11

3.3K 152 0
                                    

Tubuhku yang belum mendapat keseimbangan sempurna di dorong dengan keras hingga membuatku meringis kesakitan. Bagian depan tubuhku limbung hingga menabrak wastafel, kemudian orang itu memutar tubuhku dengan kasar sampai kepala bagian belakangku membentur dinding cukup keras. Rasanya perih sekali membuatku memejamkan mata.

"NGERASA CANTIK BANGET LO SAMPAI BERANI-BERANINYA DEKETIN AXEL" teriakan tepat di depan mukaku itu membuat aku memejamkan mata semakin dalam.

Aku membuka mata dan melihat sosok cantik berdiri di depanku dengan wajah yang merah padam dan hidung yang kembang kempis menahan emosi. Dia Feby, cewek yang tempo hari meminta untuk diantar Axel, dia bersama satu temannya yang merupakan teman se-SMP ku dulu.

"Gue nggak deketin Axel." Aku mencoba untuk berdiri sempurna, tubuhku yang terhimpit antara tubuhnya dan dinding membuatku sulit bergerak, lengan kiriku dicengkram erat oleh tangannya dan aku merasakan kuku-kukunya hampir menusuk kulitku, rasanya nyeri sekali.

"TERUS SELAMA INI APA? DIBIARIN MALAH NGELUNJAK LO!" Tanganya tiba-tiba menarik rambutku kasar dan langsung kutepis dengan tangan kananku yang bebas, aku mendorong tubuhnya dengan kesal, aku tidak suka diperlakukan seperti ini. Cengkraman tangannya semakin kuat dan dia semakin menekankan kukunya dilenganku.

"Awss sakit," Aku menepis tangannya dengan kencang dan langsung mendapatkan pelototan tajam. "LEPAS!" teriakku dengan kesal dan benar saja dia mencakar lenganku meninggalkan luka yang mengeluarkan cairan berwarna merah. Dia pikir aku akan diam saja diperlakukan seperti ini? Tidak, aku tidak takut dengannya.

"LO PIKIR LO CANTIK?! LO NGGAK PUNYA KACA? COBA LIAT WAKTU LO JALAN SAMA AXEL!! KEBANTING BANGET TAU NGGAK?!!" Dia berteriak sekali lagi. Aku sadar betul bahwa aku tidak cantik, bukan supermodel, bukan cewek most wanted, tidak bertubuh tinggi bak model, tidak terkenal seantero sekolah. Aku ya aku, Shafaa. Hanya perempuan yang sedang bersekolah di sekolah elit karena mendapat beasiswa, hanya perempuan cengeng yang suka menangis dipelukan ayah dan ibunya.

"Jauhin Axel!"

"Lo siapa?" Aku kesal setengah mati dengannya, dia sudah mengata-ngataiku kemudian menyuruh aku seenaknya dia pikir dia siapa? Anak presiden? Orang yang paling benar? Tidak kan.

"BERANI LO SAMA GUE?!" Feby menatapku tajam dan kubalas dengan tatapan tajam. Kemudian dia melirik temannya yang juga kutatap tajam. Sepersekian detik kemudian aku merasa tubuhku di tarik, kepalaku berada di atas wastafel dan air menguncur membasahi kepalaku membuatku kesulitan bernafas.

"Udah Feb, dia adiknya Kak Asnan" ujar Prita sepertinya menahan lengan Feby agar melepaskan kepalaku. Prita, dia teman SMPku yang sekarang satu geng dengan Feby.

"Peduli apa gue, gue nggak takut, biar tau rasa nih cewe!"

Feby melepaskanku lalu tergesa-gesa keluar dari toilet. Aku mendengus kasar, mempertahankan air mata yang sedari tadi kutahan agar tidak jatuh. Aku menatap diriku melalui pantulan cermin, rambutku menjadi basah dan lepek, seragamku bagian atas juga ikut basah, kepalaku terasa nyeri karena tadi sempat membentur kran.

Aku merapikan rambutku, kemudian menyalakan kran dengan kasar, membasuh mataku yang merah dengan kasar, aku tidak boleh menangis, sebelumnya aku belum pernah diperlakukan seperti ini. Aku merasa dongkol setengah mati, hatiku terasa sakit. Aku tidak suka dengan cewek itu. Aku benci dengan Feby.

° ° °

Semalam aku sudah mengirimkan pesan pada Axel agar pagi ini dia tidak menjemputku. Bukan apa-apa aku hanya tidak tahu saja mengapa aku jadi sedikit kesal dengan dia, pasalnya aku tidak pernah mendekati dia, lagipula jika aku berteman dengan dia itu salah? Tetapi aku bukan perempuan yang benar-benar bodoh dan tidak peka, aku tahu jika Axel sedang mendekatiku. Aku tahu persis bahwa ini bukan salahnya atau bahkan mungkin dia memang tidak tahu apa yang terjadi denganku kemarin.

Cracked [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang