Alfin, Lintang dan Galang

47.8K 5.2K 157
                                    

"Bang Rengga, Egha ada?" tanya Alfin mendekati meja pemesanan.

Vlo menatap Alfin. Jadi Alfin mengenalnya.

"Dia sedang ganti baju," jawab Rengga. "Ada yang lain?" tanyanya masih saja dingin.

Alfin berpikir sebentar.
"Aku mau paket A satu," jawabnya yang kemudian menatap Vlo. "Kau pesan apa Vlo?" tanyanya.

"Paket A juga," jawab Vlo tersenyum.

"Jadi dua," kata Alfin menunjukan dua jari kepada Rengga.

"Hm, duduk dulu!" jawab Rengga sambil lalu. Dia benar-benar tidak tersenyum.

Vlo mengikuti Alfin menghampiri meja terdekat. Matanya masih memperhatikan Rengga. Dia benar-benar dingin. Lalu kira-kira apa jadinya kalau orang seperti Rengga bertemu dengan orang seperti Lintang. Sepertinya kursi dan meja di sekitar mereka akan membeku.

Sosok yang lebih mempesona itu muncul dari sebuah pintu, sedang memasang apron di tubuhnya. Dia melihat Vlo dan Alfin. Lalu tersenyum sumringah.

"Vlo," sapanya melambaikan tangan.

Vlo mengangguk juga tersenyum membalas lambaian tangan Egha.

Egha menghampiri meja mereka.

"Hey! Aku juga di sini. Kau cuma menyapa Vlo?" tanya Alfin tak terima.

Egha mengernyit, menatap Alfin dengan aneh.
"Apa aku mengenalmu?" tanyanya.

"Hey!!!" seru Alfin kesal.

Setengah berlari Egha menghindari Alfin yang ia tahu ingin memukulnya. Mereka kejar-kejaran sampai ke dekat Rengga yang tengah sibuk dengan patty di pemanggangan.

"Kalian berdua ingin dipukul?" tanya Rengga pelan namun terdengar kejam.

Keduanya segera berhenti dan ber-hehe ria. Kompak menggelengkan kepala.

Rengga masih menatap keduanya.
"Karyawan yang baik harusnya bekerja," katanya menyodorkan spatula di tangannya kepada Egha.

Egha mengangguk, menerima spatula itu. Lalu mendekat pada pemanggangan. Alfin terkikik menertawakannya.

"Pembeli yang sopan sebaiknya DUDUK MANIS," lanjut Rengga menatap Alfin.

Alfin mengangguk lalu berbalik. Berjalan pelan kembali ke mejanya. Kini giliran Egha yang menertawakannya.

Vlo makin penasaran, siapa sebenarnya Bang Rengga ini. Dia tentunya cukup dekat dengan mereka berdua untuk bisa bersikap begitu.

Beberapa menit kemudian Egha mengantarkan pesanan Vlo dan Alfin. Ikut duduk bersama mereka setelah melirik Rengga yang pandangannya tengah fokus pada layar ponsel.

"Apa yang kau lakukan? Nanti Bang Rengga marah lagi," bisik Alfin.

"Biar. Aku tidak takut," jawab Egha.

"Benar?" tantang Alfin.
Dia baru saja mau teriak memanggil Rengga saat Egha sudah lebih dulu membungkam mulutnya.

Egha tertawa. Memukul lengannya pelan.
"Kau benar-benar menyebalkan," gerutunya.

Alfin terkekeh merasa menang.

"Oh iya Vlo, ngomong-ngomong soal yang waktu itu. Kakakmu minta aku mengabarimu begitu ada lowongan di sini kan. Sebenarnya kemarin Bang Rengga butuh satu orang lagi, tapi dia langsung minta Alfin untuk mengisinya, jadi...."

"A-apa sebelumnya Vlo sudah lebih dulu melamar untuk pekerjaan itu?" potong Alfin menatap Egha dan Vlo bergantian.

Egha mengangguk.

Kelas A [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang