38

3.6K 125 0
                                    

Suatu keadaan di mana kamu bukan siapa-siapa tapi kamu merasa sangat diistimewakan. Itu yang saat ini sedang kurasakan.

Aku sedang berjalan memasuki sebuah restoran berlantai tiga dengan sesorang berjalan di sampingku. Kalian pasti sudah tahu siapa yang sedang menggenggam tanganku saat ini! Iya benar. Dia adalah Axel.

Axel menuntunku menuju lantai yang paling atas. Dari sini aku bisa melihat betapa indahnya suasana kota. Lampu berwarna kuning dan putih bersinar di bawah sana. Aku sudah tidak bisa lagi menahan senyum. Aku juga melihat ada satu set meja makan yang sudah tertata begitu menawan di hadapanku. Lilin-lilin kecil yang tersusun rapi dengan alas meja berwarna putih dan banyak aksesoris lain yang menghiasi meja itu.

Axel tersenyum sambil membantuku duduk. Setelah aku duduk, Axel juga ikut duduk dihadapanku.

"Ax, ini keren banget." ucapku sambil tersenyum. Pandanganku masih belum bisa terlepas dari pemandangan restoran outdoor ini.

"Syukur deh kalau kamu suka." ucap Axel. Aku mengalihkan pandangan kemudian menatapnya. Senyumku perlahan memudar, bukan karena tak bahagia, aku hanya teringat sesuatu. Aku menggigit bibir bawahku.

"Ax, kenapa harus ngelakuin semua ini?" tanyaku pelan.

"Biar romantis dong." sahutnya santai.

"Pasti mahal."

"Emang." ucap Axel dengan santai. "Biar kamu tahu, biar kamu kasihan sama aku, terus nanti kan kamu nggak tega buat nolak aku, jadi kita bisa balikan deh." lanjutnya dengan wajah yang menyebalkan. Dan aku merindukan ekspresi itu.

"Katanya mau romantis, tapi ngomongnya nggak asik gitu." cibirku.

Entah ada angin apa, tadi sore tiba-tiba saja Axel mengirimiku pesan agar aku bersiap-siap. Dan dia juga mengirimiku sebuah dress berwarna putih. Menyuruhku memakainya dan menjemputku tepat pukul tujuh malam. Malam ini adalah pertemuanku dengannya setelah dua minggu kami tidak bertemu dan saling berkirim pesan. Iya, dua minggu lalu saat dia mengantarku sampai rumah dan tanpa obrolan apapun selama perjalanan. Dan secara mengejutkan, malam ini Axel mengajakku ke tempat semengagumkan ini.

"Mau yang romantis beneran?" tanyanya dengan nada yang menggoda. Aku hanya menggeleng sambil membuang pandangan ke sembarang arah.

Axel menjentikkan jarinya dan berikutnya ada segerombolan orang-orang membawa alat musik dan berjajar rapi tak jauh dari meja ku dan Axel. Kalian harus tahu jika pengunjung yang ada di sini hanya aku dan Axel, seakan tempat ini memang sengaja disewa untuk kami berdua. Jajaran orang yang membawa alat musik itu mulai memainkannya menghasilkan sebuah instrumen-instrumen nada yang begitu indah.

Axel berdiri dari duduknya dan menghampiriku yang masih terpana dengan semua ini. Axel, dia memang tak terduga.

Axel meraih tanganku kemudian mengajakku berdiri.

"Mau ngapain sih?" tanyaku. Sesungguhnya aku sedang mencoba menyembunyikan kegugupan.

Axel hanya memberi isyarat agar aku diam. Dia meletakkan satu tanganku di atas pundaknya sedangkan satu tangannya ia letakkan di pinggangku, dan tangan kami yang lainnya saling bertautan. Axel mengajakku berdansa diiringi lantunan musik yang indah ini.

Axel menatapku begitu dalam dan lembut, akupun begitu. Dia tersenyum, akupun begitu.

"Shaf,"

Dalam jarak yang sedekat ini aku bisa merasakan hembusan napas tenang Axel yang menerpa permukaan kulit wajahku. Tiba-tiba Axel meniup mataku membuatku berkedip beberapa kali, dan aku baru menyadari bahwa sedari tadi aku tidak berkedip menatapnya. Menikmati ciptaan Tuhan yang begitu mengagumkan, menikmati parasnya yang begitu menawan.

Cracked [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang