(+2) Undangan

1.7K 452 89
                                    





⚠warning! Chapter cringe dan drama sekali.



















Setelah rapat hari itu, dua bulan belakangan Felix mulai sering terlihat berkeliaran di kantor terutama di lantai lima yang dibuat khusus untuk segala kegiatan yang berhubungan dengan pemotretan dan pemasaran produk secara digital.

Apa Felix bersama Nancy? Tidak. Nancy tidak terlibat kontrak sama sekali. Kian tidak segila itu untuk merekrut Nancy.


Meskipun begitu tidak ada yang berubah dari Felix dan Alisha. Mereka  masih bertingkah asing, pura-pura tidak saling mengenal dan saling menghindar. Padahal dari lubuk hati terdalam, keduanya saling merindukan satu sama lain namun memilih bungkam, membisu menikmati siksaan rindu seorang diri.

Seperti hari ini. Alisha sudah mati-matian menyibukkan diri dengan proyek lain namun Kian juga malah mati-matian mengatur strategi agar Alisha mengawasi pemotretan hari ini.


"Yan, kalo lo nggak sempat, gak usah diawasi lah. Kan udah ada si Disa juga disana" ucap Alisha menyebutkan salah satu karyawan mereka.

"Gue nggak tenang. Kalo ada lo, kenapa harus Disa?" tanya Kian sembari membereskan mejanya. Bersiap pergi.

"Gue mau pergi, cari bahan Yan." balas Alisha tetap bersikukuh.

Kian menghela napasnya lalu menatap Alisha. "Sampai kapan sih lo mau ngehindarin Felix?"








- - - -- - - -







Alisha mengigit ujung kukunya dengan gusar, sesekali melirik arlojinya dengan wajah cemas dan sebisa mungkin tidak menatap Felix yang tengah berpose-pose di depannya.  Alisha hanya mampu menatap monitor yang menampilkan hasil foto-foto Felix, mengkoreksi apa yang sedikit mengganjal atau menyuruh karyawan lain untuk memberikan tissu kepada Felix saat Felix sudah tampak mulai berkeringat. Meskipun sesekali gadis itu tidak bisa menahan matanya untuk tidak melirik ke arah Felix.


Setelah dua jam, akhirnya pemotretan hari ini selesai. Alisha berbicara sedikit dengan Dito —fotografernya, kemudian bersiap untuk pergi. Gadis itu benar-benar tidak ingin lagi berhadapan dengan Felix atau ia akan melongos begitu saja seperti yang terjadi terakhir kali di depan lift lantai 4.

Alisha tidak benci Felix dengan begitu sangat, tapi hanya menghindar. Alisha takut Felix akan menatapnya tajam penuh dendam. Alisha takut Felix akan memaki-makinya. Alisha takut Felix akan merasa tidak nyaman. Alisha takut kalau selama ini Felix ternyata tidak ingin bertemu dengannya lagi. Kemungkinan-kemungkinan itu yang membuatnya sejak tadi terus saja gelisah. Seperti ada sesuatu dihatinya yang menyuruhnya pergi dan menjauhi Felix.

Cukup kejadian kemarin yang membuatnya hampir saja oleng, hampir membuat sifat egoisnya meledak-ledak, hampir membuatnya tidak peduli pada apapun selain Felix, membuatnya ingin memiliki dan dimiliki Felix lagi, apapun alasannya. Memaksa Felix menjadi miliknya, seperti dulu dan seperti yang seharusnya.


Manik teduh berwarna cokelat gelap itu menghanyutkannya, memberikan candu berlebih, menarik atensi dan nurani Alisha lagi.

Dan Alisha tidak mau semua itu terjadi.













Alisha berjalan cepat meninggalkan ruangan hingga membuat perasaannya perlahan-lahan mulai lega karena sampai sekarang kecemasannya ternyata tidak beralasan. Ia ternyata bisa melewati waktu dua jam pemotretan tanpa sedikitpun berbicara dengan Felix. 

Biar Saya Ceritakan | Felix lee. [√]Where stories live. Discover now