Aku beringsut dari tempat tidur ketika sinar matahari menembus melalui celah jendela, sambil bermalas-malasan kuseret kaki menuju kamar mandi.
Tetapi sebelum tungkaiku mencapai daun pintu, sesuatu menarik perhatianku. Untuk memastikan, langkahku segera berpaling mendekati jendela.
Biasanya jika sedang bosan, aku akan menghabiskan waktu duduk di atas sofa tunggal yang terletak di depan jendela, namun, baru kali ini aku melihat pemandangan yang berbeda.
Telapak tanganku berpindah di atas kaca tatkala mataku menyipit mengamati objek di luar sana.
Selama ini rumah di seberang apartemenku terlihat kosong, hanya sesekali cahaya lampunya menyala melalui ventalasi, tapi kini ada satu sosok disana.
Perempuan muda mengenakan gaun biru, duduk di balik jendela yang berhadapan langsung dengan jendela kamarku.
Wajahnya terlihat serius membaca buku yang dia pegang. Rambutnya berwarna hitam legam terurai melewati pundak, sangat kontras dengan kulitnya yang putih, mungkin usianya masih sekitar dua puluh tahun sama sepertiku.
Mungkin juga dia tetangga baru. Yah, itu cukup menyenangkan jika dia bersedia duduk disana sepanjang hari, setidaknya pemandangan di luar sana menjadi sedikit berbeda dari hari biasa.
Tanpa sadar, sudah lebih dari tiga menit aku berdiri di tempatku, mengintip rumah orang lain tanpa izin. Sebelum ketahuan aku segera berlari memasuki kamar mandi.
****
Aku tinggal di sebuah Flat yang terletak di pusat kota. Ruangan apartemennya cukup luas, lengkap dengan dua kamar tidur dan kamar mandi. aku menempati kamar tidur yang terhubung langsung dengan balkon sedangkan sisanya aku gunakan untuk studio.
Sederhana dan nyaman, cukup untuk kehidupan sehari-hari. Apalagi di tambah sebuah komputer yang terletak di atas meja belajar, kadang aku menghabiskan waktu bermain game seharian.
Lalu apalagi yang kubutuhkan?
Tapi, aku tetap saja merasa sepi. kamar ini tetap saja sunyi. Tak ada benda yang bergerak selain diriku sendiri.
Ah, ada juga kalau aku membuka jendela, sinar matahari akan merembes masuk. Kadang aku membayangkan, matahari itu menyapa dengan tangan-tangan yang hangat. Tetapi tak lama, hanya sesaat saja, lalu kembali sebelum menghidupkan pemanas dan menutup jendela secara diam-diam.
Berbeda dengan pemandangan tadi pagi, setelah aku melongok keluar jendela. Rasanya sedikit lebih baik hanya karena presensi seseorang yang belum pernah kutemui.
Namun, begitu keluar dari kamar mandi, sosoknya sudah menghilang di balik sana. Aku memutuskan untuk tidak terlalu peduli, meskipun ada sedikit rasa kecewa.
Menjelang petang, aku kembali duduk dihadapan jendela menyaksikan beberapa gurat-gurat oranye di atas langit. Lalu tiba-tiba saja aku tertawa teringat peristiwa lucu bersama ibu.
Kala itu aku masih berada di tingkat sekolah dasar, seorang teman memberi anak anjing berjenis poddle padaku.
Aku sangat menyukainya, untuk pertamakali akhirnya aku mempunyai peliharaan sendiri.
Sebenarnya orang tuaku tidak terlalu peduli soal hewan peliharaan, entahlah, mungkin karna mereka sibuk bekerja atau karena mereka menganggap hal tersebut tidaklah terlalu penting.
Aku membawa anak anjing itu pulang ke rumah dan meminta izin kepada ibu untuk memeliharanya. Beruntung kedua orang tuaku tidak terlalu peduli.
Hari-hariku di isi dengan kegiatan baru, termasuk membeli beberapa buku panduan memelihara hewan dan membacanya berulang kali.
Miri, nama yang kuberikan untuk anak anjingku juga mempunyai kegemaran baru. Dia sangat suka berada di antara sela-sela kakiku dan bergelantungan disana.
Aku menyukai Miri, layaknya mainan baru. Hampir setiap malam aku membawanya tidur di atas ranjangku, sampai suatu hari dimana ketika ibu menemukan pup Miri di atas sprei.
"Aku tidak tega membiarkan Miri tidur di atas lantai"
Tangisku, meskipun demikian beliau tetap bersikeras agar Miri tidak tidur di atas ranjangku.
Aku tidak mau menyerah, akhirnya setelah semua orang tertidur, aku membawa Miri kedalam kamarku kembali secara sembunyi-sembunyi.
Kejadian itu sudah lama sekali, kenangan hanyalah sesuatu untuk di ingat kembali.
Saat ini aku berada di tempat yang sangat jauh dari rumah, meskipun rasa rindu untuk segera pulang ke kampung halaman selalu ada. Aku tahu, aku tidak akan bisa pulang, tidak untuk sekarang, nanti, atau mungkin selamanya.
****
T.B.C
*sebagai bentuk apresiasi, tekan tanda bintang di pojok kiri lalu pendapat kalian mengenai fanfiksi ini melalui kolom komentar di bawah, aku akan sangat menghargainya.
*Terimakasih karna sudah mampir dan meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, ikutin terus ya updetannya setiap malam jumat dan sabtu jika kalian tertarik ^_^
YOU ARE READING
Once Upon a Time
Mystery / Thriller(Private) Ketika sedang bosan, aku selalu menghabiskan waktu duduk di depan jendela. Lalu suatu hari secara magis, satu sosok muncul disana, mengambil tempat sebagai objek baru yang gemar kupandangi.
