25

152 40 52
                                    

ㅡ E P I S T L E ㅡ

 
  
     
   
    
  
  
   

Hari berlalu dengan cepat. Gadis itu, tak berubah sedikit pun. Tapi temannya banyak berubah. Naeun, ia menjauh entah karena apa. Sungjin, sifatnya menjadi dingin. Yeonhee, ia hanya menyenangkan saat duduk bersama, setelah itu? Tidak. Woojin? Sudah lama Haneul tak mendengar namanya. Hanya Chaerin yang masih bersamanya.

Haneul, ia datang tak seperti kemarin. Haneul datang lebih siang. Saat ia datang, Yeonhee belum datang. Ia selalu saja sendirian di pagi hari.

Tapi ia tak masalah dengan itu. Karena ada surat yang menemani paginya menjadi lebih baik.

Tangannya meraba-raba setiap sudut laci mejanya. Seketika ekspresinya berubah, matanya pun mengintip ke laci mejanya. Kosong, itu yang dapat ia lihat.

Tumben sekali surat itu tak ada. Hmm mungkin pengirim suratnya kesiangan, pikirnya.

   

Seketika, wajahnya terlihat senang. Saat melihat Sungjin datang. "Sungjin, ada surat untukku?" panggilnya.

"Kau cari tau saja sendiri. Aku bukan tukang pos pribadimu," balasnya yang terdengar angkuh.

"S-Sungjin?" panggilnya pelan. Ada apa dengannya? Batinnya.

   
  
  

Istirahat telah datang. Ia pun segera beranjak dari kelasnya menuju kelas Chaerin. Disana, mereka berbincang-bincang tanpa tau waktu. Kebetulan, Naeun tak jauh dari tempatnya berada. Haneul pun segera memanggilnya. Mengajaknya berbincang. Tapi ini malah menjadi percakapan canggung. Haneul merasa, pertemanan mereka semakin merenggang.

  
  
  

Esok hari, lusa, minggu depan. Waktu berlalu dengan cepat. Pertemanan mereka mulai membaik. Tapi tidak dengan surat itu. Ia tak lagi datang.

  
  
  
  
  

Satu semester telah selesai mereka lewati, kurang dari enam bulan lagi mereka akan segera lulus. Awalnya Haneul merasa senang. Tapi, entah kenapa, sekarang ia merasa waktu tak boleh cepat berlalu.

Ia sempat berpikir bila pengirim surat itu telah bosan dengannya yang terkadang suka berkata tak sopan dibalasannya.

   
  

Hari demi hari ia lewati, semua telah berubah. Tak ada lagi surat dilaci mejanya. Tak ada lagi Sungjin yang suka menggodanya. Tak ada lagi Woojin dan Sungjin yang seperti buronan. Tak ada lagi Naeun si kutu buku. Dan Yeonhee, ia hanya menyenangkan di awal.

  
   

Senin pagi, tepat sebelum kelas masuk, Haneul pergi ke toilet seorang diri. Tak sengaja ia melihat Naeun dan Yeonhee yang tengah serius dalam percakapannya. Haneul mengurungkan niatnya untuk masuk. Ia pun menguping di luar karena penasaran.

   

"Lalu, ia harus pergi secepat itu?" ia dapat mendengar suara Naeun yang tampak terkejut.

"Itu untuk kesehatannya. Ia tak bisa berlama-lama disini. Pekan nanti ia akan pergi sekitar dua minggu. Dan setelah atau sebelum lulus, ia akan menetap disana."

"Lalu bagaimana dengan Anha?" Mendengar namanya, Haneul semakin penasaran dengan topik pembicaraan mereka.

"Tenang saja. Ia akan lupa seiring waktu berjalan. Dan aku masih ada rencana sebelum pekan datang."

"Lalu kau bagaimana nanti?"

"Setelah lulus akan menetap di Seoul bersama pamanku."

"Ohh geurae. Aku doakan semoga ia baik-baik saja."

"Thanks, tapi ingat. Buat Anha lupa dengan semuanya."

"Tapi aku tak harus membuatnya amnesia dua kali, kan?"

"Tentu saja tidak! Kau ini. Sudah ya, aku ingin ke kelas dahulu." Mendengar itu, Haneul langsung beranjak dari tempat dengan cepat. Ia tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Tapi, namanya terdengar dalam percakapan tersebut. Kini dibenaknya hanya terdapat,

  
  
  
 
   
  
  
   
   
    

ㅡYeonhee Park, gadis yang misterius.

  
 
   
  
  
  
  
  

                       

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

  
  
  
   
  
    

H-6

  
----

25/12/18
Aii ♡

(Seketika story ini mengingatkan aku pada Verloren, saat saat menuju teka teki wkwkwk. Enjoy gaees! )

➃ Epistle || Selesai ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin