lepaskan 'kita'

1.8K 510 35
                                    











Karena peristiwa minggu kemaren, saya benar-benar menutup diri dari seorang Felix Lee. Saya tidak pernah sekalipun menjawab telponnya yang sudah menumpuk pada notifikasi saya. Seminggu ini, Felix benar-benar bertransformasi menjadi orang yang paling saya benci.

Sabtu siang saya tidak ada kelas, dan mama tiba-tiba menelpon.

"...dek, mama baca di internet, katanya papa nya Felix keseret kasus korupsi ya?"

"Gatau ma. Emang mama baca dimana?"

"di facebook. Katanya lagi pemeriksaan."

"Hoax kali ma, kan bersebaran tuh di facebook."

"ihh beneran tau dek. Mama yakin banget—NAH KAN BENER BARU AJA DIBILANGIN UDAH ADA AJA BERITANYA!!!!"



Setelah itu mama memutuskan sambungan telpon secara tiba-tiba.


Saya mengabaikan Felix hanya selama seminggu tapi saya sudah ketinggalan berita penting seperti ini. Saya yang terlalu menutup diri, atau Felix yang sejatinya tidak pernah terbuka kepada saya?



incoming call from Anjing Gila....


“Apa???"

"kenapa telpon aku ga diangkat seminggu ini?"

"mau nanya itu doang?"

"Alisa."

"Apa, Felix? Apa?"

"Kamu aneh."


"Lo yang aneh."

"Emang Aku kenapa? kamu yang ngejauhin aku!"


Saya terkesiap. Felix, meninggikan intonasinya, untuk pertama kalinya.

"Brengsek."


lalu saya memutuskan sambungan. Namun laki-laki itu kembali menelpon saya.

"Apa la—"


"GUE CAPE ALISA!"

Air mata saya jatuh begitu saja. Mendengar suara Felix yang terdengar putus asa dan penuh amarah itu meneriaki saya membuat hati saya seperti tercabik-cabik. Apa yang saya lakukan salah? Apa zaman sekarang, para perempuan tidak akan ada yang marah jika pacarnya berduaan dengan perempuan lain? Apa seperti itu budayanya sekarang? Itu yang sempat terpikirkan oleh saya,  mengingat betapa marahnya Felix hari itu. Seperti, saya telah melakukan kesalahan besar.


"g-gue.. juga cape........."


"Gue lagi terpuruk. Gue berusaha nelponin lo seminggu ini. Gue butuh lo, Alisa! Dan lo? Malah jauhin gue karena alasan ga jelas..."

"LO TAU LO GA BUTUH GUE FELIX! Dan apa? Alasan ga jelas???"

"Gue udah minta maaf perihal Nancy. Apa lagi????"

"Gue muak sama lo."

Tidak ada balasan dari Felix.





















Saya menghela napas panjang, berusaha meredam emosi saya. "Aku takut kamu lebih milih Nancy daripada aku, Felix..."



Tidak ada jawaban, namun samar saya mendengar isakan kecil. Suara napas yang tersendat-sendat, serta ponsel yang terdengar grasak-grusuk.

"Aku sayang sama kamu..."


Isakan itu semakin terdengar jelas, namun kembali samar. "M-maafin aku..."


Saya menyeka air mata saya lalu berusaha tersenyum kecil. Menyemangati diri saya sendiri. "Jadi, sekarang kalau kamu mau lepasin aku, gapapa."

Isakan itu makin terdengar. "A-Alisa...."


"Kamu bosen kan sama aku?"


"Alisa..."


"Nancy lebih asik ya? Dekat juga kan? Aku terlalu jauh buat kamu."



"aku bisa nyamperin kamu, Alisa."

Saya menggigit bibir bawah saya meredam isakan. "Nggak. Kamu bakalan cape. Hati kamu cape."


"Nggak. Aku nggak cape."


"Tapi kenapa, Felix?"


"Maafin aku..."






Hening.





"Alisa, aku bisa nyuruh Nancy buat nge-hapusin semua foto aku sama dia—"


"Bisa kamu hapus dia dari hati kamu?"

"Alisa, aku nggak—"


"Aku nggak bodoh, Lix. Aku tau kamu suka dia."


hening, lagi.


"Kalau kamu butuh aku, kenapa kamu nggak datang?"

"Biasanya, karena hal-hal nggak penting kamu rela bolos demi kesini. Tapi sekarang?"

"kamu cuma jadiin aku alasan. Kamu ngebohongin diri kamu sendiri. Kamu mengelabui diri kamu sendiri. Padahal kamu tau, hati kamu tau, kalau sebenarnya kamu butuh Nancy, bukan aku."


"Jadi... berhenti membodohi diri sendiri."


"Nggak. Aku nggak mau kita udahan. Aku sayang sama kamu, Alisa!"






"Kamu, laki-laki baik, Felix. Aku tau itu. Aku gak mau bikin kamu jadi brengsek karena udah nyakitin aku. Lepasin aku, mungkin takdir kita hanya sebatas ini."










Setelah ucapan saya itu, Felix mematikan sambungan telpon secara sepihak. Tanpa menerima ataupun menolak, dia pergi. Meninggalkan ketidak jelasan dibenak saya. Apakah saya dan dia sudah berakhir, atau masih 'akan' berakhir.



Saya tau kalau mencintai seseorang pasti selalu diiringi dengan konsekuensi hati yang rumit. Namun saya tidak pernah menyangka akan serumit ini. Sebenarnya tidak ada yang rumit, tidak ada yang tidak jelas, semuanya bahkan terlalu jelas, bahwa Felix tidak membutuhkan saya lagi.




Yang rumit adalah Felix, yang meskipun saat itu berstatus sebagai pacar saya, tapi entah kepada siapa melabuhkan hatinya.








- - - - -

a/n:

dabel apdet ni biar sekalian keselnya

Biar Saya Ceritakan | Felix lee. [√]Where stories live. Discover now