Chapter 15

180 52 12
                                    

Sudah nyaris pukul dua pagi.

Anna tidak bisa tidur. Sejak sedikit 'keributan' yang ditimbulkannya di rumah keluarga Spencer siang harinya, ada begitu banyak hal yang harus dipikirkannya.

Amber yang pernah hamil.

Kevin yang mempermalukannya.

Colton yang ternyata tidak bersalah.

Toby yang bunuh diri.

Anna memejamkan matanya sejenak untuk menikmati angin yang berhembus di sekitarnya, menimbulkan gemerisik pepohonan yang mengitari Hill's Rock. Belum pernah tempat itu terasa begitu familiar sekaligus begitu asing. Sebelumnya Anna selalu mengira bahwa dialah yang paling tahu tempat itu, saking banyaknya kunjungan yang dilakukannya. Namun dia tidak pernah menduga bahwa tempat yang selama ini muncul di mimpinya merupakan tempat yang sama di mana tragedi itu terjadi. Bahwa penyok di pagar pembatas yang sekarang menjadi sandarannya merupakan bekas kecelakaan itu, tempat di mana sepeda Toby terhantam dan terjun bebas hingga menewaskannya.

"Bukan, bukan kecelakaan." Anna mengingatkan dirinya sendiri seraya mendengus pahit. Apa yang dikatakannya kepada Kevin memang benar. Dia tidak bisa memanggil orang yang sudah mati. Dia juga tidak bisa menanyakan secara gamblang kepada mereka bagaimana mereka mati, dengan nada yang sama wajarnya seperti menanyakan cuaca hari itu.

Orang-orang seperti Anna dan Bibi Heather memang dianugerahi bakat untuk berinteraksi dengan mereka yang sudah tidak lagi berada di dunia ini, untuk melihat dan berkomunikasi dengan mereka. Tetapi itu terjadi karena suatu alasan. Sebagian besar 'hantu' yang dijumpai Anna mengingat bagaimana mereka bisa menjadi seperti itu. Namun untuk sebagian lainnya, perannya diperlukan. Untuk membantu mereka 'ingat'.

Itu juga salah satu alasan Anna menunggu di Hill's Rock hingga pukul dua pagi. Tentu saja Carol tidak tahu, dia mengendap-endap turun ketika ibunya sudah tidur dan pergi ke sini. Kevin juga tidak tahu. Untuk apa memberitahu cowok itu? Walaupun ketika Anna mengecek ponselnya, sudah ada enam panggilan tak terjawab dari Kevin. Juga dua dari Bibi Heather. Wanita itu pasti tahu ada yang tidak beres. 'Indera laba-laba'nya pasti sedang aktif lagi.

Yang jelas, hari ini dia harus menemui Toby. Untuk membantu cowok itu mengingat. Perkataan Bibi Heather tempo hari benar. Anna sadar dia sudah terlalu lama mengulur-ulur waktu. Demi apa? Demi mengobrol lebih banyak dengan cowok yang pernah disukainya, tak peduli cowok itu sudah tiada?

Tak jelas berapa lama Anna memejamkan matanya. Dia tidak tertidur, karena ketika hawa di sekitarnya mendadak mendingin, gadis itu segera membuka matanya.

Toby Mozkovitz sudah berdiri di belakangnya.

"Halo lagi." Anna berdiri dan menatapnya. Toby tidak tersenyum. Tidak ada guratan ceria dan ramah pada wajah cowok itu, seperti yang biasa dilihatnya. Toby mengerutkan dahi, wajahnya tegang. Kalau boleh jujur, dia terlihat seperti hendak menangis.

"Toby, ada apa?" tanya Anna was-was.

Toby menatap Anna sedih, nyaris memelas.

"Kumohon." katanya, "Jangan biarkan Colton menjadi apa yang selama ini dia pikir dia lakukan."

Anna memandangi Toby kebingungan.

"Apa?"

"Amber menemuinya. Colton tahu." Toby memberitahu dengan nada mendesak, "Pemakaman. Sekarang. Amber... selamatkan Amber."

Hanya perlu beberapa detik bagi Anna untuk menyadari kegawatan situasi yang dihadapinya saat ini.

Lalu gadis itu berlari, secepat kakinya mampu membawanya.

Dear TobyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang