10# The feeling that I have for you

390 29 0
                                    

"Good Night Earth, kau berhasil membolak-balikkan perasaanku dikala malam tiba, terkadang suka terkadang gundah."
***

"Narisa!"

Mataku semakin terbuka lebar saat seseorang memanggil namaku.

Redo masih berada di ujung koridor dan berkemungkinan besar dia akan mendengar namaku dipanggil.

Aku harus bagaimana?

Wajahku cemas, khawatir tak karuan, dan tidak sepercaya diri seperti tadi. Aku masih terdiam menatap Redo dari ujung sana.

Sebentar lagi... Yah!

Aku menyadari langkah Redo yang terhenti seketika bersama dengan seruan namaku tadi.

Siapa juga orang yang memanggilku disaat keadaan genting begini?

Redo hampir memutarkan badannya, lalu dia ...

PLAAAAKKKKK!

Tamparan tak tersentuh itu kena menusuk hatiku!

Benar Redo membalikkan badannya tetapi karena sosok kaum hawa nan cantik parasnya menghampiri Redo. Mereka tertawa bersama disana.

Semesta sedang menertawai aku yang terlalu percaya diri bahwa Redo menganggap aku ada di bumi ini.

Aku tertawa sarkartis.

"Narisa!"

Aku masih menatap nanar pada pemandangan yang terlalu jernih untuk dilihat. Tidak satupun orang menutupi reka adegan mereka, Redo dan wanita itu. Seolah-olah sengaja dipertontonkan untukku. Koridor yang biasanya selalu padat oleh mahasiswa lalu-lalang kini tampak seperti sudah di setting biar mataku bisa melihat mereka dengan jelas.

Narisa lihatlah dirimu sekarang, penuh dengan kemalangan.

"Assalamu'alaikum," seseorang berbisik pelan di telinga kiriku.

Aku segera tersadar dari posisi kemalanganku, dimana menjadi penonton setia.

Aku menetralkan raut wajahku yang tadi penuh dengan kesedihan. Kemudian aku menoleh ke samping pada sumber suara tersebut. Hati tersigap beku seketika.

Mataku berada terlalu dekat dengan mata Afif. Yah, dia adalah Afif. Aku terpaku sejenak pada tatapan teduhnya. Entah sejak kapan setiap lekungan di wajah Afif menjadi amat penting untuk aku pandangi dan aku melakukan hal itu lagi.

"Astagfirullahaladzim." Aku tersontak kaget dengan kedekatan kami. Aku langsung menjauhkan diri dari Afif dan memalingkan pandanganku ke sisi yang berlawanan dengan tempat dia berada.

Maafkan hamba, Ya Allah.

Wajahku semakin memanas jika harus melirik lama pada Afif. Perasaan racuh tidak beraturan mulai kembali. Aku mengibaskan tanganku pada wajahku.

"Dosa tahu Sa gak jawab salam." Dia melirik wajahku yang masih memalingkan pandanganku.

"Wa'alaikumsalam," sambarku cepat.

Aku bisa mendengarkan kekehan kecil Afif meskipun tidak melihatnya langsung. Makhluk ini sering kali membuat aku merasa malu.

"Dapet siapa pembimbing?" Aku langsung sadar mengarah kemana pembicaraan ini karena di kelas tadi semua mahasiswa sibuk membicarakan masalah susah senangnya mendapatkan pembimbing untuk Laporan Akhir nanti.

"Ibu Raelin," jawabku sambil menghadapkan sekilas pada Afif.

"Gak tanya gitu aku dapet pembimbing siapa? Siapa tahu kita sama pembimbing." Goda Afif sambil memicingkan satu matanya.

Good Night EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang