal untuk melempar Raka. Sayangnya cowok itu sudah kabur terlebih dahulu. "Kupret!"

IFMVIYWhere stories live. Discover now