15

279 59 22
                                    

Siang ini, di jam istirahat aku menunggu Yiren didepan ruangannya. Tapi ia sedang tak ada diruangannya, itu kata temannya.

Ia tak memberitahuku akan pergi kemana. Temannya juga tak mendapatkan pamit dari Yiren.

Tidak biasanya Yiren seperti ini. Ia selalu mengabariku ketika hendak menyelesaikan urusannya.

Jika boleh jujur, akhir-akhir ini, sejak kejadian berseterunya dengan teman alumni sekolahnya, Yiren bersikap aneh. Aneh yang sulit untuk dijelaskan.

Tak lama setelah itu, aku melihat sosoknya baru saja memasukki kantor dengan raut wajah bahagia, juga secarik kertas berwarna kuning yang berada ditangannya.

Ketika melihatku, langkah Yiren terhenti dan buru-buru memasukan kertas tersebut kedalam tasnya.

Selanjutnya ia kembali tersenyum padaku.

"Kau dari mana? Kenapa tidak menghubungiku"

Butuh waktu beberapa detik untuk Yiren memberikan jawaban yang tepat.

"Aku.. Aku tadi dari bank, mentransferkan uang untuk ibuku"

Apa ini? Mentransfer uang katanya? Padahal biasanya Yiren tak perlu repot-repot pergi ke bank untuk mentransfer uang. Ia punya e-Banking diponselnya.

Apa Yiren sedang mencoba membohongiku?

"Apa kau tidak percaya denganku?"

Bukannya aku tidak percaya, hanya saja..

"Aku hanya khawatir Yi" juga sedikit curiga, sambungku dalam hati.

Yiren mencoba menghiburku dengan cara mencubit pipiku karena sesungguhnya ia tau jika aku sedikit merajuk.

"Baiklah.. Maafkan aku Hun, aku janji lain kali aku akan pamit denganmu jika pergi kemanapun"

Aku tak bisa merajuk untuk waktu yang lebih lama.

"Kau sudah makan?"

"Iya, tadi aku sempat mampir makan sebelum kesini. Kau pasti belum makankan?"

"Bubble tea ini sudah membuatku kenyang. Masuklah kalau begitu. Nanti pulang kutunggu ya"

Setelah itu kami kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing saat jam istirahat sudah berakhir.

Sore menjelang malam keadaan bus yang kami tumpangi cukup ramai, untung saja aku dan Yiren masih mendapatkan tempat.

Sedari tadi Yiren sibuk mengutak atik aplikasi jual beli online. Ia mencoba melihat beberapa jenis laptop dengan harga yang berbeda. Mungkin saja Yiren ingin mengganti laptop lamanya dengan yang baru.

"Hun, apa kau mengganti parfummu?"

Aneh, tumben sekali Yiren peka dengan aroma parfumku. Padahal aku sama sekali tak mengganti aroma parfumku sejak dulu.

"Aku tidak mengganti parfumku. Kenapa? Kau tidak suka baunya?"

"Hmm, aromanya membuatmu seperti orang tidak pernah mandi" jelasnya sembari tatapannya tak beralih dari ponselnya.

Aku memcoba memastikan apakah bauku memang tak sedap, tapi sungguh, walaupun hari sudah gelap baik aroma keringat ataupun aroma tak sedap pun tak melekat ditubuhku. Malahan aroma parfumku tercium sangat dominan.

Jangan-jangan indera penciuman Yiren mulai bermasalah.

Aku mengacak-acak rambutnya dengan gemas yang membuatnya semakin kesal denganku.

Tak hanya sampai hari itu, keesokan harinya Yiren seperti ingin muntah ketika bertemu denganku, bahkan ia sampai menggunakan masker untuk menghindari aroma tubuhku.

I CAN'T SAY I LOVE YOU - SEHUN (COMPLETE)Where stories live. Discover now