Lintang, Galang dan Alfin si Pendiam

45.3K 4.6K 162
                                    

"Apa kita baru saja ketahuan?" tanya Egha selanjutnya.

Tak hanya mengejutkan Vlo, juga mengejutkan Olivia. Bagaimana tidak, Egha baru saja menyiratkan kalau ia dan Vlo memang pacaran. Vlo rasakan tangan Egha meremas lengannya, berharap Vlo tidak menampakkan wajah seterkejut itu untuk bisa meyakinkan kebohongannya.

Vlo mengerjap dan menenangkan diri. Diakui Egha sebagai pacar membuat jantungnya berdebar hebat. Sulit untuk tidak terkejut dan bersikap biasa.

"Dari mana mereka tahu kalau kami pacaran?" tanya Egha menatap Olivia penuh selidik.

Shock yang diderita Olivia nampaknya serius. Dia membuka mulut tapi satu kata pun tak terucap dari sana.

"Kau mengatakannya pada seseorang?" tanya Egha kini menatap Vlo.

Vlo cepat saja menggelengkan kepala.

"I-itu karena kalian kelihatan terlalu dekat sebagai teman biasa," jawab Olivia akhirnya berhasil mengatakan sesuatu.

"Begitu ya," gumam Egha manggut-manggut seolah paham.

"Sudah ku bilang, sebaiknya kita tidak keluar kelas sama-sama kalau tidak ingin ketahuan," kata Vlo membuat Egha tercengang.

Egha lalu tersenyum, senang Vlo ikut membantu menambahkan bumbu pada sandiwara ini.

"Ya sudahlah, aku juga lelah menyembunyikannya. Lagi pula apa salahnya anak seumuran kita pacaran?" lanjut Egha tersenyum pada Vlo dengan penuh arti.

Vlo membalas senyumnya dan mengangguk saja menyetujui.

"Jadi kalian...."

Egha langsung mengangguk sebelum Olivia sempat menyelesaikan pertanyaannya.

Olivia terdiam. Egha menarik Vlo agar berdiri di saat Olivia masih mencoba untuk menerima kenyataan.
"Ayo masuk!" katanya.

Vlo menurut, ia berdiri dan mengikuti Egha yang menggandeng tangannya.

"Waah, kita harus berterima kasih pada orang yang menyebarkan gosip itu," gumam Egha saat melewati Olivia.

Vlo ingin tertawa mendengarnya. Sindirannya keras sekali. Entah apa yang dirasakan Olivia sekarang. Kecewa, marah, atau menyesal? entahlah.

"Kau ikut klub teater atau semacamnya?" tanya Vlo setengah berbisik saat telah melewati pintu kelas.

Egha menggeleng.
"Kenapa?" tanyanya.

"Serius?" tanya Vlo tertawa memukul dadanya pelan. "Tapi aktingmu keren, kau berbakat," puji Vlo.

Egha tertawa saja mendengarnya.

"Wah, sepertinya gosipnya benar," gumam seorang anak di meja depan. "Mereka bahkan lebih manis dari Rubi dan Putra," jawab satu lainnya.

Dada Vlo bergejolak mendengarnya. Bagaimana ini? Gosipnya semakin menjadi. Vlo baru mau menarik tangannya saat Egha sudah menggenggamnya lebih kuat. Vlo menatapnya bingung. Egha tak bergeming, menariknya sampai tempat duduk. Baru melepas saat sudah sampai.

"Ingat saran Rubi?" tanya Egha tersenyum simpul.

Vlo tak ingat, saran yang mana? Tiba-tiba otaknya buntu.

"'Tak usah pedulikan!'," kata Egha mengingatkan.

Rupanya saran yang itu. Baru Vlo ingat, Rubi bilang pacaran ataupun tidak, tak ada urusannya dengan mereka. Jadi tak perlu peduli dengan pendapat dan pandangan mereka.

"Hey, aku serius. Apa digosipkan jadi pacarku memang seburuk itu?" tanya Egha membuat Vlo tertawa.

Egha tersenyum.
"Aku serius. Dari kemarin kau cuma tertawa, apa memang buruk?" tanya Egha lagi.

Kelas A [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang