001

5.6K 153 9
                                    

"ELVAN!!"

Teriakan pak Toma guru BP SMA Angkasa Raya itu menggema di koridor kelas 11. Elvan, atau Adhitama Elvan Syahreza adalah cowok paling bandel di sekolah Itu, bisa disebut The Most Wanted nya Angkasa Raya, langganan banget sama yang namanya teriakan dari pak Toma. Guru BP dengan kumis tebal dan rambut botaknya itu membuat kesan galak sekaligus lucu. Tinggi badan pak Toma hanya setinggi telinga Elvan, jadi cowok itu sering sekali mengejek pak Toma dengan sebutan 'lebih pendek' dari dia, contohnya Pak Tucil, tua-tua kecil.

"Kenapa sih pak kok teriak-teriak?" tanya Elvan tenang sambil berjalan mendekati pak Toma. Guru itu hanya mampu geleng-geleng kepala melihat kelakuan Elvan yang bandelnya minta ampun.

"Bapak sudah pernah bilang jangan terlambat! Kamu tidak liat ini jam berapa?" kata pak Toma dengan gaya galaknya sambil menunjuk pergelangan tangannya.

"Ck..ck.. Pak, bapak gak bisa liat ya? Itu gak ada jamnya, jadi gimana saya mau tau jam berapa." sahutnya dengan nada cuek.

"Kurang ajar kamu ya! Saya ini guru kamu jadi saya yang benar di sini!" marah pak Toma yang tidak terima di bilang tidak bisa melihat.. Kurang ajar sekali Elvan itu.

Sedangkan yang di marahi justru sibuk mengorek kupingnya, lalu meniup permen karetnya menjadi gelembung besar.

"Elvan!" tegur pak Toma sambil melotot galak, "saya sebenarnya sangat malas berurusan dengan kamu. Jadi sekarang lari keliling lapangan 20 kali!"

"Nah dari tadi dong pak!"

Sedetik kemudian cowok itu telah berlari di lapangan upacara yang luasnya tak terkira itu dengan semangat. Entahlah, cowok itu memang aneh bin ajaib. Di mana-mana kalau dihukum pasti akan menggerutu atau malas-malasan, tapi bagi Elvan hukuman adalah teman. Hukuman adalah kegiatan yang menyenangkan. Hitung-hitung sih buat olahraga katanya jika ditanya oleh teman atau siapapun itu.

.....

Di sisi lain, seorang cewek dengan pakaian serba rapi berjalan tertatih dengan membawa setumpuk buku laporan kegiatan OSIS. Langkahnya pelan dan sangat berhati-hati. Cewek itu adalah Aleta. Aleta Quenby Elvina, ketua OSIS di SMA Angkasa Raya, peraih medali dan piala hampir setiap bulan.

Saat ia melewati koridor kelas 10, tak sengaja matanya melirik le arah lapangan, kemudian ia mendegus dengan kasar.

"Dasar cowok bandel. Tiap hari selalu aja kena hukuman. Sampe sakit mata gue liatnya!" katanya dengan nada malas lalu melanjutkan jalannya dengan santai.

Namun, saat hampir berbelok dia tiba-tiba dihadang oleh sekumpulan cewek dengan dandanan seperti mau kondangan. Tiga cewek itu melotot dengan garang, memperlihatkan matanya yang dilapisi dengan softlens dan juga bulu mata penuh maskaranya.

"Minggir!" perintah Aleta dengan garang. Dia malas sekali jika harus berhadapan dengan fans fanatik nya si hama sekolah itu.

"Gak akan sebelum lo minta maaf ke Elvan!" bantah seorang cewek yang berdiri di tengah tepat berhadapan dengan Aleta. Bed bertuliskan Anita Estu R.

Aleta menaikkan sebelah alisnya bingung. "Hey, gue salah apa? Perasaan nyentuh dia aja enggak. Ogah!"

"Lo salah! Karena lo udah ngehina Elvan!" kini giliran cewek yang berdiri di sisi kanan, Zananda Rista.

"Hey! Gue ngomong sesuai fakta!" kata Aleta tak terima lalu menjatuhkan berkasnya sembarangan. Kini dirinya dilanda emosi penuh.

"Fakta apa! Pokoknya lo harus. minta. maaf!" perintah Bela Arista U. dengan penuh penekanan.

"Gak akan!"

"Harus!"

"Gak akan! Lo semua budeg?!"

"Lo ya! Sekarang guys!" perintah Anita kepada kedua temannya agar memberi Aleta sedikit pelajaran.

Dan tara,, jadilah perang ala cewek. Mulai dari jambak-jambakan sampai cubit - cubitan pipi. Tanpa mereka sadari sekarang di sekitar mereka penuh dengan sekelompok siswa dan siswi yang sibuk menyoraki agar perang ala cewek mereka semakin dramatis. Entahlah mereka datang dari mana, karena seharusnya sekarang pelajaran pertama sudah dimulai.

Elvan yang sibuk berlari mendadak berhenti pada putaran ke-15 nya. Ia lebih tertarik untuk menyaksikan peperangan itu. Dengan santai ia berlari ke pusat keramaian itu lalu menyusup agar mendapat tempat terdepan.

"Kalian ngapain sih?" tanya Elvan tanpa dosa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Mendengar pertanyaan itu, peperangan ala cewek pun terpaksa terhenti dan mendapatkan sorak ramai dari para penonton.

"Eh Elvan!" sahut Bela lalu sibuk merapikan penampilannya begitu pula dengan kedua temannya. Sedangkan Aleta, cewek itu mendegus kesal dan berjalan mendekat ke arah Elvan.

"Lo!" tunjuk Aleta dengan melotot ke wajah Elvan. "gegara lo gue jadi kayak gini!"

Elvan terpaksa melihat cewek di depannya ini dari atas hingga bawa. Buruk. Satu kata itu yang terlintas di otak gantengnya. Bagaimana tidak, rambut Aleta acak-acakan layaknya orang gila, baju yang keluar dari seragam dan penuh dengan lipatan. Dan apa itu? Kancing bajunya ada yang terbuka.

"Ck. Perbaiki penampilan lo. Kancing lo kebuka, dan sorry gak sengaja liat dalemnya." bisikan Elvan santai di depan Aleta.

Mendengar bisikan setan itu Aleta langsung melotot dan memperbaiki Kancing bajunya. Mukanya merah semerah tomat. Marah sekaligus malu pastinya. Padahal kan itu hanya kaos tanpa lengan.

"Lo berani banget ya!" teriak Aleta di depan Elvan.

Fans Elvan yang tak terima idolanya diteriaki seperti itu pun sudah siap untuk maju mengajar lagi. Namun, segera dicegah oleh Elvan dengan mengangkat satu tangannya.

"Gue kenapa?" tanya Elvan menaikkan satu alisnya.

"Kurang ajar!"

"Halah semua cewek juga suka gue liatin." kata Elvan santai lalu berjalan mendekati Aleta dengan seringai di bibirnya.

"Jangan deket-deket!" teriak Aleta galak saat mengetahui Elvan cowok genit yang kerap dipanggil pecinta banyak wanita itu hendak meraih tangannya. Tidak ada yang tidak tau jika Elvan adalah playboy unggul di SMA Angkasa Raya itu. Hampir separuh siswi penghuni SMA itu pernah ia jadikan pacar.

"Why? Semua cewek di sini pengen lho gue pengang tangannya." kata Elvan yang masih berusaha meraih tangan Aleta.

"Kecuali gue! Gue enggak sudi dipegang sama cowok playboy kayak lo!" ucap Aleta mantap sambil trus berjalan mundur.

"Hari ini lo boleh nolak gue. Tapi liat aja cepat atau lambat lo bakalan ngejar-ngejar gue!" Elvan berkata dengan nada meremehkan lalu terkekeh pelan, "camkan itu!" lanjutnya sambil mendorong pelan kening Aleta dengan jari telunjuknya.

"Gak akan!"

"Berani apa?"

"Gue bakalan tembak lo di depan lapangan upacara kalau sampe gue suka sama lo!" kata Aleta penuh keyakinan dan disambut dengan sorakan heboh dari para penonton.

"Fine. Gue bakalan putusin semua cewek gue kalau sampai gue suka sama lo!" ucap Elvan tak mau kalah dengan Aleta, cewek tengil yang berani menolaknya itu.

"Bubar! Semuanya bubar!" teriak pak Toma dengan berkacak pinggang.

Sontak semua siswa dan siswi pun berhamburan memasuki kelas masing-masing. Ternyata tanpa mereka sadari, pak Toma dan beberapa guru lainnya menyaksikan kejadian itu dari belakang siswa siswinya.

Aleta sendiri sibuk memungut berkas yang sempat ia jatuhkan tadi dan Elvan yang malas berurusan dengan pak Toma lagi hendak kabur. Namun, niatnya harus terkubur dalam akibat ucapan terakhir pak Toma.

"Jangan pergi dulu Elvan, Aleta. Ikut ke ruangan saya atau saya panggil orang tua kalian!"

ElvanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang