Part 6

2.2K 417 11
                                    

Beberapa warga berbondong-bondong ke rumah Pak Imran. Ia diminta datang ke rumah kontrakan. Terkejut sudah pasti, Pak Imran sedang memberi makan ayam dibelakang rumah buru-buru bergegas pergi. Ia tidak diberitahu ada apa. Ibu Aisha sedang ke pasar. Sepanjang jalan Pak Imran gelisah, bertanya-tanya dalam hati. Di depan rumah kontrakan miliknya sudah banyak warga yang berkumpul. Dadanya semakin berdebar. Ia menerobos masuk ke dalam rumah. Disana ada Zhavira, Reifan, Jihan, Mang Darma, Pak RT dan serta warga lainnya.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Pak Imran seraya menatap satu persatu orang disana. Zhavira menundukan kepalanya tidak berani melihat Pak Imran. Ia hampir menangis karena masalah ini sangat mempermalukan sang ayah. Padahal tidak benar, ia tidak berbuat apa yang mereka pikirkan.

"Duduk dulu Pak Imran," ucap Pak RT. Pak Imran duduk di lantai karena rumah tersebut belum ada sofa dan lain-lain. "Begini, Pak. Tadi ada laporan dari warga kalau melihat putri Bapak berduaan dengan seorang laki-laki di rumah ini, sedang berbuat yang nggak baik," sambungnya. Zhavira mengangkat kepalanya lalu menggelengkan bahwa itu tidak benar. "Saya serta warga kesini dan melihat apa benar informasi itu. Dan akhirnya kami melihat Zhavira sedang dikamar laki-laki ini dengan keadaan yang bisa Bapak lihat."

Pak Imran langsung memandangi putrinya. Leher putrinya merah-merah. Ia terdiam sesaat, "saya nggak percaya ini, Pak RT. Putri saya nggak mungkin ngelakuin hal semacam itu. Zhavira, apa itu benar?"

"Nggak, Yah. Itu semua nggak benar!" air mata Zhavira lolos juga. "Vira bisa jelasin apa yang terjadi." Ia mulai menceritakan kejadian dari awal bahwa ingin mengambil jambu. Dan merah-merah ditubuhnya itu karena gigitan semu. Jihan dan Mang Darma membenarkan semua itu. Reifan seakan bibirnya terkunci. Dirinya masih shock dengan apa yang terjadi. "Jangan mentang-mentang Vira janda. Kalian seenaknya menghakimi sendiri!!" Zhavira terisak.

Pak RT mengangguk mengerti setelah mendengar kesaksian dari Jihan dan Mang Darma. "Jadi ini salah paham ya."

"Ah, itu mah bohong kali, Pak. Udah arak aja keliling kampung. Biar sadar!!" teriak seorang warga yang menjadi provokator. Semuanya ricuh dan panas. "Mereka sekongkol menutupi perbuatan mesum mereka, Pak!!" seru yang lainnya.

Pak Imran meminta Mang Darma untuk membawa Jihan pulang terlebih dahulu. Anak seusianya tidak pantas mendengar. Apalagi ada yang berteriak nama-nama kebun binatang. Jihan awalnya tidak mau meninggalkan Zhavira. Ia menangis tersedu-sedu. Namun Pak Imran memarahi menyuruhnya pulang.

"Maaf para warga, putri saya sudah menjelaskan begitu juga ada saksinya. Zhavira nggak melakukan itu semua."

"Bisa sial kampung kita kalau seperti ini!!" umpat warga dikerumunan belakang. "Udah nikahin aja, Pak RT. Biar kampung kita biar tenang!"

"Apa?!" teriak Reifan. 1 haripun belum ia tinggal di kampung tersebut. Sudah mau dinikahkan? Kepalanya mendadak pening. "Saya nggak merasa telah berbuat mesum. Saya hanya meminjamkan baju saya karena baju dia banyak semutnya. Kenapa saya harus menikahinya?!" ucapnya tegas. Ia merasa ada yang tidak beres, seperti ada yang menjebaknya. Tapi siapa? Tanya batinnya. Ia tidak mempunyai musuh disini tapi, Reifan menatap Pak Imran. "Apa ada yang nggak suka sama Pak Imran atau Zhavira?" pemikiran itu muncul tiba-tiba. "Tapi kenapa aku yang jadi korbannya?" keluhnya dalam hati.

"IYA, UDAH NIKAHIN AJA MEREKA, PAK!!" teriak warga tanpa mau menerima penjelasan. "Apa kamu laki-laki bejat nggak mau tanggung jawab?!" ucapnya mengebu-gebu.

Mulut Reifan mengangga lebar, apa yang dikatakannya? Ingin sekali ia menampar mulut ibu-ibu itu jika diperbolehkan. Ternyata ia adalah Ibu Rumi, si culas. Suasana semakin ricuh, warga tidak ada yang mau mendengar penjelasan dari kedusnya. Pak RT menjadi bingung begitupun Pak Imran.

One More Time  (GOOGLE PLAY BOOK & KBM APP)Where stories live. Discover now