•••

Seminggu berlalu setelah kejadian itu, Naruto mengerjakan tugas kelompoknya sendiri dengan dibantu Ino. Beda dengan Sasuke yang memilih mengerjakannya sendiri.

Seminggu juga Sasuke dan Naruto tidak saling acuh satu sama lain. Ketika tatapan mereka tidak sengaja bertemu, maka dengan cepat juga mereka mengalihkannya ke objek lain. Rasanya berbeda, satu kelas bahkan ikut merasakannya.

Naruto semakin fokus dengan ujian akhir yang tinggal menghitung hari. Ketika Ino mengajaknya untuk jalan ke luar, ia akan cepat menolaknya. Naruto tidak sempat untuk bersenang-senang jika tujuannya saat ini adalah beasiswa dari sekolah ternama. Apalagi ada Ayahnya yang setiap hari selalu mewanti-wantinya dengan keras.

Ketika Konoha diguyur hujan sore ini, tepat sebelum Naruto ke luar dari kawasan sekolahnya, ia melihat Sasuke dan Sakura berjalan berdampingan dengan payung masing-masing. Saat seperti ini, ia menyesalkan ajakan Ino yang telah ia tolak untuk satu mobil dengan jemputannya.

Naruto melamun, bersandar di salah satu pilar gedung sekolah. Dua hari esok libur, dan besoknya lagi sudah ujian. Naruto menghela napas, dan setelah itu satu kotas susu cokelat sudah tergenggam di tangannya.

Tanpa mau tahu siapa yang memberinya, Naruto langsung menusuk sedotan ke kemasan susu cokelat itu. Dengan ogah-ogahan ia meminumnya dengan sesapan lambat. "Terima kasih."

Sai ikut menyandar di sisi lain pilar yang Naruto sandari. "Aku tidak memberimu gratis."

Naruto menoleh sebentar ke arah Sai sebelum kembali menatap ke depan, kemudian bergumam pelan. "Nanti aku ganti, sialan."

Keduanya melamun hingga sedotan terakhir Naruto di susu pemberian Sai. Naruto berlalu sebentar membuang kotak susu. Lalu balik lagi ke samping Sai.

"Aku duluan," ucap Naruto setelah selesai menutup tasnya dengan pelindung hujan yang tersedia. Ia tidak mau terjebak hujan di sekolah, sedangkan ia punya tanggungan memasak makan malam di rumah sebelum Ayahnya balik bekerja. Jadi, ia memilih menerobos hujan.

Naruto suka hujan, tidak masalah baginya jika harus basah-basahan hari ini untuk pulang. Setiap cuaca memiliki kenangan indah bagi Naruto, terutama hujan, ia teringat dengan kelima teman kecilnya. Ditambah lagi, dengan makhluk yang satu ini.

Sai melangkah lebar-lebar menyusulnya. Suara becek terdengar dan cipratan tanah mengenai sisi jalan lain yang terguyur dengan hujan. Senyuman kecil dengan mata menyipit itu hadir di wajah pemuda yang kini berjalan di samping Naruto.

"Kau gila ya?!" seru Naruto di tengah derasnya hujan. Sai mendengarnya, namun ia tidak peduli. Tasnya sudah ia tutupi dengan jaketnya, jadi ia tidak memikirkan yang lain.

"Aku tidak akan membagi jaketku untukmu!" tambah Naruto, tangannya mengerat di bagian bawah jaket yang ia kenakan.

"Aku juga tidak butuh!" balas Sai dengan kencang. Seulas senyum nakal muncul di wajah pucatnya, kemudian ia meloncat ke genangan air dan menimbulkan bagian bawah pakaian Naruto kotor dengan tanah yang tercampur air hujan.

"SAI SIALANNNNNN!"

Naruto mendapatkan kembali tawanya yang hilang seminggu ini, Sai menarik napasnya lega. Mereka berdua berlarian di bawah derasnya hujan, berbagi cengiran yang mengesalkan sekali kalau dilihat, dan saling berbagi satu posisi untuk teman berharga di hati.

BEHIND YOU [COMPLETED√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang