Dimulai | 28 [End]

Start from the beginning
                                    

"Ambil saja, itu juga sebagai bayaran atas...."

Alanza tertohok ketika tahu bahwa uang itu juga bayaran atas segala kenikmatan malam itu. Alanza mengambil amplop itu dengan hati tercabik, Ia berpesan jika menjaga Erchilla dengan baik. Micha melihat bayang terakhir Alanza keluar dari rumahnya dengan napas sesak.

"Aku tak tahu apa ini benar atau tidak, aku harus berusaha melupakanmu." Micha meneguk kopinya, terasa tak ubahnya dengan air bekas cucian piring.

Ash lelah membujuk anak menantunya, Micha memang tak akan melupakannya meski sampai nati sekalipun jika mereka tetap mertua dan anak menantu. Micha juga tak berniat sekalipun menjual atau menghilangkan rumah ini meski tinggal jauh, semuanya tetap sama meski tanpanya dan Erchilla. Ash menyandarkan kepalanya di bahu Micha tanpa kata, hanya duduk bersama dan mengenang bahwa rumah ini pernah menyimpan kenangan bersama.

"Aku tidak akan melupakan Mama, aku masih tetap anak menantu Mama," kata Micha pelan.

"Harus. Meski kamu punya isteri lagi, dia juga anak mama!" Ash menyesap kenangan ini selamanya.

"Papa... Tante Alanza mana?" tanya Erchilla dengan mengucek matanya dan berjalan pelan mendekati papanya.

"Tante Alanza pulang, 'kan dia sudah mulai bekerja lagi."

"Tapi 'kan tante bilang mau temani Chilla ke rumah Kak Zena, Pa??"

"Papa antar, Sayang. Sekalian kita berangkat ke rumah Nenek Betty."

"Enggak mau, Chilla enggak mau pergi ke rumah Nenek Betty!"

"Sayang, Chilla! Chilla!"

Micha menatap Ash yang menahan air mata, pun segera mengikuti anaknya ke kamar. Ia memberikan penjelasan jika cabang usahanya di sana membutuhkannya dan itu sebagai pendekatan Chilla pada keluarganya sendiri di Singapura. Chilla menangis, merasa harinya tak sebahagia hari sebelumnya, tak mau berpisah dengan Tante Alanza, Nenek Ash, Sivan dan yang lainnya. Micha menghibur Chilla dengan mengajaknya ke rumah Zena sesuai janjinya.

Chilla berlari memeluk neneknya, nenek yang selama ini mengasuhnya dengan kasih sayang. Ash merasa tak enak juga pada Betty, dia sekeluargalah satu-satunya keluarga yang dipunya Micha selama ini. Itu juga perlu Chilla ketahui bahwa ada keluarga lain yang harus dikenalnya. Nenek berkata jika di weekend akan mengunjungi Chilla. Chilla masih tak mau merubah keputusannya, dan berkata akan memutuskan sepulang dari rumah Zena.

Di rumah Zenalah saat ini Chilla dan Micha berada, keduanya bertamu sambil membawa parsel buah untuk Zena. Chilla dan Micha disambut ramah oleh papa Zena-Arman meminta keduanya masuk dan melihat Zena di ruang tengah, mengatakan jika Zena tak mau dirawat di rumah sakit karena tak suka bau obat, tengah ditemani Dean dan Izann.

"Halo, Kak Zena," sapa Chilla menyapa Zena.

"Halo, masuklah sini duduk." Zena meminta Chilla mendekat.

Chilla tersenyum pada Izann, anak lelaki itu memberi tempat duduknya untuk Chilla agar tak mengambil duduk dekat Dean. Zena merasa Izann berlebihan, menurutnya.

"Gimana keadaan Kak Zena?" tanya Chilla.

"Lebih baik daripada tadi," kata Zena.

Chilla menoleh ke arah Dean sedikit, tapi ketika melihat Dean membuang muka, Chilla menunduk.

"Maafkan Chilla, Kak Zena. Chilla enggak sengaja."

"Baguslah, sadar!" seru Dean tak suka, meski pelan tapi Chilla dengar jelas di telinga Chilla.

"Dean!" seru Zena dan Izann bersamaan.

"Itu bukan kesalahan Zena, Dean. Chilla jangan dengarkan Dean ya," kata Izann.

Whiffler [END]Where stories live. Discover now