Jika kemarin ia merasa seperti mayat hidup, kini ia kembali menjadi seorang kwon jiyong yg bahkan lebih bersemangat dari jiyong yg kemarin.

--------

"Lee jieun ayo kita menikah, aku tau kau hamil, Jangan berbohong lagi. Di tanganku sudah ada bukti yg kuat jika kau hamil.. Jieunah pallinawa!" Entah sudah berapa Kali jiyong mengetuk pintu itu namun sang pemilik tak menunjukan niat untuk membukanya.

"Sepertinya jieun-ssi tidak di rumah, mungkin dia sedang pergi." kata taehee yg menyadari jika rumah itu terlihat kosong tak berpenghuni.
"Kira2 kemana.?" tanya jiyong membalikan badan.
"Mana aku tau." jawab taehee mengangkat bahu.

Seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka dn sepertinya ahjumma itu tidak terlalu mengenal jiyong.

"Apa kalian temannya.?" tanya wanita itu menatap curiga, siapa tau mereka pria yg punya niat jahat.
"Eoh.. Apa jieun ada di tumah.?" tanya jiyong semangat, tidak perduli jika si ahjumma berteriak karna kaget di tanyai seorang superstar.

"Dia tidak ada di sini." jawabnya mengerutkan kening, mungkin dia merasa pernah melihat pria ini tpi ia lupa dimana dia melihatnya.
"Kemana.?" kali ini taehee yg bertanya.
"Apa jieun tidak memberi tau kalian.?" tanyanya heran, masa teman tidak tau kemana temannya pergi.
"Tidak.." geleng jiyong dn taehee bersamaan.
"Tiga hari yg lalu baru saja dia pindah. " jawabnya.
"Heh?! Pindah.? Maksud anda.?" jiyong mengerutkan keningnya.

Pindah rumah.?
Pindah kota.?
Atau pindah kerjaan.?

"Jieun dan adik laki2nya kemarin baru saja memutuskan untuk pulang kekampung halamanya, dia tidak memberi tau kalian.?" jelas si ahjumma.

Jiyong terlihat lemas setelah mendengar penjelasan dari si ajumma.. Jieun menghindarinya.?

"Ahjumma, di mana kampung halamannya.?" tanya taehee, ia sangat mengkhawatirkan keadaan jiyong yg kembali drop.
"Saya tidak tau, karna saya mengenal jieun hanya 2 tahun setelah kami pindah ke sini." jawabnya.

"Kenapa harus seperti ini.?" gumam jiyong yg sudah terduduk lemas, baru saja ia merasa jika kehidupannya telah kembali tpi kini ia sudah kembali merasakan kepahitan.

"Dia kenapa.?" tanya si ahjumma melihat jiyong yg terduduk lemas dengan wajah seperti hendak menangis.
"Tidak papa.." jawab taehee lalu menghampiri jiyong.
"Jiyongah bangunlah." taehee membantu jiyong berdiri dn memepahnya menuju mobil.

"Sepertinya aku pernah melihat orang itu tpi di mana ya.." ahjumma itu beranjak meninggalkan kediaman jieun sembari bergumam, wajah jiyong tak begitu asing dalam ingatanya hanya saja ia lupa ia pernah melihatnya di mana.

----------

"Dia kenapa.?" tanya hana setelah melihat keadaan jiyong.
"Nuna bisakah kau ambilkan minum.?" pintanya.
"O.. Ye." hana segera berlari mengambil Ari dn setelah itu ia kembali dengan segelas Ari.

"Apa jieun benar2 tidak ingin melihatku lagi.?" tanyanya pada kedua orang di depannya.
"Jiyongah kau tenang dulu, kita akan mencarinya." kata taehee berusaha menenangkan.

Hana yg kurang paham dengan apa yg mereka bicarakan hanya mengerutkan kening dn menatapi satu persatu wajah mereka.
"Aku tidak mengerti dengan apa yg kalian bicarakan, memang ada apa dengan jieun.?" tanyanya khawatir.
"Sepertinya jieun meninggalkan seoul." jawab taehee.
"Mmwo.? Jinjja.?!" hana terlihat kaget, yg ia tau jieun hanya memiliki satu tempat tinggal, ya itu rumah peninggalan ayahnya.
Jika gadis itu meninggalkan rumahnya, lalu dia tinggal di mana.?

"Nuna ku kan dekat dengan jieun, apa kau tau jieun pergi kemana.?" tanya taehee.
"Jieun pernah mengatakan jika ia hanya memiliki satu tempat tinggal, ya itu tumahnya yg ia tempati saat ini. Jadi aku tidak tau dia pergi kemana jika meninggalkan rumahnya." geleng hana prustasi.

Taehee ikut berpikir, kira2 siapa saja yg tau soal jieun.
"Ceo jo.. Apa dia tau.?" cetus hana, siapa tau bio data jieun ada di sana dn lengkap.
"Yeah sajangnim." angguk taehee setuju.

"Jieun pernah berbicara dengan dialek busan saat berbicara di telpon, apa dia orang busan.?"

Taehee dn hana saling melirik pada jiyong, sepertinya mereka mulai menumui titik terang soal keberadaan jieun.

"Pokonya jiyongah kau tenag saja kami akan membantumu mencari jieun jika jieun adalah sumber kekuatanmu." kata hana memberi support yg di angguki oleh taehee.

"Aku ralat! Bayiku, bayi itu lah sumber kekuatan dn kehidupanku." ralatnya sembari tersenyum.

"Jadi kau tidak perduli pada jieun.?!" sungut hana kesal, baru saja ia senang karna jiyong yg begitu merasa kehilangan jieun tpi sekarang malah di buat kesal lagi.

"Bukan aku takperduli. tentu aku perduli, karna dia sedang mengandung anak ku.. Siapapun wanita nya jika ia mengandung anakku, aku pasti melindunginya.." papar jiyong yg membuat kedua orang di depannya itu takberbicara apa2 lagi.

Saat ini yg ada di kepala pria itu hanyalah hidup untuk bayinya, ia tidak perduli siapa ibu dari bayinya..
Dan kebetulan gadis itu adalah jieun, gadis yg ia kenal sangat polos dn belum pernah berkencan.

Yeah dia berani bertaruh jika bayi itu adalah bayinya.. 100% bayinya.

----------

Busan...

"Jadi kita meninggalkan seoul dn pindah ketempat ini karna kau hamil.?!" pekik jisoo saat tau jika sang kakak tengah hamil.

"Mianhae jisooya." sesal jieun menunduk menyesal karna terlambat memberi taunya.

"Siapa ayah bayi itu.?"

Jieun takmenjawab, gadis itu tak berani menatap wajah adiknya, terlalu malu dn merasa bersalah.

"Nuna.. Marebwa!" bentak jisoo kesal.
"Apa pria yg kemarin datang kerumah.?" selidiknya. Dan lagi2 jieun takmenjawab.
"Nuna.. Jangan membuat aku kesal, palli marebwa!"

"Jisooya.. Aku ingin kita hidup tenang, aku ingin tidak banyak orang yg mengganggu.. Jangan membicarakan hal ini lagi,huh.. Jebal.." pintanya terisak.

"Argh!" geram jisoo kesal..

dan remaja itu pun prgi meninggalkan jieun untuk menenangkan diri.

Jieun hanya tertunduk melihat kekecewaan adiknya.
Sang adik pasti kecewa karna ia tak mau memberi tau siapa ayah bayi itu, lebih dari itu, jisoo pasti sangat kecewa karna ia takbisa menjaga kehormatan keluarga.

Dengan merahasiakan siapa ayah dari bayi itu ia yakin jika ia dn sang adik akan bisa hidup tenang, ia hanya tidak ingin di ganggu oleh pihak manapun dn ia ingin hidup dengan normal.

-------

Kantor agensi

"Kau tenang saja jiyongah, aku sudah mengirim beberapa orang untuk mencari jieun di busan, kau tak perlu khawatir." kata sang ceo.

Jiyong mengerutkan kening lalu tertawa.
"Hahaha.. Tumben sekali kau baik.. Hahaha." tawa jiyong memenuhi ruangan ceo membuat pria berusia 45 tahun itu mengerucutkan mulutnya.
"Walau bagai manapun kau artis ku yg paling berbakat, jika yg kau butuhkan adalah jieun maka aku akan mencarikannya untukmu." balas ceo jo.
"Jieun bukan sebuah barang yg bisa kau cari di toko2.. Dia adalah calon ibu dari bayiku, wanita yg kini entah dimana keberadaanya." sinisnya.
"Tapi terimakasih sudah membantuku, aku menunggu kabar baiknya." tutup jiyong dn setelah itu beranjak meninggalkan ruangan sang ceo.

"Dia pikir aku anak kecil yg kehilangan mainannya.. Sinting."

Tbc........

GDIU💕💕💕💕Where stories live. Discover now