[5] Ngeselin!

619 40 8
                                    

Audrey bangkit dari kursinya dan berdiri tepat di hadapan Adam yang sebenarnya. Adam yang pernah menjadi pacarnya sekaligus Adam yang sedang menjalin kerja sama dengannya.

"Asekk ketemu mantan!" ledek Vallerie.

Adam dan Audrey hanya saling tatap, tanpa ada yang mau membuka pembicaraan. Mereka berdua sama-sama tidak saling mengenali karena perubahan yang terjadi cukup drastis pada pertumbuhan mereka.

Cantik parah...

Audrey menangkis batinnya agar tidak memuji Adam. Ia menatap mata Adam lekat-lekat, ia kembali teringat bagaimana jahatnya Adam telah mempermainkan perasaannya saat itu. Audrey teringat betapa sakitnya waktu kemarin, lebih tepatnya tiga tahun yang lalu.

Audrey memejamkan matanya sambil menghembuskan napasnya pelan, itu ia lakukan karena ia sudah tak sanggup saat mengingat pengalaman pahitnya kemarin. Setelat itu, Audrey langsung meraih tas nya dan pergi meninggalkan kafe tanpa pamit.

Audrey memasuki mobilnya dan menjalankannya entah kemana, yang penting ia tidak bertemu dengan orang yang telah menyakiti perasaannya. Jika tidak kuat-kuat Audrey menahan kesedihannya, pasti ia sudah menangis tadi.

Audrey memberhentikan mobilnya di pinggir jalan yang menghadap ke arah matahari terbenam. Audrey keluar dari dalam mobil dan bersandar pada tiang kayu yang membatasi antara jalanan dan lautan.

Ia teringat akan semua kenangannya semasa SMA, kenangan yang cukup menyakitkan baginya. Sebenarnya ia sudah benar-benar lupa dengan Adam, bahkan persahabatan mereka saja telah dilupakan oleh Audrey. Bukan maksud hati Audrey untuk melupakan mereka semua, itu karena kesibukan seorang mahasiswi saat ia kuliah, jadi wajar kalau Audrey mudah melupakan mereka semua.

Jika terus diingat, mungkin Audrey akan menangis. Dengan cepat Audrey menangkis setetes air mata dengan punggung tangannya yang hendak meluncur.

Menit demi menit matahari mulai tenggelam, membuat warna oranye menyebar di awan. Pemandangan yang sangat indah bagi Audrey saat ini.

Hingga tiba-tiba telapak tangan kiri Audrey terasa hangat. Sontak ia langsung menoleh dan menatap lelaki yang berani menggenggamnya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Audrey sarkas.

"Gausah baper gitu kali." balas Adam yang ikut bersandar di tiang kayu.

"Bisa kan gausah usik hidup gue lagi?" tanya Audrey masih dengan sifat dingin yang membekukan.

"Kejadian itu udah tiga tahun yang lalu, kita sempat dipisahkan dan dipertemukan lagi, tapi seperti tidak saling mengenal. Sebenarnya tujuan Tuhan mempertemukan kita lagi itu, untuk apa?" ujar Adam santai dengan tangan yang bersidekap di dadanya. Kata-kata itu terlontar dengan nada sok bijak, membuat Audrey agak jijik saat mendengarnya.

"Tujuannya adalah, agar gue tidak menjadi wanita bodoh untuk yang kedua kalinya."

"Maaf, kalo pernah bikin lu jadi wanita bodoh. Seandainya waktu itu lu dengerin penjelasan gue, pasti kita ga akan begini."

"Dan seandainya gue ga jawab 'iya' waktu itu, mungkin masa muda gue bakal indah."

Audrey mendekati pintu mobilnya, ia membuka daun pintunya sambil berkata, "besok yang meeting cukup Cika aja ya."

Adam mengacak rambutnya dan mengehembuskan napasnya dengan kasar. Ia masuk ke dalam mobil dan segera pulang untuk beristirahat.

-

Sesampainya Adam di apartemen ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur ditemani oleh ponselnya. Adam membalik ponselnya itu dan melihat ada plester yang tertempel di sana.

Adam dan Audrey 2Where stories live. Discover now