Part 17 : Akira Anderson

1.6K 75 7
                                    

"Dan aku akan melindungimu dari segala masalah yang ada, termasuk pembunuhmu."

Suara Barithone itu, suara yang tidak asing bagi Alexa. Suara ini tidak sejernih suara Dimas-yang mana tidak mungkin dirinya membolos. Pitch suaranya juga tidak setinggi suara orang yang diduga membunuh Ani, dan suaranya tidak sedingin Michael.

Alexa masih terlarut dalam dunia imajinernya, dimana ia sedang bermain dan bercerita dengan sosok almarhumah ibunya. Setidaknya ini bisa mengobati kerinduan Alexa terhadap ibunya walau hanya sebentar. Air matanya mulai mengalir perlahan, membasahi pipinya dan pundak seragam pria di sampingnya.

"Gue emang ga tau apa yang lo nangisin, tapi gue harap lo tegar kayak Alexa yang gue kenal," gumamnya.

Tangannya yang besar kembali mengusap surai gelap Alexa. Angin kembali berembus perlahan, membawa kesejukan dan mengusir segala rasa lelah setelah keributan tadi. Hanya kali ini saja Alexa membolos, untuk sekadar menghabiskan waktu sendirian. Berada di bawah pohon oak rimbun dan ditemani suara burung berkicau begitu menenangkan.

Namun, selang beberapa menit saja, Alexa mulai merasa terganggu. Seharusnya ia menghirup udara segar disana, bukan aroma parfum yang ia kenal. Dan, bukankah tadi kepalanya bersandar di batang pohon oak yang keras? Kira kira itulah yang membuat Alexa terbangun.

Matanya mulai membuka, menerawang keadaan disana. Seketika bola mata cokelatnya tertuju pada pria di sampingnya. Kini, bola matanya terbuka lebar seiringan dengan pekikan singkat dari Alexa.

"Lo-lo kenapa ada disini, Rey?" Terkejut bukan main Alexa, ketika melihat Rey di sampingnya. Jadi selama ini dia tidur di...

"Gue cuma pengen bolos dari pelajaran Mrs. Rika," jawabnya singkat.

Canggung, itulah yang dirasakan mereka berdua. Mengapa bisa ada Rey disana, padahal bisa saja ia membolos ke tempat lain selain pohon oak belakang sekolah. Semenjak kejadian tadi, Alexa masih memikirkan perasaan orang lain.

"Btw, gue-"

Belum sempat Alexa melanjutkan kata katanya, Rey langsung memotong, meminta maaf duluan pada Alexa.

"Gue minta maaf soal kejadian tadi! Gue tau gue salah."

Merasa sungkan, Alexa mengelak dan berpikir bahwa dirinya bersalah atas kejadian tadi.

"Gak, gue yang seharusnya minta maaf,"

"Pokoknya gue yang salah! Jadi gue yang harus minta maaf!" Kini nada Rey sedikit meninggi.

Alexa tahu kalau ia memperdebatkan permasalahan "siapa yang salah" dengan Rey, pasti tidak akan ada ujungnya-bahkan bila kau menunggu jaman naga main TikTok. Ia bangkit dari posisinya, diikuti oleh Rey. Kemudian mereka berdua saling bertatapan. Iris coklat dan biru itu saling bertemu, memancarkan perasaan sendu akibat persahabatan mereka yang hampir berantakan akibat hal sekecil tadi.

"Yaudah, kita disini emang salah. Dan semoga dari kejadian ini, kita bisa belajar untuk menjadi orang yang lebih baik,"

Alexa mengulurkan jari kelingkingnya seraya berjanji pada Rey. Berjanji untuk tidak lagi bertengkar, apapun yang terjadi dan menghargai perasaan dan perbedaan satu sama lain-walau mereka berdua tidak ada bedanya. Jari kelingking Rey dan Alexa saling bertautan, seiring dengan janji yang mereka ucapkan.

"Bentar lagi bel pergantian pelajaran, yuk ke kelas!"

Rey berjalan duluan, sementara Alexa mengikuti dari belakang. Sebenarnya, Alexa terlalu mengantuk untuk menyesuaikan langkahnya dengan langkah kaki Rey. Ia juga enggan berteriak karena jika Alexa memekik, tentu ia akan kena masalah. Belum lagi, Rey orang yang tidak peka.

The Jerk (Yandere)Where stories live. Discover now