13

325 49 21
                                    

Aku menggenggam tangan Yiren begitu erat sepanjang perjalanan menuju pameran yang diadakan dipusat kota, sepulang kerja.

Tak ragu-ragu Yiren menautkan jari-jarinya disela jari-jariku. Sesekali ia juga menyandarkan kepalanya dipundakku.

Begini saja rasanya sudah membuatku bahagia. Yiren hadir dikehidupanku mungkin adalah rencana Tuhan untuk mengusir kesepianku selama beberapa tahun lamanya.

Mungkin juga hadirnya aku didalam kehidupannya adalah sebuah rencana Tuhan untuk membuatnya lupa akan pria yang pernah menyakitinya.

Aku senang karena aku bisa membuatnya kembali bahagia. Tapi aku juga tidak bisa menampik jika nantinya ada hal-hal yang membuatnya bosan akan diriku.

Aku bukanlah pria romantis, bukanlah pria kaya raya yang bisa memberikannya emas permata. Hidupku hanya sesederhana ini, mengajaknya pergi mengelilingi pameran, yang hanya mengeluarkan beberapa lembar uang.

Aku hanya akan mengajaknya pergi dinner diawal bulan aku gajian. Karena untuk membawanya kerestoran mahal setiap hari, aku tidak bisa. Aku hanya punya uang untuk mengajaknya pergi seperti ini dan uang tabunganku yang kuharap nominalnya akan semakin bertambah nantinya untuk kugunakan menikahi gadis ini, jikalau nantinya kami berjodoh.

"Ayo kita kesitu"

Yiren menunjuk satu-satunya jasa photobox yang ada. Ia menarikku menuju tempat itu.

Aku memasukan dua keping koin sebelum kami masuk.

Yiren mulai bergaya dan disaat aku belum mengatur ekspresi Yiren telah menjepretnya lebih dulu. Alhasil ia tertawa terbahak-bahak melihat hasilnya karena ia nampak begitu imut sementara mataku tertutup, seperti orang yang mengantuk.

"Pasang wajah yang imut"

Ia mencubit kedua pipiku dengan gemas. Bukankah seharusnya aku yang melakukan itu padanya? Jelas dia yang terlihat menggemaskan dengan eyesmile miliknya.

Tapi kalau ia senang mencubit pipiku, aku rela.

Kami mengambil beberapa gambar dengan ekspresi yang lucu lalu mengeditnya sebentar dengan menyisipkan beberapa emoticon hati.

Hasilnya sembilan foto dan dicetak dua lembar.

"Yang ini untukku, dan yang ini kau simpan"

Ia menyerahkan selembar foto tersebut padaku. Aku menatapnya cukup lama.

Ya Tuhan, aku tak menyangka kalau kami rupanya bermuka jodoh karena efek mata besar dan wajah tirus yang diberikan oleh kamera.

"Kita seperti kembar"

Selanjutnya aku mengajak Yiren melihat beberapa mahasiswa sedang menampilkan pentas musik akustik.

"Kalian sepasang kekasih?" tanya salah satu pemain musik.

"Ya kami sepasang kekasih" jawab Yiren begitu semangat sembari mengeratkan pelukannya pada lenganku.

"Bagus kalau begitu. Apa kalian bisa memainkan alat musik ataukah salah satu dari kalian bisa bernyanyi?"

Aku memang bisa bernyanyi, tapi untuk dizaman sekarang, itu sudah bukan keahlianku lagi. Kalau soal memainkan gitar, kurasa aku masih hafal dengan jelas kunci-kuncinya.

Belum sempat aku menjawab, Yiren lebih dulu menjelaskan pada orang itu bahwa aku bisa memainkan gitar.

"Kekasihku ini pandai memainkan alat musik" serunya.

"Wah tepat sekali. Apa kau bersedia memainkan gitar untuk satu lagu?" pertanyaan orang itu ditujukan padaku.

Bukannya menjawab, aku hanya beralih menatap Yiren seolah mencari keberanian disana.

I CAN'T SAY I LOVE YOU - SEHUN (COMPLETE)Where stories live. Discover now