tapi saya sayang

2K 588 51
                                    





Satu hal yang paling saya antisipasi sejak saya menerima Felix, bertemu orang tuanya. Kesannya terlalu percaya diri memang, kenapa saya sampai kepikiran ke sana? Kenapa saya merasa cemas untuk hal yang belum pasti? Memangnya saya siapa sampai harus diajak bertemu orang tuanya?

Mungkin itu yang muncul dipikiran kalian. Tapi percayalah, hal yang saya cemaskan itu benar-benar terjadi tepat seminggu sebelum UN.

Felix mengajak saya ke rumahnya, bertemu ibu dan kalau beruntung bertemu ayahnya juga, katanya begitu.


Dan saat itu, persiapan saya bertemu orang tuanya jauh lebih gaduh ketimbang persiapan UN, kata mama saya. Saya bolak-balik meminta hotspot mama untuk menonton video-video di channel youtube Devienna, Nanda, Molita dan yang paling sering adalah channel Nancybeauty milih Nancy Mcdonie—model iklan sekaligus beautyvlogger yang kini selalu lalu lalang di layar kaca. Seniat itu saya harus berdandan ketika ke rumah Felix.

Untuk baju, jangan ditanya. Jika kencan dengan Felix saja saya sudah kalang kabut di mall, untuk bertemu orang tuanya  saya menghabiskan waktu enam jam hanya untuk memilih baju yang sekiranya pantas sopan namun terlihat cantik dan tidak bar-bar. Dan dalam enam jam tersebut saya hanya berhasil memilih dua potong pakaian.
















"Jangan nervous gitu. Kita mau ketemu mama, bukan presiden, Sa." katanya seraya terkekeh saat saya berhasil duduk disebelahnya.

Saya merengut tidak setuju. "Justru karena mau ketemu mama kamu aku nervous. Coba kalo ketemu presiden, tinggal minta sepeda. Ketemu mama kamu, aku mau minta apa coba?" tanya saya menuntut.

Masih dengan senyum yang tak luntur, kakinya mulai menginjak gas dan melajukan mobil. Felix menoleh sesaat, lalu menujuk dirinya sendiri. "Anaknya lah." jawabnya dengan mata yang dikedip-kedipkan.


Saya mencibir. "Gabakal dikasih lah. Anaknya kan cuma kamu satu-satunya. Ya pasti gabakal dikasih ke orang"


"Kalo aku punya saudara, kamu mau minta aku ke mama?"

"saudara kamu cewek apa cowok?"

"kalau seandainya cowok?"

"Ya aku minta izin bawa pulang saudara kamu"


Lalu Felix memberhentikan mobilnya secara mendadak membuat kepala saya hampir saja menyatu dengan dashboard. "FELIX!!!"

"hehehe, maaf yang. Kamu sih"

Kemudian tangan saya tidak bisa tertahan untuk tidak melayangkan sebuah 'hadiah' ke lengan, bahu dan pinggangnya.


"Eh tapi serius deh, kamu nanti minta izin ke mama buat minta anaknya"

"Kalau nggak dibolehin?"

"Paksa aja."

"Masa aku durhaka?"

"Kan emang udah durhaka."

"FELIX ANJING"

"ALISHA MULUTNYAAAAAA!!!! PACARKU NGGAK BAR-BAR YAAAAA!!!"

"Oke aku kalem kok. Bentar, lagi bertransformasi jadi putri keraton dulu." ucap saya berusaha sekalem mungkin sambil memperbaiki posisi duduk saya menjadi berpangku tangan dengan kedua kaki menyatu serapat-rapatnya.

Felix mengacak rambut saya sembari tertawa. Hampir saja tangan saya ingin menjauhkan tangannya karena rambut saya yang sialnya sudah saya catok harus berantakan, tangannya malah berubah menjadi mengelus kepala saya. Memperbaiki rambut saya lalu mengelusnya pelan. Setelah menyulut emosi, dia malah membuai saya dengan jemarinya.

Saya tersenyum, kemudian Felix juga. Adegan mendadak menjadi drama picisan. Tapi saya tidak risih.

Saya tidak pernah berhenti terkagum-kagum pada ciptaan manusia didepan saya ini. Saya tidak pernah berhenti bersyukur, bagaimana Tuhan dengan segala skenarionya, saat itu benar-benar menyatukan kami, seperti yang selalu saya idam-idamkan sejak lama.


Felix menyentuh kepalanya dengan kedua tangannya, "Kamu kenapa gemesin banget sih, Sa?!! Kan jadi pengen meluk!" ucapnya frustasi.

Felix, sungguh, dari semua makhluk di dunia, kamu adalah makhluk paling menggemaskan bagi saya. Kamulah yang menggemaskan, dengan semua ketidak jelasanmu yang kadang —selalu menyulut emosi,  yang anehnya, saya suka. Saya sayang.









Felix kembali menjalankan mobil namun berputar, melawan arah rumahnya. "Heh bambank kita mau kemanaaa?????"

"Bioskop? Pokoknya gausah ke rumah. Kamu gemesin banget hari ini. Ga, ga. Jangan ke rumah. Kita harus nge-date pokoknya!"


Belum saya menjawab, Felix kembali bersuara, "APA KITA KE KUA AJA???!!!!!!"







untung saya sayang.

Biar Saya Ceritakan | Felix lee. [√]Where stories live. Discover now