[37] Ternyata Ini Rasanya

144 11 2
                                    

Setelah acara di hotel selesai, kini saatnya Adam dan Audrey berbenah diri untuk melanjutkan pestanya yang akan dilaksanakan di tepi pantai.

Audrey berganti pakaian yang seharusnya ia pakai, begitu juga dengan Adam. Waktu terus mengejar mereka, semuanya harus cepat agar tamu undangan tidak menunggu lama. Meskipun di acara nanti hanya ada makan-makan dan menari-nari tidak jelas, tapi tetap saja acara itu harus tetap berlangsung.

Tapi rasa lelah itu terbayarkan oleh rasa bahagia yang tak bisa diukur. Tak apa lelah, asal status berubah.

"Kamu capek ya hari ini?" Tanya Adam pada Audrey yang masih duduk di hadapan cermin.

"Enggak kok."

"Kalo kamu capek, istirahat aja. Acaranya kita undur jadi besok. Aku gamau kamu sakit abis acara ini."

Audrey menoleh ke belakang. "Heh, enak aja! Gak ada yang namanya diundur-undur. Lagian aku gak capek kok. Kamu kali yang capek."

"Ah aku mah enggak bakal capek, sekalipun pestanya tujuh hari berturut-turut."

"Wah hebat banget, apa rahasianya bisa kuat gitu?"

"Kamu." Audrey menatap Adam dari cermin. "Kamu kan penyemangat aku. Asal ada kamu, semuanya ga bakal terasa capek."

"Bisa gak sih gausah gombal terus? Cape tau digombalin."

"Yahhh... padahal beberapa jam lalu baru jadi istri, masa udah capek digombalin. Kan setiap pagi yang akan datang, aku bakal gombalin kamu terus. Tunggu aja ya, aku juga ga sabar lewatin malem ini."

"Adam!" Panggil Audrey gemas. "Stop ih!"

Tak lama dari itu, kedua pasangan baru ini sudah disuruh menuju tempat acara yang sudah dipenuhi para tamu. Seperti tadi, Adam dan Audrey berjalan di antara para tamu undangan yang begitu semangat.

Acara kali ini tidak seberapa formal seperti acara tadi. Kali ini hanya ingin menggelar acara bertema santai saja. Membiarkan para tamu berbincang-bincang di bawah lampion yang tergantung di atas, serta pasir putih yang mereka pijak.

Meja-bangku juga tersebar di atas pasir ini, agar para tamu bisa menikmati makanan yang sudah tersaji di meja masing-masing.

Sore menjelang malam ini terasa begitu hikmad. Cahaya matahari itu membaur dengan awan, membuatnya semakin terlihat indah. Ditambah lagi, hamparan laut berwarna biru juga ikut menyejukan mata. Perpaduan antara langit dan laut ini sungguh menakjubkan, membuat semua pasang mata tak ingin melewatkan pemandangan ini.

Tentu saja, Adam dan Audrey juga mengabadikan gambar itu. Hitung-hitung sebagai foto yang akan menjadi kenangan mereka di masa tua yang akan datang.

Di sisi lain, Avram dan kawan-kawannya seperti; Thea, Vallerie, Greyson, Afkar selalu bersama. Kalau Avram tidak berbaur dengan yang lain, mungkin ia hanya bisa melongo tanpa ada teman.

"The, kok makanannya ga diabisin?" Tanya Avram tiba-tiba.

"Tadi di hotel udah makan kok."

"Yakin? Hari ini pasti bakal capek banget lho, kamu jangan sampe lupa makan ya." Ujar Avram mengingatkan.

Thea tersenyum, ternyata Avram masih saja peduli dengannya sampai detik ini. "Iya Avram."

Percakapan singkat itu tiba-tiba berubah menjadi rasa canggung. Semuanya diam dengan ponsel di tangan, tapi tidak dengan Vallerie dan Grey yang sibuk pacaran. Sementara Thea tiba-tiba pergi meninggalkan meja tanpa pamit.

Karena merasa bingung, Avram berdiri di bibir pantai, membiarkan angin menerpa wajahnya. Di sini rasanya begitu sejuk. Semuanya serba mendukung. Dari suasana pesta sampai suasana hati pun ikut mendukung.

Adam dan Audrey 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang