Bagian 1

161 16 12
                                    

Sekali lagi kulihat senyum itu, senyum yang begitu dalam maknanya untukku. Entah apa yang akan terjadi esok? Aku tidak tahu. Akankah suatu saat rasa cinta itu berubah? Atau bahkan hilang. Yang pasti saat ini aku sungguh sangat mencintainya, dan tak bisa melupakannya.

Sejak awal ku melihat dia, aku sudah merasakan sesuatu yang bergejolak di dalam hatiku. Tapi aku menganggap, hal itu hanya sebatas rasa kekaguman belaka. Dan memang benar aku mengaguminya, dan seiring berjalannya waktu rasa kagum itu kini berubah menjadi rasa cinta.

Bagiku dia begitu sempurna, meski dunia menganggapnya biasa-biasa saja. Aku menyukai semua tentang dia. Tutur katanya, caranya menatapku, senyumnya, hingga cara berjalannya.

Memang dia adalah guruku sendiri. Nggak salah kan kalau aku menyukai guruku? Entah kenapa tiap kali melihatnya hatiku rasanya damai banget. Walaupun hanya melihat tanpa bisa memilikinya, aku sudah cukup senang.

Aku selalu antusias tiap kali dia masuk ke kelasku. Sebelumnya aku sangat membenci pelajaran fisika. Bukan hanya fisika, tapi semua yang berhubungan dengan angka. Jadi sudah bisa disimpulkan aku membenci pelajaran Matematika. Namun sejak dia datang dan mengajar fisika di kelasku, aku selalu rajin belajar fisika. Aku mulai berdamai dan berkawan dengan berbagai rumus dan angka. Tak ada malam yang terlewat tanpa tumpukan buku-buku tebal. Aku ingin terlihat sedikit pandai di depannya.

Pertama kali dia memasuki kelasku dan memperkenalkan dirinya, aku sempat salah tingkah. Bagaimana tidak salah tingkah, lha wong dianya selalu melemparkan senyuman yang membuat hatiku ini seperti petasan yang dibakar, meledak-ledak.

"Nama saya Ersya Rafisqy, panggil saja Pak Er."
Deg! Nama itu, mengingatkanku pada seseorang di masa lalu. Cinta pertamaku, lelaki pertama yang mengajarkanku cinta dan memberiku rasa sakit yang luar biasa. Seharusnya hanya ada satu nama Ersya di dunia ini. Kenapa dia juga harus bernama Ersya?! Kenapa aku harus bertemu dengan nama itu lagi, ya walau sebenarnya mereka orang yang berbeda. Kenapa nama itu hadir lagi bahkan menjadi nama seorang guru yang kukagumi?

Tapi walau bagaimanapun, walau begitu pahit, itulah kenyataannya.
Aku harap dia sosok yang berbeda, tentunya lebih baik dari seorang Ersya yang pernah kukenal dulu. Kuharap Ersya yang ini dapat menyembuhkan luka yang diberikan Ersya cinta pertamaku.

Hingga sekarang aku masih berusaha melupakan cinta pertamaku, dan kelihatannya usahaku mulai menampakkan hasil yang bagus. Walau belum sepenuhnya berhasil, aku sudah tak begitu mengingatnya lagi. Sepertinya kehadiran Pak Ersya sedikit membantuku.

Usiaku dengannya terpaut lebih kurang lima tahun. Aku sekarang umur tujuh belas, jadi dia berumur dua puluh dua tahun. Aku sih tidak terlalu memperdulikan jarak usia kami, kan kata orang cinta tak memandang umur.

Suatu ketika, waktu pelajaran berlangsung. Tiba-tiba saja dia memanggil namaku, waktu itu pikiranku melayang entah kemana.
Kami sempat bersipandang beberapa detik, sampai aku menundukkan kepala karena malu. Untung teman-teman sekelas tidak menyadari adegan itu. Kukira dia memanggilku untuk memberi tugas atau meminta bantuan, eh ternyata cuma manggil, kan kesel.

Aku belum sempat menceritakan kejadian itu pada temanku. Dan sekarang karena melamunkan hal itu aku nggak sadar kalau dari tadi Pak Er memanggilku. Hilya teman sebangkuku, mencubit kecil lenganku. Sampai membuatku mengaduh pelan. Aku yang merasa lamunanku terusik kontan berteriak, "Apasih resek banget gangguin orang!"

"Hust.. Diem. Noh kamu daritadi dipanggilin Pak Er, keasyikan ngelamun sih mangkanya nggak denger." bisiknya didekat telingaku.

Aku lantas memandang ke depan dan ternyata Pak Er juga sedang menatapku. Kemudian dia memberiku pertanyaan, "Ayesha, coba jelaskan bagaimana bunyi Hukum Newton yang kedua!"

Mungkin dia mengira aku tidak akan bisa menjawabnya karena memilih melamun ketimbang memperhatikan penjelasannya tadi. Tentu dia salah besar, semalam aku telah membaca dan menghafal 3 Hukum Newton, jadi sudah pasti aku bisa menjawabnya.

"Hukum II Newton atau juga bisa disebut hukum kelembaman/inersia berbunyi setiap benda berusaha mempertahankan keadaannya."

"Yasudah, jawabannya benar. Lain kali jangan melamun waktu pelajaran saya."

Dia kembali menuju bangkunya, dan memberikan kami tugas untuk mengerjakan soal evaluasi.


Lamongan, 10 Nov 2018

***

Cerita baru lagi, padahal yang lain belum pada ditamatin.

Memories in SMA {SLOWLY UPDATE}Where stories live. Discover now