"Bil, gue masih gak percaya tau gak, kayak ini semua mimpi gitu " ujar Yasya, sahabat nya Bilqis sejak keduanya masih kecil.

"Aku juga " jawab Bilqis.

Entah mengapa tatapan Bilqis tidak menunjukkan kebahagiaan di sana. Bahkan, terlihat tidak terlalu bersemangat untuk menyambut hari esok.
Padahal saat hari lamaran dan juga segala persiapan yang ia lakukan bersama dengan Devin. Ia sangat lah antusias.

Dari mulai memilih cincin, fitting baju pengantin. Dan membuat undangan. Ia lakukan dengan sepenuh hati.

Tapi, ia baru sadar satu hal. Kalau di balik kebahagian nya ada seseorang yang sangat amat berarti dalam hidup nya selalu saja menatap nya dengan sedih. Seseorang itu adalah cinta pertama nya bahkan sampai akhir ia akan selalu mencintai nya.

Yaitu Dika, Ayah nya sendiri. Ia sama sekali tidak melihat Ayah nya merasakan apa yang ia rasakan. Itu membuat nya sedih. Ia tidak bisa melihat Ayah nya sedih. Karena itu akan melukai nya.

Seperti malam ini, di saat semuanya sedang sibuk menyiapkan segala hal. Dika, justru memilih untuk menyendiri di ruang kerja nya.
Hingga Kinal masuk, karena sejak tadi mencari tapi suami nya tidak ada di mana pun.

Dan ia, menemukan nya di ruang kerja. Membuatnya sedikit terkejut, karena suaminya sedang menangis.

"Sayang " panggil Kinal, menyentuh bahu Suami nya yang bergetar hebat.

"Aku berat banget buat besok, gak percaya kalau akan secepat ini " ujar Dika dengan sedikit terisak.

Kinal sangat memahami perasaan Dika, karena ia juga merasakan hal yang sama. Tapi, ia melihat sendiri bagaimana anak nya begitu yakin dan juga bahagia. Makanya ia belajar untuk menerima semua keputusan anak nya. Dan menaruh rasa percaya pada Devin dan juga Bilqis .

"Rasanya, baru kemarin aku meng- azan kan nya untuk pertama kali nya. Mengganti popok nya, mengajarkan nya berjalan. Memanggil ku dengan sebutan Ayah. Aku.. aku.. takut kalau -"

"Sayang, jangan berfikir yang tidak - tidak. Yakin semua akan baik - baik saja. Dik, seharusnya kamu ikut bahagia. Bilqis akan menempuh hidup baru nya besok. Membuat nya akan lebih dewasa dari sekarang. Kita sangat mengenal Devin, kamu tau kan bagaimana Devin selalu menjaga Bilqis. ?"

Dika diam sejenak, mengusap air matanya. Kemudian meletakkan bingkai album foto Bilqis di atas meja yang sejak tadi di lihat nya.

"Kamu temui Bilqis, ya. Dia keliatan sedih karena sadar ayah nya, tidak merelakan nya menikah besok " ujar Kinal, mengusap bahu suami nya.

Dika menghela napas berat. Kemudian ia mengangguk.

Pukul sebelas malam, rumah Dika sudah terlihat sedikit sepi.
Hanya tinggal keluarga besar Dika saja. Ada Khalif dan Radith yang sedang mengobrol di teras.

Dan di dapur masih ada Naomi, Kinal dan Shani. Juga kedua orang tua Kinal dan Dika. Sedang menyelesaikan sisa pekerjaan.

"Ayah " panggil Rezky, saat melihat Ayah nya baru saja menaiki lantai dua.

"Ya ?"
"Tadi, pak RT tanya. Besok ijab qabul nya bakal di Rumah atau di masjid?"

"Oh, tadi Ayah udah ngomong kok sama Pak RT. Untuk ijab qobul tetap di Masjid aja. " Jawab Dika. Rezky mengangguk. "Oh, ya. Itu pelaminan kecil, yang buat Peusijuk udah di pasang kan ?"

"Udah kok, tadi Om Radith sama pak Didi yang bantu pasang " Dika mengangguk.

"Yaudah, ayah mau ketemu Bilqis dulu. " Rezky mengangguk, dan ia pun berlalu ke kamar nya.

Dika memilih menuju kamar anak perempuan nya.
Ia terlihat menarik napas dan membuangnya dengan perlahan. Kemudian baru mengetuk pintu coklat di depan nya.

IneffableWhere stories live. Discover now