Lima

14.6K 636 9
                                    


Luka yang Elang goreskan di tangannya semakin banyak mengeluarkan darah. Dan Elang tidak sama sekali merasakan sakit, melainkan kepuasan dengan apa yang sudah di perbuat olehnya.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu, mengaketkan Elang sendiri. Ia berjalan dan melihat siapa orang sudah mengetuk pintunya itu. Dan ternyata itu bi Isah

"Emm, itu den nyonya dan tuan sudah ada di bawah menunggu aden" ucap bi idah dengan setengah ketakutan.

"Iya, Bu tolong beresin kamar Elang yaa" Elang mengulas senyum dan turun kebawah.

"Kasian banget tuan muda, ia menanggung beban nya sendiri. Pasti den Elang sudah melakukannya lagi" kata bi Isah langsung menerobos masuk, dan benar saja dipojok ruangan sudah banyak darah yang kering juga berceceran.

Dengan buru buru bi Isah mengambil kain pel dan membersihkannya, takut bau anyir nya tercium. Setelah semuanya beres segera bi Isah turun dari kamar Elang.

Elang berjalan dianak tangga, ia terlihat santai namun matanya tajam. Saat sampai di anak tangga yang paling bawah ia bisa melihat bahwa papa dan mamanya yang sama sama diam.

Elang duduk dihadapan mamanya, ia menyembumyikan luka. Elang takut bahwa nanti ketahuan ia akan disangka gila. "Ada apa?".

Mama dan papanya mendongkak menatap Elang. "Elang maafkan kami, kami tidak bisa bertahan. Papa sudah cape karna kelakuan ibu kamu itu" ucap papanya menghela nafas.

"Hey bukan aku saja kan, kamu juka melakukannya" ucap mamanya dengan emosi.

"Apa apaan kamu meduduh saya, itu hanya rekan kerja ku" papanya mulai emosi.

Sedangkan disisi lain mereka mengabikan Elang yang hanya bisa diam, ia akan melihat sampai mana pertengkaran ini.

"Kamu yang selingkuh dan kamu juga melanyalahkan aku" papanya menunjuk wajah mamahnya dengan telunjuknya.

"Hey memang itu benar kam---"

"Stop!" Elang menghentikan ucapan mamanya, ia tahu itu tidak sopan tapi ini memang harus dihentikan. "Kalian sama sekali enggak mikirin gimana saya, sekarang terserah mau gimana juga saya tidak perduli".

Setelah itu Elang berdiri lalu beranjak pergi naik keatas, mengganti baju dan mengambil kunci motornya.

"Mau kemana kamu Elang ini sudah malam" teriak mamanya.

"Apa peduli kalian" Balas Elang dengan teriak juga.

***

Elang kini melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata rata, teriakan teriakan dari pengguna jalan lainnya sudah sering kali terdengar.

Pikirannya kacau, ia tak bisa berfikir jernih, sampai lampu merah yang kini ia terus terobos, dan tidak melihat ada seorang gadis yang tengah berjalan di zebra cross yang ada di sana.

Ciiitttttt.

Suara ban yang bergesekan keras dengan aspal terdengar, Elang mengerjabkan matanya beberapa kali.

Hampir saja ia menabrak orang, Elang melepas helm nya. Menghampiri gadis yang kini terduduk lemas.

"Mbak, maaf. Saya tidak fokus tadi" ucap nya dengan membantu orang itu bangkit. Wajahnya tidak terlihat jelas. Karena rambut yang menghalani.

Dan saat gadis itu mendongkak.

"Lo".

"Elang".

Ucapan yang berbarengan itu membuat keduanya jadi terdiam.

"Sory gue enggak fokus tadi" ucap Elang dengan berjalan ke arah motornya.

Elang [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang