Hari ke-30: Night Car Rides

982 169 8
                                    

It's just the two of us accompanied by little rain outside the car.

***

'Aku udah didepan nih'

Saya langsung buru-buru keluar kosan saat mendapat pesan singkat dari Haris. Senyum saya mengembang saat melihat Mazda putih terparkir didepan gerbang kosan saya. Sudah sebulan lebih tidak lihat mobil itu, saya rindu apalagi dengan pemiliknya.

Saya membuka pintu mobil dan langsung duduk dikursi sebelah Haris. "Titipan ku mana?" Haris merentangkan kedua tangannya, saya menonjok perutnya pelan karena bukan pelukan Haris yang saya minta, tapi ya tetap saya terima pelukannya, lumayan bonus.

Saya terkekeh pelan saat pelukan Haris mengerat seolah kami akan pisah lagi, padahal saya baru juga duduk disebelahnya. Saya usap punggungnya dengan irama pelan, seolah ingin mengatakan bahwa 'iya, iya aku tau kamu kangen'.

Setelah memakan waktu nyaris dua menit, saya bertanya kembali, "Titipan ku mana, Ayis?"

"Dibelakang, cantik."

"Yaudah lepasin dulu dong."

Saya bisa melihat bibir Haris mengerucut lucu saat pelukan kami terlepas. Saya mengambil paperbag berwarna coklat di kursi belakang.

"Kamu kan punya hoodie sendiri." Haris memiringkan tubuhnya, dengan tangan terlipat diatas perut, dia menonton saya yang sedang menumpuk kaos saya dengan hoodie miliknya.

"Tapi gak ada wangi kamu nya!" Duh maaf ya karena saya sesuka itu dengan wangi Haris.

"Nanti aku beliin parfum yang sama aja kalo gitu." Haris, kamu gak paham, ini bukan tentang wangi parfum kamu, ini tentang wangi kamu!

Saya menggeleng, "Gak usah, aku gak mau wangi yang sama kayak kamu," Lagian saya juga mana tega ngerepotin Haris buat beli parfum yang sama dengannya, parfum seharga uang jajan saya sebulan.

"Lah kenapa?"

"Biar wangi kamu cuma punya kamu sendiri aja." Haris menahan senyumnya, "Yee kalo mau senyum ya senyum aja jangan ditahan."

"Gak mau ah nanti dibilang kegeeran."

"Padahal aku kangen senyum kamu." Iya saya kangen senyuman Haris, sudah lebih dari sebulan kami tidak bertemu karena saya sibuk dengan praktikum dan Haris sibuk dengan tugas juga endorsement nya.

"Ini pacar aku gak lagi kesurupan kak Ino kan?" Saya tertawa, yakali saya kesurupan orang yang masih hidup.

"Kok kak Ino sih?"

"Iya soalnya kak Ino manis banget ke pacarnya."

"Berarti aku manis dong?"

"Loh baru sadar?" Sekarang malah giliran saya yang menahan senyum, sial. "Kalo mau senyum ya senyum aja jangan ditahan." Haris membalikkan ucapan saya.

"Berisik ah." Haris balas tertawa. "Eh kita mau kemana?" Saya mengalihkan topik, tak kuat dengan Haris yang manis seperti ini.

"Udah makan belum? Kalo belum kita nyari makan dulu."

"Udah tadi sama Rere. Kamu udah belum?"

Hari Bersama HarisWhere stories live. Discover now