7 : A Bitter Pill to Swallow

2.7K 303 24
                                    

Behind You
by Sleepy Asha
___

"Fokus pada pelajaran, tapi jangan lupakan kondisi tubuhmu---"

Naruto mengganggukkan kepalanya tidak sadar. "Ya Ayah, kau sudah mengatakan itu berulang kali. Naru paham."

"Ayah hanya ingin kau mengingatnya, kau tahu sendiri Ayah sudah disapa kematian."

Naruto berteriak kesal, ayahnya selalu seperti ini. Menyepelekan sesuatu dan tidak memikirkan orang lain.

"Sudahlah, Naru hanya melewatkan masa orientasi saja, tidak perlu dinasihati."

Naruto memutuskan panggilan, mengakhiri kebiasaan mereka sejak Minato dirawat di rumah sakit untuk hari ini.

Lalu Kakashi datang, menghampiri meja makan dan melihat sudah ada dua omelet tersaji di piring berbeda. Mata hitam Kakashi melirik Naruto, gadisnya itu sudah cemberut di hari pertama ia masuk sekolah menengah atas.

"Jangan dipikirkan, Minato memang seperti itu. Dia sebenarnya mencoba menguatkan dirinya sendiri," ujar Kakashi sambil mendudukkan dirinya di sebelah Naruto. Seolah paham betul dengan alasan kenapa Naruto menekuk wajahnya saat ini. "Dia bahkan pernah menyumpahi orang tua kami untuk lekas mati."

Kegiatan sarapan Naruto terhenti, ia menatap wajah Kakashi dengan penasaran. Ya meskipun alisnya tergerak kesal mendengar penuturan Kakashi tentang ayahnya sih.

"Kau kesal kan? Aku juga saat itu. Sampai saat ini," final Kakashi. Senyum teduh sekilas didapat Naruto ketika melihat wajah pamannya.

Helaan napas lirih terdengar dari keduanya. Secara tidak langsung mengakhiri pembicaraan di meja makan.
.
.
.
"Itu dia!" telunjuk Naruto mengarah pada Ino yang berdiri di depan gerbang sekolah. Menanti kedatangannya.

Sebelum membuka pintu mobil, Naruto menyempatkan bibirnya mencium pipi Kakashi. Menciumnya dengan lama, sambil mengucapkan :

"Semangat bekerja!"

Kekehan kecil terdengar sangat renyah, itu dari Kakashi untuk responnya ketika diberikan kecupan dan ucapan semangat. Rasa beruntung menghinggapi relung hatinya, tidak salah ia memberanikan diri untuk muncul lebih dulu di kehidupan kakak beserta keponakannya.

"Nikmati harimu!" ucap Kakashi pada Naruto sebelum melajukan mobilnya.

Ino datang, menepuk bahu lalu merangkulnya. "Manis sekali hidupmu! Di kelilingi orang-orang tampan!" dan memberikan kecupan nakal di pipi Naruto.

Mereka melangkah bersamaan memasuki kawasan sekolah. Memperhatikan keadaan sekitar dengan dua pasang mata yang sekilas terlihat sama. Beberapa murid melirik mereka, dalam hati setuju jika Naruto dan Ino adalah anak kembar.

"Sakitmu itu keterlaluan ya, membuatmu ketinggalan banyak hal saat masa orientasi!" seru Ino, masih dengan merangkul Naruto. Memamerkan keakraban mereka sepanjang menuju kelas masing-masing.

Naruto mengeluh, menggerakkan bahunya kesal ingin melepaskan rangkulan Ino. Tapi percuma, gadis berkuncir kuda dengan poni panjang yang menutupi sebagian wajahnya itu terlalu kekeh untuk membuatnya tersiksa saat di sampingnya.

"Aku kan juga tidak mau sakit saat masa orientasi berlangsung," keluh Naruto secara ketus. Sesekali tarikan ingus terdengar, sisa dari penyakitnya selama tiga hari kemarin. "Maaf kalau merepotkan."

Satu cengkraman bahu diterima Naruto, pelakunya masih sama. "Heee, kau berubah ya," celetuk Ino, ditambah dengan cengiran lebarnya.

Menyebalkan sekali. Pikir Naruto saat melihat ekspresi Ino sekarang.

BEHIND YOU [COMPLETED√]Where stories live. Discover now