Bara 4 - Kejutan Rindu

Start from the beginning
                                    

Gue mengangkat kepala buat ngeliat mukanya yang kalau kata Naina sebalas-dua belas sama Ridho Roma.

"Lagi pada mudik mungkin?" jawab gue asal.

"Ya kali dah? Lusa udah mau UAS masa mudik?"

Iya juga ya. Lagian kalau dipikir-pikir, lebaran juga masih lama.

"Ya siapa tau ada sodaranya yang sakit atau bahkan meninggal gitu? Udah lah biarin aja. Daripada ngurusin orang mending lo cukur rambut dah sana! Mau lo dibotakin Bu Isma?"

Gue mencoba untuk mengalihkan topik walaupun sebenernya gue juga penasaran kemana Risa selama seminggu ini sampe gak masuk sekolah. Gue lumayan deket sama dia, satu kelas, sekelompok juga jadi sering apa-apa bareng. Bahkan Naina sempet cemburu sama dia gara-gara katanya gue lebih sering ngabisin waktu sama Risa padahal itu juga karena kerja kelompok.

Anton yang semula duduk di hadapan gue langsung pindah jadi duduk di sebelah gue karena tiba-tiba aja wali kelas gue masuk. Suasana langsung hening, gue juga langsung berhenti nyalin PR padahal tinggal satu nomer lagi.  Wali kelas gue ini orangnya ribet, apa-apa dibikin masalah, kerjaannya ngomel mulu, cobaan banget udah.

Tapi waktu itu mukanya gak terlihat senyeremin biasanya, malah kelihatan... Sedih.

"Selamat pagi anak-anak."

Dan seperti anak sekolah biasanya, temen-temen sekelas gue langsung menyerukan kata pagi seraya serentak tapi ekspresi mukanya beraneka ragam. Ada yang ceria, datar, ngantuk, bahkan muak.

"Pagi ini saya membawa kabar duka bagi kita semua."

Dan kelas langsung riuh dengan suara bisik-bisik. Gue memilih untuk tetap tenang, sedangkan Anton udah nyikut-nyikut gue dari tadi.

Sekitar lima menit Bu Yuni-wali kelas gue- terdiam sambil menundukkan kepala. Gak lama dari itu dia terlihat mengusap matanya menggunakan tissue, dan seisi kelas semakin dibuat bingung.

Sepuluh menit beliau belum juga bersuara. Di saat temen-temen gue ribut protes karena digantungin, gue justru sibuk menebak-nebak.

Dan gue berharap kalau tebakan gue salah.

"Adrisa Meylanie, dikabarkan meninggal karena overdosis obat tidur."

Dan sialnya tebakan gue benar.

Seisi kelas semakin riuh. Bahkan Natasya, temen sebangku Risa udah nangis kenceng di bangkunya. Isakan tangis lainnya disusul oleh temen-temen cewek gue yang lain, kalau gak karena gengsi yang tinggi mungkin temen cowok gue juga udah pada nangis, tapi yang mereka lakuin cuma diem. Diem seolah-olah sedang mencoba memahami kalimat yang keluar dari mulut Bu Yuni. Diam karena mereka masih gak percaya dengan semua itu.

Mereka gak percaya.

Sedangkan gue mencoba untuk percaya.

Bukan sekali dua kali gue memergoki Risa meminum obat tidur. Ketika gue tanya kenapa dia mengonsumsi obat itu terus menerus, dia cuma jawab,

"Biar bisa tidur. Rumah gue kalau malem berisik, Bar. Susah tidur gue jadinya."

Waktu itu gue pengen banget nanya 'Berisik kenapa?' tapi lagi-lagi gue takut bakal ngusik urusan pribadinya dan akhirnya gue memilih untuk diam.

Diam sambil terus mengamati.

Dan pengamatan gue akhirnya terhenti karena objek yang diamati udah lebih dulu pergi.

Kabarnya, orangtua Risa pisah. Mamanya selingkuh dan pergi sama selingkuhannya. Sebelum pergi, orangtua Risa ngabisin waktu mereka dengan bertengkar setiap malam. Bertengkar sampai mereka gak tau kalau anak semata wayangnya kesulitan untuk tidur di dalam kamarnya.

Tacenda [Republish]Where stories live. Discover now