The Second Thread - "Tomorrow is Something New"

Start from the beginning
                                        

Mama tertawa ringan, "Kalian yang akur ya."

Aku juga berharap begitu, tetapi perbedaan sifat kami yang seperti langit dan bumi tidak akan membuatku berharap lebih. Lagipula, Rania sangat membingungkan. Bisa tiba-tiba mengomel, baik, lalu kembali mengomel. 

Aku tidak mengatakan hal ini tanpa alasan. Baiklah, aku akan bercerita sedikit tentang Rania. Jadi, seminggu sebelum ujian akhir semester, ada pertemuan orangtua. Mama adalah orang yang sibuk, jadi aku tidak memberikan undangan itu kepada Mama. Lalu, aku baru tahu bahwa ternyata undangan itu penting karena menyangkut tentang pengambilan raport.

Rania yang entah bagaimana mengetahuinya, langsung datang kepadaku.

"Makanya, jangan terlalu sok pengertian. Raportmu jadi ditahan, kan?"

Aku hanya diam saat itu, karena Rania memang terlalu sering mengatakan hal sejenis itu kepadaku.

Tanpa menunggu jawabanku, Rania mengatakan, "Ma, ambilin punya Alenna juga, ya. Kasihan, raportnya ditahan bersama tumpukan raport anak-anak bermasalah, padahal dia tiga besar."

"Wah, iya. Mama harus segera mengambilnya sebelum raportnya terkontaminasi raportmu," balas mamanya dengan nada bercanda, yang lalu membuat Rania kesal. 

"Iiih, Mama jahaat! Aku sudah lebih rajin daripada saat SD, kok! Pasti aku nggak akan masuk list yang ditahan!" ucap Rania dengan sangat percaya diri. Dia lalu menatapku lagi, "Makanya, lain kali jangan sok pengertian! Untung aku lagi baik!"

"Hari ini pulang jam berapa, Ma?" tanyaku.

Mama menyesap teh sebentar, menikmatinya. "Hari ini Mama usahakan sebelum jam tujuh, oke?"

Aku mengangguk patuh, "Oke."

Pagi ini mendung. Mama menyarankanku untuk membawa payung dan melarangku untuk bermain hujan.

Terakhir, aku melakukannya dua tahun yang lalu dan demam selama dua hari. Karena itu, Mama harus cuti dan harus repot-repot merawatku yang nakal ini. Meskipun ingin merasakan sensasi bermain hujan, aku tidak akan melakukannya lagi, karena itu hanya akan menyusahkannya.

Jadi, hari ini aku membawa payung merah favoritku untuk berjaga-jaga. Mama yang membelikannya padaku tahun lalu setelah aku meminta. Bukan karena aku tidak suka jas hujan lamaku, tetapi karena sobekannya mulai memanjang dan tak bisa diperbaiki berapa kalipun aku mencoba merekatnya dengan selotip.

Mama juga bilang, memakai jas hujan berwarna-warni itu membuatku terlihat seperti anak-anak. Maksudku, aku sudah mulai menginjak masa remaja, Mama mungkin mulai mengkhawatirkan prilakuku.

*

"Kamu nggak ke kantin?"

Jangan tanya bagaimana bulu kudukku merinding karena dipertanyakan seperti itu oleh Rania. Dia sampai repot-repot mendatangi tempat duduk baruku di sudut paling depan.

Ada dua gadis lain di belakangnya yang juga menatapku dengan pandangan aneh seolah aku adalah makhluk dari planet yang jauh--aneh.

Aku menggeleng, "Aku bawa bekal. Kenapa?"

Rania mengangguk sekilas, lalu memasukkan dompet di kantongnya, "Aku kira kamu nggak bawa uang. Kalau gitu aku duluan, ya."

Bersama kepergiannya, aku mendengar bisikan dari dua temannya yang mempertanyakan siapa aku dan Rania dengan santainya menjawab bahwa Mama kami berteman lama.

Aku lebih senang mengalihkan pandanganku, menatap jari kelingking Rania terikat oleh benang merah yang mengarah ke luar jendela dalam keadaan melayang tanpa apapun yang mendukungnya. Hanya beberapa saat setelah kepergian Rania dan dua temannya, sebelum akhirnya benang merah itu menghilang tanpa jejak.

Meskipun tahu bahwa ini adalah hal aneh, aku tidak berani menceritakannya kepada siapapun.

Aku punya kelebihan untuk melihat benang merah. Sederhananya, benang merah itu menghubungkan dua orang yang ditakdirkan untuk bersama. Anehnya, benang merah itu hanya muncul setiap aku berkomunikasi dengan orang lain.

Sebenarnya, aku tidak terlalu sering melihatnya karena aku memang tidak punya terlalu banyak teman, tetapi aku pernah melihat benang merah milik guru yang menanyakan pertanyaan padaku, petugas kebersihan di apartemen setiap aku menitipkan kantong sampah padanya, kakak kasir yang melontarkan jumlah uang yang harus dibayar dan bahkan orang yang meminta maaf karena tidak sengaja menginjak kakiku di bus.

Ya, aku bisa melihat benang merah.

Aku tahu ini tidak wajar, aku tahu bahwa tidak semua orang bisa melihat hal ini.

Dan belakangan, aku baru menyadari bahwa aku tidak akan lagi melihat benang merah orang itu jika kami tidak berkomunikasi selama sepuluh detik.

Sebenarnya aku juga melihat benang merah milik Mama. Aku bahkan pernah berpikir untuk menemukan ujungnya agar dapat bertemu dengan benang merah Mama. Namun aku selalu berpikir, apakah memang ini yang diinginkan Mama? Apakah setelah bertemu dengan benang merahnya, Mama akan bahagia? Apakah Mama akan menyesal?

Aku pernah menanyakan pada Mama soal ini. Mama bilang beliau tidak ingin menikah lagi dan masih lebih suka fokus pada karier-nya dan aku.

Rencananya, aku hendak membawa bekal makananku ke area diskusi, karena hanya itu satu-satunya tempat dimana ada meja dan kursi. Kami tidak diperbolehkan makan di kelas karena kelas dengan air conditioner hanya akan meninggalkan aroma makanan selama pelajaran. Beberapa orang menilai itu tidak efektif untuk belajar--padahal menurutku sama saja.  

Anehnya, langkah kakiku berhenti di papan mading kelas 7.

Keberadaannya hitam dan cukup mencolok di lorong koridor yang berwarna cerah. Secara otomatis, aku menemukan namaku di daftar ranking paralel tertera di nomor empat. Di kelas, aku mendapat ranking dua.

Sebenarnya aku mulai memikirkan cara agar bisa masuk tiga besar paralel atau setidaknya mendapat ranking satu di kelas. Jawaban yang kupikirkan hanya satu; aku harus belajar lebih keras daripada sebelumnya.

Lalu, mataku secara otomatis naik ke daftar ranking pertama.

Arlan Pratama.

Aku mengenalnya; Dia adalah anak ranking pertama paralel,  orang yang sering dikirim untuk ikut olimpiade, anak kelas 7-2 yang sering digosipkan Rania dan temannya sebagai si Pertama.

Dan juga, aku tidak akan lupa bahwa dia adalah peserta ujian nomor satu.

Lama-lama melihatnya di urutan pertama, akan terus membuatku merasa berapi-api. Aku telah memutuskan untuk mengalahkannya. Aku akan mendapat ranking pertama paralel, semester depan.

***TBC***

28 November 2018

Cindyana's Note

Iya, aku update ini di acara nikahan sepupuku. Wish to read a lot of comments, when I come back home :D

Oke, nama doi adalah Arlan!

Dicatat dan ditempelin ke jidat! :D

Cindyana

LFS 2 - Red String [END]Where stories live. Discover now