20

292 47 4
                                    

"Bagaimana kabarmu?"

Yiren tak menjawab, ia masih setia menatapku benci.

Kusodorkan kantong plastik berisi sekotak sushi kesukaannya. Namun Yiren buru-burut menutup hidungnya seolah ia benci dengan aroma sushi tersebut.

"Apa ini!? Jauhkan dariku!" pekiknya sambil menepis tanganku yang memegang kantong plastik.

Ini sushi, bukan kotoran manusia maupun hewan. Aromanya pun tak menyengat sampai mengganggu penciuman.

Mungkin saja ini salah satu bentuk rasa kesal Yiren terhadapku.

Kujauhkan sekotak sushi itu dari hadapannya dan saling beradu pandang tak enak dengannya.

Lama kelamaan suasana canggung mulai tercipta hingga akhirnya Yiren dengan luluh hatinya menyuruhku masuk ke apartemennya.

Mempersilahkanku duduk menunggunya yang hendak membuatkan minuman, tapi dengan cepat kucegah sambil tanganku menahan pergelangan tangannya.

"Tidak usah repot-repot. Aku tak lama"

Yiren akhirnya duduk disampingku, meski ada jarak setengah meter yang memisahkan kami berdua. Kurang lebih ada sekitar 3 menit kami berdua diam.

"Sempat-sempatnya kau kesini" sindirnya, namun tatapannya kearah lain.

"Kau mengundurkan diri, jadi ini satu-satunya cara agar aku bisa bertemu denganmu..... Kau menghindariku?"

"Menghindarimu? Kurasa tidak" bantahnya.

Aku tertawa dalam hati. Lucu rasanya. Jelas sekali ia mencoba menghindariku, tapi masih mencoba mengelak.

Aku mencoba mengganti topik lain, takut emosi Yiren bisa-bisa meluap jika aku terus membahas hal tersebut.

"Bagaimana kesehatanmu?"

Sempat kulihat sedikit ekspresi terkejut dari Yiren.

"Aku baik-baik saja" jawabnya penuh percaya diri, seperti tak mau dibantah. Padahal ia bohong. Aku kenal Yiren jika berbohong. Tingkahnya terlihat memaksa dan percaya diri.

"Kau berbohong Yi"

"Berbohong apanya?! Aku baik-baik saja. Aku sehat"

"Seminggu lalu kau pingsan. Tidak mungkin kau baik-baik saja"

Akhirnya Yiren tak membalas lagi. Ia lebih memilih diam karena yang kukatakan memang betul.

"Kau hidup sendirian di kota ini. Jadi kau harus memberitahukanku kalau terjadi sesuatu"

"Memangnya aku siapa harus memberitahukan semuanya padamu?"

Rupanya ia sudah mengganggapku seperti orang lain.

"Dulu, sebelum kita seperti ini, kita pernah berteman. Kita saling kenal dengan cara tak sengaja. Kita pernah berbagi masalah pribadi saat itu. Kenapa sekarang tidak? Apa aku orang asing bagimu?"

Yiren tertunduk. Semoga ia mengingat kenangan kami dulu agar segera hatinya melunak.

"Katakan kalau kau butuh aku, Yi"

Dengan perlahan, Yiren mendekatakan tubuhnya denganku, mengikis jarak setengah meter yang kini biar seinci pun tak ada.

Ia mengambil lengan sebelah kiriku, memeluknya dengan erat dan membenamkan wajahnya disana. Aku bisa merasakan bahwa Yiren menangis.

"Aku rindu, Hun" lirihnya berkali-kali.

Dadaku terasa sesak, menyesal akan ucapanku lalu yang ingin mengakhiri hubungan dengannya.

I CAN'T SAY I LOVE YOU - SEHUN (COMPLETE)Where stories live. Discover now