"It's okay, Dy. Mungkin mereka emang gak bisa bersama pada akhirnya," ujar Kiera sambil menatap ke arah gedung-gedung pencakar langit yang tersebar di ibukota. Hening menyelimuti mereka untuk sekejap. Sampai akhirnya Dylan membuka suara lagi.


"Terus lo kenapa?," tanya Dylan sambil mengalihkan pandangannya kepada Kiera.


"Kenapa apanya?," Kiera bertanya balik sambil masih menatap lurus ke pemandangan di depannya.


"Don't pull that card on me, Miss Zahran. I know something happened to you and you need to tell me right now," kata Dylan penuh penekanan sambil menarik pelan kedua bahu Kiera untuk menatapnya.


Kiera tersenyum kecil. Tidak ada yang bisa ia sembunyikan dari Dylan bahkan hingga detik ini. Laki-laki itu masih mengenal dirinya dengan baik meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu.


"Kejadian kemaren sukses bikin keraguan gue naik. Jadi gue bilang ke dia bahwa kita gak bisa ketemu sementara ini. Udah berapa hari ini kita gak pernah kontak," ujar Kiera jujur. Pada akhirnya Dylan memang akan tau semuanya. Dan Kiera yakin Dylan tidak akan membiarkannya pergi sebelum ia mengatakan semuanya.


Dylan tau betul siapa 'dia' yang Kiera maksud. Sejauh ini hanya ada satu laki-laki yang Kiera ceritakan berani mendekatinya setelah sekian lama. Mendengar itu rasanya Dylan ingin mengutuk Kiera dan trust issues nya.


"Jadi lo bilang lo gak bisa ketemu dia untuk sementara ini, dan itu yang bikin lo kaya gini?," kata Dylan menyimpulkan yang terjadi.


"Gue... gue gatau harus gimana, Dy. Gue bingung sama perasaan gue," kata Kiera sambil memejamkan matanya.


"Look at me, Ki," ucap Dylan sambil memaksa Kiera untuk menatapnya. Perlahan Kiera menatap Dylan dan Dylan melihat mata Kiera yang berkaca-kaca. Perempuan itu terlihat lemah. Suatu hal yang sangat jarang terjadi.


Dasar Kiera bodoh, batin Dylan sambil terkekeh gemas di dalam hatinya melihat raut kebingungan di wajah Kiera. Sudah jelas bahwa Kiera ingin mencoba menjalani hubungan dengan Mark, tapi ia masih berusaha keras menutup dirinya. Pada akhirnya apa yang Kiera lakukan menghancurkan dirinya sendiri. Akhirnya ia dengan senang hati menyiapkan diri untuk menggurui Kiera.


"Denger ya, Kiera Abigail Zahran. Apa sekarang lo lega dia berhenti ngehubungin lo?," tanya Dylan. Perlahan tapi pasti, Kiera menggeleng menjawab pertanyaan Dylan.


"Tau kenapa lo malah ngerasa kaya gini?," tanya Dylan lagi. Dan lagi-lagi Kiera hanya menggeleng.


"Karena lo masih penasaran, Ki. Di lubuk hati lo yang terdalam, lo masih ingin kasih anak itu kesempatan, buat ngedeketin lo, buat ngebuktiin keseriusan dia sama lo," lanjut Dylan. Kiera hanya bisa terdiam mendengar kata perkata yang Dylan utarakan.


"Lawan, Ki. Lawan trust issues lo. Jangan biarin hal itu bikin lo kehilangan sesuatu yang berharga buat lo," lanjut Dylan lagi.


"Tapi gue gak mau sakit hati kaya Ka Anne, Dy. Gue juga gak mau sakit hati kaya Jennie. Gue gak akan sanggup untuk ngerasain hal itu. Gue bukan cewek kuat kaya mereka yang bisa move on gitu aja setelah disakitin," sanggah Kiera membuka suara. Dylan juga melihat saat-saat dimana air mata akhirnya menetes dari kedua mata itu.


Dylan bergerak mendekati Kiera, menghapus air mata Kiera dengan kedua ibu jarinya. "Dengerin gue, Ki. Jatuh cinta itu emang pada dasarnya dateng berpasangan sama sakit hati. Kalau lo mau jatuh cinta, lo juga harus siap untuk sakit hati. Lo gak bisa milih salah satu," ujar Dylan.


retrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang