"Oh iya, Anha? Bisa kau tolong Eomma bersihkan bagian atas lemari di kamar Eomma? Eomma tak bisa meraihnya. Setelah itu tolong bersihkan kamar Renjun-ah ne?" pinta wanita itu.

"Renjun oppa? Apakah ia akan pulang?" tanya Haneul dengan mata yang membinar. Renjun Ahn ㅡputra sulung keluarga Ahn.

"Ne. Sudah cepat sana bersihkan!"








Fiuh.. Ini sangat melelahkan. Kotor sekali lemari ini, pikir Haneul.

Ia memindahkan semua barang yang ada disana ke lantai. Beberapa barang itu pun juga dipenuhi debu-debu yang lebat.

Tak butuh waktu lama untuknya membersihkan bagian atas lemari itu. Setelah itu ia bergilir untuk membersihkan beberapa barang yang dipenuhi debu tadi.

"Selama itu 'kah benda-benda ini tak pernah dibersihkan? Ini sangat kotor," monolognya.

Satu persatu ia ambil. Benda-benda itu terlihat asing baginya. Ia tak terlalu memperdulikannya, yang penting ini selesai dengan cepat.

"Huftt... " Ia kembali menghela napas. Syukurlah ini benda terakhir, batinnya.

Ia membersihkan benda terakhir itu sambil tersenyum. Sebuah buku ㅡalbum foto lebih tepatnya. Sejujurnya, ia tak pernah melihat album ini.

Lembaran demi lembaran ia buka. Ia tersenyum masam melihat foto keluarganya beberapa tahun sebelum kecelakaan itu terjadi.

Haneulㅡ gadis itu masih sangat kecil waktu itu. Ia menggigit bibirnya menahan tangisan ketika melihat mendiang appanya. Seharusnya aku tak meminta Appa untuk untuk pergi ke festival itu, pikirnya.

Ia mencoba menghilangkan rasa sedihnya dengan mengganti ke halaman berikutnya. Rasa sedihnya berganti menjadi kekehan ringan, kakaknya ㅡRenjun menangis saat pengambilan potret wisuda di taman kanak-kanak. Lucu sekali, pikirnya.

Halaman demi halaman ia balik, serasa seperti bernostalgia. Walau tak semua kejadian dapat ia ingat.

Halaman pun selesai dengan cepat. Berhenti di foto terakhir, 4 orang anak kecil dan salah satunya tumbuh lebih besar.

Ia seperti mengenal salah satu anak yang berbeda, Renjun Ahn. Dan salah satu dari ketiganya, ia rasa itu adalah dirinya sendiri. Sedangkan dua anak yang lainㅡ ia tak tau.

Ia memicingkan matanya agar bisa melihat dengan jelas. Tapi nihil ㅡbenaknya tak merasakan apa-apa.

Ia pun membalik foto itu. Tertulis tulisan tangan yang sama sekali tidak rapi. Ia rasa ini tulisan anak kecil.

Jun-oppa Neul-ie Ji-ya Hiyon-ah。

➃ Epistle || Selesai ✔Where stories live. Discover now