Chapter 15 : Patroli HumPride

389 31 15
                                    


       Hari ini giliran Humility dan Pride yang berpatroli, tetapi . . .

Mereka malah makan.

"Bang, satenya 10 tusuk, ya !" kata Humility, yang kemudian duduk di sebuah kursi sederhana dekat abang penjual sate.

"Ayo, duduk Pride" kata Humility sambil menepuk kursi kosong disampingnya.

Pride hanya memandang kursi tersebut dengan pandangan aneh, "Kau mengharapkan aku untuk duduk di situ ?"

"Tentu saja," jawab Humility, "Bukankah kamu tadi bilang kalau kamu lapar ?"

"Aku memang lapar, tapi jangan makan di pinggir jalan juga kali ! Makanan di pinggir jalan seperti ini kan gak bermutu. Kenapa gak makan di restoran mewah saja ?" kata Pride.

Setelah mendengar perkataan Pride, abang sate tersebut menjadi marah, "Gak bermutu ? Asal lu tau ye, ni sate adalah resep warisan keluarga gue dari bapak gue. Lu gak tau kan ? Bapak gue adalah chef sate profesional yang telah buka cabang di seluruh Indonesia dari Sabang sampe Merauke. Jadi jangan remehin gue'!"

"Pride, lebih baik kamu minta maaf kepada abang sate karena telah menyakiti perasaanya." kata Humility.

"Hah ? Kenapa aku yang bangsawan ini harus meminta maaf kepada rakyat jelata seperti dia ?" tanya Pride.

"Walaupun cuma tukang sate, tapi abang ini telah bekerja keras. Pekerjaan serendah apapun harus kamu hargai. Setidaknya abang ini masih punya pekerjaan." kata Humility.

"Iya, iya. Abang sate, aku minta maaf." kata Pride.

"Iya, saya maafkan. Nih satenya" kata abang sate sambil menyodorkan satu porsi sate kepada Humility.

"Ngomong-ngomong, satenya cuma satu porsi, neng ?" tanya abang sate.

"Iya, bang. Saya dan teman saya makan sate ini seporsi berdua" kata Humility.

Abang sate terkejut dan tanpa sengaja menumpahkan kerupuk yang sedari tadi dipegangnya, "K-kalian . . . "

"Kenapa bang ?" tanya Humility.

Abang sate menatap Pride dan Humility dengan tatapan tidak percaya, "KALIAN ADALAH TEMAN ?! SAYA KIRA KALIAN PACARAN ! CUMA TEMAN ? TIDAK MUNGKIN !"

Humility tersipu malu, sementara Pride  tersenyum.

"Sebenarnya saya sudah pernah melamarnya, tapi saya ditolak" kata Pride.

"Aaaaa" kata Pride yang mengambil setusuk sate dan menyuapkannya ke Humilty.

Humility memakan sate yang disuapi Pride, mukanya memerah.

"Mas ditolak ? Kok bisa ?" tanya abang sate.

"Itu-"

Pride tidak sempat menyelesaikan perkataannya karena dia mendengar suara seseorang yang mengatakan, "Itu kan Lucif ? Lucif !!! Minta tanda tangannya dong !"

Seketika, Pride menggenggam tangan Humility dan menariknya menjauh dari kerumunan para fangirl Pride.

"Mas ! Satenya belum bayar !" teriak abang sate dari kejauhan.

Tetapi tidak ada yang menggubris teriakan abang sate tersebut.

Yang sabar, ya, abang sate.

Secret Between Us Where stories live. Discover now