Part 3: Who are you?

3.5K 165 14
                                    

Hujan turun dengan deras, awan tak mampu membendung lagi air hingga menyebabkan tumpah ruah menuju bumi. Suasana ini, suasana apa ini? Alexa sejak tadi terdiam menenggak salivanya kuat-kuat, tangannya sudah sejak kapan mengeluarkan keringat. Ia gugup, ini kedua kalinya Alexa menatap leher putih kokoh itu.

Urat serta ototnya terlihat, sungguh jantan sekali. Bisep nya mengetat dengan sempurna pada kemeja bewarna kelabu, omg he's hot. Astaga Alexa, apa yang sebenarnya kau pikirkan ini. Sadar bodoh!

Hujan terus saja mengguyur membuat suasana makin canggung dan awkward, apakah hanya Alexa yang merasakannya? Tentu saja, pasti Alexa yang hanya merasakannya. Lagipula kenapa pria ini mengajak nya saat jam makan siang pula, perutnya lapar hingga ia tidak bisa berkosentrasi dan berpikir dengan kepala dingin.

"Apa bapak membutuhkan sesuatu?" tanya Alexa membuka suara karena Michael hanya berjalan tanpa mengatakan apa-apa.

Michael memberhentikan langkahnya, ia membalikkan badannya untuk melihat Alexa yang kini juga ikut menatapnya. Michael kembali menyeringai aneh, membuat Alexa seolah dirajam oleh seribu tangan untuk membuatnya tidak dapat bergerak.

Tatapan Michael menyorot dengan jelas bola mata cokelat gelap Alexa. Ia menjilat bibir bawahnya lagi. Membuat Alexa salah tingkah dan berjalan mundur. Alexa juga mulai takut karena sayap barat sekolah menuju ruang guru adalah salah satu tempat tersepi yang jarang dilalui. Apakah Michael sengaja?

Tidak mungkin tidak mungkin, Alexa tidak boleh kegeeran duluan. Mungkin saja ini taktik Michael untuk mempermainkannya, benar Michael pasti mempermainkannya. Baiklah, Alexa akan menerima tantangannya. Siapa takut terhadap guru itu? Jawabannya bukan Alexa yang pasti.

Alexa ikut menatap pria di hadapannya dengan berani, membuat Michael mengernyit lalu semakin menyeringai dengan lebar. Gadis ini menarik. Kedua lengan kokoh Michael ia ulurkan untuk mengurung Alexa dalam kuasanya. Gadis ini benar-benar penurut. Mungkin Michael tidak perlu bersusah payah jika ingin mendapatkannya.

"Jadilah miliku, Alexa!" Michael menggunakan kata-kata itu sebagai perangkap. Biasanya wanita akan langsung memberikan segala miliknya ketika Michael sudah mengeluarkan rayuannya.

Alexa mengernyit tidak mengerti, gadis itu bukan suatu barang. Jadi, mengapa ia harus menjadi milik Mr. Michael? Alexa hendak mengucapkan sesuatu untuk bertanya "apa maksudnya?" namun kata tinggal lah kata.

Benda lembut nan basah itu menyentuh bibir Alexa, mengecupnya lalu menyeringai ketika menyadari Alexa tidak melawan. Lihat, gadis ini penurut sekali hingga melawan pesona Michael pun Alexa tidak mampu.

Alexa sendiri sebenarnya sangat terkejut setengah mati. Kesadarannya seolah menguap, kepalanya mendadak pening. Namun hanya beberapa detik sebelum satu bogem mentah Alexa mengenai perut Michael, syukur-syukur mengenai pedang arthur Michael. Namun seribu sayang, hanya mengenai dada liat nya saja, alhasil Alexa lah yang kesakitan.

Michael melepaskan tautannya, tersenyum miring karena Alexa mencipratkan tangannya yang nyeri. Berharap sakit yang merajam tangannya segera hilang. Setelah reda, Alexa menyorot tajam penuh kejengkelan pada Michael yang berusaha menahan tawanya.

"Sakit, heh?" ledek Michael membuat gadis itu semakin naik darah.

Alexa ingin menampar wajah tampan pria itu, sialnya pria itu bertambah tampan dua kali lipat ketika tersenyum. Kapan jelek bang Michael?

"Serius deh pak, bapak tuh pengennya apa?!" Alexa menaikkan nada suaranya, mendongak menatap Michael yang masih saja terkekeh.

Michael menyentuh keningnya, seolah ia sedang berpikir. "Tidak ada, sana ke kelas!"

The Jerk (Yandere)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt