Part 45

4.7K 241 11
                                    

Happy Reading

***

Malam semakin larut, jalanan kota tampak mulai lengang, walau masih ada beberapa kendaraan yang melintas. Pejalan kakipun hanya bisa dihitung menggunakan jari. Wanita paruh baya itu masih terlihat awet muda, cantik dan segar di usianya yang sudah memasuki kepala empat, pakaian sederhananya tidak ada yang menyangka bahwa ia istri seorang bilionaire ternama dari belahan negara lain.
Berdiri dipinggir trotoar dengan tangan kirinya menenteng sebuah paperbag besar berwarna hitam.  Sedangkan tangan kanannya tampak melambai ke udara, senyum merekah seolah tengah menyapa seseorang yang ada di seberang jalan. Tanpa menoleh ke kanan dan kekiri, wanita itu berjalan ke tengah jalan hendak menyebrang. Dan kesempatan itu di manfaatkan oleh seseorang yang sudah mengintainya sedari tadi. Dengan kecepatan tinggi mobil sport itu melesat di jalanan yang terlihat sepi.
Kejadian itu terjadi begitu saja dalam hitungan detik, wanita baya itu terpental akibat hantaman dari mobil sport yang mengarah padanya. Tergeletak di atas aspal dengan darah yang merembes dari kepala dan beberapa bagian tubuh yang lain. Seorang pria tampak berjongkok disisi tubuh yang tergeletak bersimbah darah itu, berusaha memberi pertolongan walau tidak membantu sama sekali.

***

Berdiri menghadap jendela besar, Manik biru itu menatap kosong bangunan tinggi yang berjejer di hadapannya, dengan latar langit berwarna jingga menandakan siang akan berganti malam. Kilatan kejadian beberapa tahun lalu terus saja mengusik ingatannya kembali, ia berusaha menghapus memori itu walau sebenarnya tidak akan pernah bisa di hapus akibat penyesalan yang begitu dalam.

Seminggu berlalu dari terakhir kali ia bertemu dengan wanita yang dicintainya. Rindu. Bahkan Sangat. Apalagi saat itu membuat hatinya begitu bahagia, pada akhirnya Alexa menunjukkan rasa cemburunya. Dimana itu sudah membuatnya yakin bahwa, Alexa masih mencintainya sampai saat ini. Dan Selama itu pula ia masih belum bertemu lagi, keberadaannya saat ini saja ia juga belum bisa memastikan.

Setelah penyerangan sekaligus pengeboman di markas utamanya, bisnis gelapnya menjadi kacau. Selama satu minggu ini ia di sibukkan untuk memperbaiki kekacauan yang dibuat oleh sang Demonic. Andai saja Max ada di sisinya, mungkin ia tidak akan selelah ini. Tunggu dulu. Max sudah terlalu lama berada di sana, bahkan ia lupa kapan terakhir tangan kanannya itu memberi kabar.

Suara pintu terbuka menghentikan lamunannya, tubuh dengan punggung lebar itu berbalik untuk mencari tau siapa yang sudah berkunjung di kantornya saat menjelang petang begini.

"Ada perlu apa kau kemari?" tanpa basa basi pertanyaan itu dilontarkan tatkala tamunya sudah berdiri di hadapannya dengan senyum mengembang.

"Apa kau tidak pernah menyuruh tamu mu untuk duduk dan menawarinya minuman? Brother... "

"Untuk apa aku beramah tamah pada orang yang sudah merusak hubungan ku dengan Alexa," sinisnya.

"Maksud mu, Alexa calon istriku, kak?"

"Apa maksudmu James?" geraman itu terdengar jelas mengerikan.

Dengan berjalan mendekat, James menyunggingkan senyum meremehkan. "Ku pikir kau sudah rela melepasnya, sehingga tiga hari ini kau tidak menemuiku untuk mengucapkan selamat atau... menghajarku... Mungkin," James menggedikkan bahu.

"Asshole!! Alexa tidak akan pernah menerima lamaran mu, kau hanya bagian dari masa lalunya. Dia hanya mencintai ku seorang. HANYA AKU!!" suaranya gemelagar di setiap sudut ruang kerjanya, Jari telunjuk Jason mengarah pada dadanya sendiri seolah meyakinkan orang yang ada di hadapannya.

JASON ALEXA Where stories live. Discover now