PROLOG

436 138 155
                                        

[05.00]

YEAH YEAH YEAH
YEAH YEAH YEAH

BLING BLING
WANJEON MEOSJAENGI
BLING BLING NUNI BUSYEO

Suara Alarm dari Hp Zahra, terdengar sampai ke penjuru rumah. Pantas saja Zahra memasang alarm lagu iKON-BLING BLING dengan volume di atas Maksimal, kali ini pasti Abangnya marah besar, wajar kamar mereka bersebelahan.

"Woi dek banguuunnn!" teriak Faro dari ambang pintu. Sedangkan Zahra ia bahkan tak terganggu dengan Alarm di Hp nya itu.

Karena tak ada tanggapan dari sang Adik, Faro berjalan gontai menuju King Size Zahra. Ulah jahil Faro muncul ketika melihat sepatu Zahra di sebuah rak khusus.
Faro mengambil sepatu tersebut dan meletakan tepat di hidung Zahra.

"Hachimm, eughh bau apa si pagi-pagi gini tukang sampah belum ngambil sampah kek nya deh." Zahra yang belum sadar hal itu, sedangkan Faro yang tertawa terbahak-bahak.

"Bhahahahhaahahahahaha." tawa Faro ketika Zahra sadar apa yang berada di hidungnya.

"ABANGGGG!!!DASAR ABANG LAKNAT! ABANG USIL! ABANG JAHAT! SINI LO!" Teriak Zahra dengan tampilan yang acak-acakan.

"Coba aja kejar wlee." kata Faro sambil Ngibrit ke kamarnya, tak lupa juga mengunci pintu rapat-rapat.

"Bang woi, ah lo mah bikin mood pagi gue ilang jahat lo. Buka! ishhh." Zahra mendengus sebal ia menggedor-gedor pintu kamar Faro cukup keras membuat, Mamah dan Papahnya ke bingungan.

"Kenapa dek?" tanya Papah panik, Mamah mengelus puncak kepala Zahra untuk menenangkanya.

"Ituu Abang ngeselin Pah, Mah. Nggak sopan sama Adek! Masa idung Adek di pakein Sepatu. Ehh dah gitu bau banget kek sampah komplek!" Cerocos Zahra sambil mengerucutkan bibirnya.

"Abang...bang keluar dulu nak!" ucap Papah menengahi, Faro mendengus kesal mendengar Papahnya memanggil. Ia segera membuka pintu kamarnya.

"Iya-iya, maaf Pah." ujar Faro menunduk.

"Lainkali jangan kaya anak kecil ya, kamu ini Abangnya Zahra, kasih contoh yang baik lah!" Nasehat mamah, sambil mengenggam tangan keduanya dan menjabatkan tangan Faro dan Zahra secara bersamaan.

"Maaf Dek." ucap Faro datar

"Nggak." jawab Zahra sinis, benar-benar kali ini moodnya hilang.

"Maaf aelah. Noh kan Mah dianya yang nggak mau, salah mulu abang!" geram Faro lalu masuk ke kamar.

"Dek, Abang udah minta Maaf maafin gih jangan kek anak kecil mamah nggak suka." ucap Mamah dengan nada lirih, lalu mendorong pelan pundak Zahra ke arah kamar Abangnya.

"Iya Zahra maapin, satu syaratnya bang!" Zahra duduk di sofa yang memang tersedia di kamar Faro.

"Ada maunya ya? apa?" tanya Faro spontan.

"Traktir adek Ya, semua yang adek mau." jawab Zahra sambil tersenyum lebar.

"Fine, Dimaafin kan? yaudah sana mandi bau tau!" perintah Faro sambil menutup hidungnya seolah mencium bau busuk. Satu point penting Faro memang tidak bisa Ngambek lama-lama dengan Adeknya.

"Deal ya. Paan lo kali yang bau, Zahra mah selalu wangi mempesonah." ucap Zahra sambil keluar dari kamar Faro.

Skip.


Setelah permasalahan tadi, keluarga Fernandy melaksanakan Sarapan pagi bersama. Kehangatan tercipta di sini. beberapa menit kemudian Zahra dan Faro selesai sarapan.

"Mah, Pah, Abang berangkat." ucap Faro.

"Mah, Pah, Zahra berangkat ya Assalamualaikum." salam Zahra sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya itu, di ikuti dengan Faro di belakang nya.

Skip.

Faro memutuskan pergi kesekolah naik mobilnya, Yap Faro punya 2 Mobil sport dan 1 Motor. Sedangkan Zahra? mengendarai motor saja belum boleh.

Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata, Ntahlah mungkin Mood Faro yang kebetulan baik. Suasana hening, tak ada yang membuka percakapan.

Hingga beberapa menit kemudian "Bang, lo ikut eskul apa?" tanya Zahra sambil mengambil susu kotak yang berada di depan kursi kemudi.

"Basket, ko kelas sepuluh belom pilih eskul?" jawab Faro dengan pandangan fokus ke depan.

Zahra meyecap susu kotaknya, "Au ah, gak ada yang cocok ama gue."

"Lha emang lo cocok di mana?" Cibir Faro sambil tertawa geli melihat sang Adik menyenderkan kepalanya di pintu mobil sambil mengerucutkan bibirnya. Persis bat kyak anak ilang di pasar wkwk.

"Yaa intinya yang menantang lah, paan pilihanya kek gitu semua." Zahra melempar susu kotak yang sudah kosong itu ke tempat sampah khusus di belakang kursi kemudi.

"Lo gak mau ikut Basket dek?" tanya Faro spontan.

"Yakali, kalo ada gue gak bakal galau mikirin eskul apa yang mau gue ikutin bang." jawab Zahra ketus.

"Selo aja kali. Kapan kita main Basket lagi dek? lo nggak inget masa kecil kita, emm waktu pertama kita main Basket di rumah Nenek dulu!" celoteh Faro sambil sesekali menengok ke arah Zahra. Yang di tanya tampak mengingat-ingat.

"Jangan bilang lo lupa lagi dek, masih muda ko udah Pikun hahaha." Canda Faro memecah keheningan.

"Paan, gue belom pikun!" ucap Zahra dengan nada Sewotnya, sedangkan Faro ia di hadiaih sebuah pukulan di lengan kirinya oleh sang Adik tercintah.

'Ya allah gini bat cobaan gue, ampe gue harus punya Adek rada buas kek dia' ucap Faro dalam hati sambil mengelus dada bak orang yang terzolimi.

Sekitar 15 menit, mobil yang di kendarain Faro sampai di parkiran SMA Bina Bangsa.



Hai, makasih banget yang udah mau baca cerita ini. Baru segini dulu kali ya, jangan lupa tinggalin jejak dan saran biar aku tambah semangat ya!
Terimakasih♥

My Rival [slow update]Where stories live. Discover now